Masjid Al Banjar H Lahaddad di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu yang paling ramai saat tarawih Ramadan. Bahkan jemaahnya membludak ke jalanan hingga 100 meter.
Lokasi Masjid Banjar berada di Jalan Lapansiung, Parepare. Di sisi selatan masjid Jalan Andi Makkasau. Sebelum waktu salat Isya, panitia masjid sudah mulai menggelar karpet dan terpal untuk jemaah salat di jalanan.
Di masing-masing ujung jalan ditutup dengan bambu panjang. Penutupan jalan agar tidak ada pengendara yang melintas di area pelaksanaan salat tarawih.
Jemaah kemudian dibagi dua. Sepanjang jalan Lapansiung dipadati jemaah perempuan sekitar 30 meter. Sementara sepanjang 100 meter di Jalan Andi Makkasau tampak ramai dengan jemaah laki-laki.
Tak jarang jika jemaah sedang padat, emperan toko ikut dimanfaatkan menjadi tempat salat. Namun tidak mengganggu kekhusyuan beribadah di masjid yang sudah dibangun sekitar tahun 1930-an ini.
Salah satu yang membuat Masjid Al Banjar banyak disukai masyarakat yakni karena waktu tarawih yang terbilang lebih cepat. Salat Isya dimulai pukul 19.15 wita.
Setelah itu lalu dilanjutkan ceramah sekitar 15 menit. Selanjutnya tarawih dan witir. Total kurang lebih 50 menit mulai salat Isya hingga selesai witir.
“Kebetulan saya jualan di Pasar Senggol. Jadi kalau di sini (Masjid Al Banjar) lebih cepat selesai bisa lanjut menjual lagi,” ungkap Yaumil, salah seorang jemaah yang ditemui detikSulsel, Rabu (6/4/2022).
Sementara, Sekretaris Pembangunan Masjid Andi Abdul Rahman Ahmad menjelaskan masjid ini memang sudah sejak dahulu menjadi favorit warga. Sejak dibangun, banyak jemaah yang sudah salat sampai di jalan.
“Dari sejak dahulu sudah ramai begini. Sejak dibangun ini masjid. Memang banyak yang lebih suka di jalan salat,” bebernya.
Terkait alasan kebanyakan masyarakat memilih salat tarwih di Masjid Al Banjar, ia mengakui karena salat dilakukan tepat waktu. Sehingga waktu selesai salat tarawih juga cepat.
“Jadi bukan cepat dimulai salatnya, tetapi kami itu tepat waktu. Makanya selesai juga cepat,” kata dia.
Rahman mengatakan lokasi Masjid Al Banjar yang dekat dengan Pasar Senggol terbilang strategis. Sehingga baik pedagang maupun warga yang sementara berbelanja lebih memilih salat di masjid yang awalnya hanya gubuk sederhana.
“Pedangan dari Senggol jelas banyak suka di sini sebab setelah salat bisa lanjut menjual lagi,” urainya.
Masjid Dibangun Masyarakat Suku Banjar
Rahman mengungkapkan masjid ini dibangun sekitar 1930-an. Pembangunan masjid jauh sebelum Parepare seramai sekarang. Masjid pertama kali dibangun Lahaddad yang merupakan orang dari Banjarmasin.
“Makanya nama masjidnya Al Banjar H Lahaddad. Pak Lahaddad itu pedagang yang datang ke Parepare dan dia orang suku Banjar,” bebernya.
Dalam perjalanannya pada tahun 1987 masjid pertama kali mendapatkan renovasi. Bangunannya diperluas dan mulai difondasi dengan baik. Berlanjut pada tahun 2007 masjid kembali direnovasi hingga seperti saat ini.
“Dulu hanya gubuk istilahnya. Sampai kita renovasi bertahap hingga lebih luas dan bagus,” ucapnya.

source