Indonesia masih sangat kurang dokter spesialis. Selain itu perawat dan ruang operasi di rumah sakit juga sangat kurang.
“Dokter spesialis kita yang kurang. Sangat kurang. Perawat dan ruang operasi juga sangat kurang. Karena tidak ada tempat praktik yang cukup. Itu peran kedua RS. Tidak semua RS menjadi RS pendidikan,” ujar Menkes Budi Gunawan Sadikin di Rumah Sakit Islam (RSI) Jalan Ahmad Yani Surabaya, Rabu (9/11/2022).
Padahal, kata Budi, Presiden Jokowi meminta agar dirinya sebagai Menteri Kesehatan bisa melakukan transformasi sistem kesehatan nasional, belajar dari krisis pandemi.
Salah satu pilar dari 6 transformasi yang harus segera dia lakukan adalah transformasi pilar kedua, yakni transformasi layanan rujukan yang ada di rumah sakit di Indonesia.
“Tantangannya di RS adalah kuantitasnya kurang. Buktinya banyak sekali sekitar 1 jutaan orang pergi ke luar negeri atau sekitar Rp 100 T setahun. Karena pelayanan di dalam negeri, baik kuantitas maupun kualitasnya kurang memadai,” ujarnya.
Karena itu, Kemenkes saat ini sedang mengembangkan layanan RS memadai yang membutuhkan dokter dan perawat. Sebab dokter dan perawat tidak bisa hanya belajar di kelas, tetapi praktik di laboratorium dan RS.
Untuk itulah ia mengapresiasi Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) yang telah membangun gedung baru sebagai fasilitas pendidikan kedokteran dan kesehatan bagi masyarakat.
“NU ini saya terima kasih sekali, tidak hanya membangun RS untuk melayani kesehatan masyarakat, tetapi juga membangun RS untuk mendidik, menciptakan dokter dan perawat baru yang sangat kita butuhkan. Pengalaman dan skillnya harus tinggi, supaya bisa meningkatkan kualitas,” katanya.
Sementara Ketua Yarsis Prof M Nuh mengatakan bahwa gedung baru ini menjadi salah satu dedikasi dalam rangka 100 tahun NU. Pihaknya ingin memberi penghargaan dalam bentuk living monumen yang manfaatnya terus menerus ada yaitu RS.
“RS ini kami desain tidak kalah dengan RS lain termasuk interior desain, agar orang merasa enjoy. Orang sakit itu sudah berat, kalau suasana mencekam tambah berat lagi. Kami ubah tempatnya bagian dari menghibur dan mengurangi tekanan stress. Kami tetap memberikan pelayanan BPJS, karena BPJS itu di sini 80% dan itu saudara kita. Kita tidak ingin BPJS pelayanannya apa adanya, tidak seperti itu. Tapi ingin memuliakan, memanusiakan manusia. Sehingga pasien dilayani dengan baik, ramah, meskipun BPJS tidak mempengaruhi pelayanan kesehatan,” katanya.
Gedung baru itu nanti akan selesai pada 2023, tepatnya pada 100 tahun NU versi hijriah, 100 tahun versi masehi 2026. Pada saat itu juga pihaknya akan membangun RS dan Kampus di Madura tahun 2026.
Terkait kurangnya dokter spesialis, pihaknya sudah menyiapkan persyaratan untuk fakultas kedokteran. Pendidikan dokter spesialis sedang dipersiapkan, termasuk RS.
“Alat, dokter sub spesialis dan dokter subspesialis. Kami sedang mempersiapkan itu. Sehingga apa yang disampaikan Pak Menkes di atas, kami fokuskan untuk fakultas kedokteran sama program pasca sarjana,” pungkasnya.

source