Advertisement
Advertisement
JOGJA-Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) terus digencarkan penggunaannya oleh Perwakilan BKKBN DIY kepada calon pengantin (catin) melalui berbagai cara. Penggunaan Elsimil dirasa sangat penting sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya kasus stunting baru.
Calon pengantin diharapkan telah mendaftarkan diri 90 (sembilan puluh) hari sebelum melaksanakan pekawinan serta mengunduh dan menggunakan aplikasi Elsimil. Melalui Elsimil, catin bisa mengisi kuisioner berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang telah dilakukan sebelumnya di fasilitas kesehatan terdekat.
Elsimil akan secara otomatis menunjukkan hasil pemeriksaan kesehatan dengan mengategorikan sebagai catin ideal untuk hamil atau berisiko. ‘Sertifikat Siap Nikah’ atau disebut juga sertifikat Elsimil pun dapat langsung diunduh, begitu aplikasi selesai memproses informasi dari catin yang telah menjawab secara lengkap kuisioner pada aplikasi.
PROMOTED:  Presidensi G20 Indonesia, Momentum Pulihkan Dunia dari Krisis Global
Mengingat pentingnya Elsimil dan melihat masih rendahnya penggunaan di DIY, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Shodiqin, SH., MM., melakukan sejumlah langkah, di antaranya melakukan monitoring dan evaluasi bersama dengan tim Kemenag DIY pada 10 (sepuluh) KUA di 5 (lima) kabupaten/kota se-DIY beberapa waktu lalu dan meningkatan koordinasi dengan sejumlah pihak.
Seperti yang dilaksanakan pada hari Rabu, 2 November 2022, dirinya beserta jajaran melaksanakan pertemuan dengan Dinas P3AP2KB Kabupaten Bantul, Dinas Dukcapil Kabupaten Bantul, Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Bantul, Satgas Percepatan Penurunan Stunting (PPS) DIY dan Technical Assistant Satgas PPS Kabupaten Bantul.
“Penggunaan Elsimil di DIY, saat ini baru menyasar catin muslim yang mendaftarkan diri ke KUA. Berdasarkan data dari Kemenag DIY, dari pernikahan yang telah dilaksanakan, baru sekitar [enam belas] persen catin yang menggunakan Elsimil. Angka ini tentu masih sangat rendah. Selain itu, Elsimil bukan hanya untuk catin muslim saja, tapi juga untuk seluruh catin,” demikian papar Shodiqin pada pertemuan yang digelar di aula Dinas P3AP2KB Kabupaten Bantul.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini, Elsimil memang tidak masuk ke dalam syarat wajib untuk melangsungkan pernikahan, namun Kemenag DIY menjadikan sertifikat Elsimil sebagai ‘syarat keutamaan’ sebelum menikah. Kepada IPeKB, Kepala Perwakilan BKKBN DIY tersebut berpesan agar Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) harus berperan aktif bersama dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK), memantau jumlah catin dan penggunaan Elsimil di wilayahnya.
Terkait prosedur pernikahan bagi catin nonmuslim, Dra. Darwati Ningsih, M.Si., dari Dinas Dukcapil Kabupaten Bantul menjelaskan bahwa Dinas Dukcapil mencatatkan setelah pernikahan berlangsung karena proses pernikahan dilaksanakan dengan pemuka agamanya masing-masing. Pencatatan tersebut biasanya dilakukan beberapa hari setelah pernikahan dilangsungkan. Untuk Kabupaten Bantul, jumlah rata-rata yang mencatatkan pernikahan adalah 17 (tujuh belas) pasang per bulan atau sekitar 204 (dua ratus empat) pasang pengantin per tahun.
Sosialisasi penggunaan Elsimil bagi catin nonmuslim, akan sangat tepat jika dilakukan melalui pemuka agamanya terlebih dulu. Sebagai contoh, bagi yang beragama Katolik, dilaksanakan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) di gereja sebelum pernikahan dilangsungkan. Pada masa kursus inilah, sosialisasi penggunaan Elsimil bisa sekaligus diberikan. Namun demikian, Dinas Dukcapil Kabupaten Bantul siap berkolaborasi dalam memberikan imbauan mengenai penggunaan Elsimil.
Advertisement

Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Dinas P3AP2KB, Drs. Lukas Sumanasa, M.Kes., menyampaikan bahwa pentingnya penggunaan Elsimil ini pun, sangat perlu disampaikan kepada para Panewu di seluruh DIY. Panewu pasti memiliki data berapa jumlah tempat ibadah yang ada di wilayahnya, yang menjadi tempat melangsungkan pernikahan. Selain kepada Panewu, sosialisasi juga penting untuk disampaikan kepada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Ia mengharapkan, catin pun memiliki kesadaran yang tinggi terhadap permasalahan kesehatan yang dapat berisiko melahirkan bayi stunting sehingga hal ini dapat menggugah kesadaran terhadap pentingnya penggunaan Elsimil.
Menanggapi positif hal tersebut, Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN DIY, Witriastuti Susani Anggraeni, SE, MM., juga menyampaikan bahwa keberadaan Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU) pun sangat penting dalam upaya peningkatan penggunaan Elsimil bagi catin nonmuslim. Demikian juga dengan pemanfaatan rapat-rapat koordinasi, mini lokakarya atau pun pertemuan tri komponen, sebagai wadah menyampaikan perihal Elsimil ini. Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga menyampaikan informasi mengenai inovasi yang telah dilakukan oleh salah satu KUA di Banguntapan yaitu ‘Kelas Catin’ dimana dalam kegiatan tersebut, Elsimil bisa dimasukkan ke dalam salah satu materi.
Titik Komariah dari Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Bantul menambahkan bahwa untuk kolaborasi dengan Kemenag, telah berjalan dengan baik yaitu melalui pemberian materi Elsimil kepada catin pada saat pelaksanaan Bimbingan Perkawinan (Binwin). Kendala saat ini adalah waktu binwin yang terbatas sehingga belum dapat memberikan pendampingan secara maksimal kepada catin sampai dengan teknis pengisian Elsimil. Sedangkan untuk catin nonmuslim, memang belum dilakukan penyuluhan terkait Elsimil.
Advertisement
Pada diskusi tersebut, Noviarni Nurmades, SH., Kepala Bidang Pendengalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas P3AP2KB Kabupaten Bantul, menyampaikan beberapa kendala teknis terkait penggunaan Elsimil yaitu kendala server, sinyal, dan hal lainnya. Menanggapi hal tersebut, dr. Aris Nugraha, Sub Koordinator Bina Ketahanan Remaja Perwakilan BKKBN DIY menyampaikan solusi terhadap kendala-kendala tersebut. Lebih lanjut dirinya juga mengharapkan bahwa pada saat menyampaikan materi pada sesi binwin, hendaknya disampaikan juga materi inti terkait stunting itu sendiri, tidak hanya tentang penggunaan Elsimil.
Menutup pertemuan pada hari itu, Kepala Perwakilan BKKBN DIY menekankan bahwa apa yang saat ini dilakukan adalah sebagai upaya untuk mencegah terjadinya stunting, khususnya di wilayah DIY. Kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak akan terus dilakukan. Hal ini diharapkan dapat mendukung percepatan penurunan stunting yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo, dengan target dapat diturunkan pada angka 14 (empat belas) persen di tahun 2024 mendatang.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

source