Jaringan restoran cepat saji global yang beroperasi di Indonesia dianggap mengabaikan kesejahteraan ayam ternak yang dikonsumsi oleh konsumen, berdarkan riset World Animal Protection (WAP) yang bertajuk The Pecking Order (TPO) 2022. Riset ini mengkaji praktik para restoran cepat saji global yang beroperasi di Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, India, Indonesia, Kenya, Thailand, dan Amerika Serikat. 
Restoran cepat saji itu adalah Burger King, Domino’s, KFC, McDonald’s, Pizza Hut, Starbucks, Subway, dan Nando’s (dua restoran yang disebutkan terakhir ini tidak beroperasi di Indonesia). 
Kajian WAP ini mendorong pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan pengelola restoran cepat saji mengenai ayam yang baik untuk dikonsumsi itu berasal dari peternakan yang mengutamakan kesejahteraan ayam ternak.
“Kami mempublikasi laporan sejak tahun 2020 dan laporan terbaru itu (TPO 2022) menunjukkan pengelola restoran cepat saji multinasional tersebut mengabaikan komitmen untuk mempraktikkan prinsip meningkatkan kesejahteraan ayam ternak di rantai pasoknya,” tutur Manajer Komunikasi WAP Indonesia, Rully Prayoga, dalam siaran pers di Jakarta pada Kamis (20/10/2022).
Baca Juga: Strategi KFC Indonesia Terus Tumbuh di Era Digital
Rully menyampaikan perusahaan restoran cepat saji, yaitu Burger King, Domino’s, KFC, McDonald’s, Pizza Hut, dan Starbucks, memperoleh skor yang rendah dalam meningkatkan kesejahteraan ayam ternak, berdasarkan penilaian yang tercatat di TPO 2022 ini. WAP sejak tahun 2020 rutin mempublikasikan TPO untuk mengevaluasi restoran cepat saji dan rantai pasok (supply chain) yang mempraktikkan prinsip kesejahteraan ayam ternak.
KFC Indonesia dinilai sangat rendah menunaikan komitmennya untuk mengupayakan kesejahteraan ayam ternak. Rully menjelaskan riset WAP, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan the science and latest research from World Animal Protection, YLKI and Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS), yang mengidentifikasi kontaminasi antibiotik yang berlebihan pada sampel ayam potong  yang dikaji oleh lembaga ini.
”Sampel ayam potong di Jabodetabek yang dikaji pada tahun 2021 itu menunjukkan rendahnya perusahaan itu mempraktikkan prinsip kesejahteraan ayam ternak karena menggemukkan ayam ternak dengan memberikan antibiotik yang berlebihan sehingga mengandung bakteri berjenis superbug sehingga berpotensi memicu pandemi,” ujar Rully. Berdasarkan catatan WHO, penggunaan antibiotik yang berlebihan pada ayam ini memicu krisis superbug mematikan yang membunuh lebih dari 700.000 orang per tahun.
WAP mendorong perusahaan restoran cepat saji untuk menerapkan bisnis berkelanjutan yang berbasis selaras dengan prinsip ESG. “Sebagian besar perusahaan itu tercatat di bursa efek, termasuk PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) atau KFC Indonesia yang membukukan pendapatan sebesar Rp 2,87 triliun pada semester I-2022, meningkat 18,1% dari Rp 2,43 triliun pada semester I-2021. Kami menghimbau KFC Indonesia tak hanya fokus mencetak profit, tetapi juga merealisasikan komitmennya untuk meningkatkan kesejahteraan ayam ternak dan akuntabel melaporkannya kepada konsumen,” imbuh Rully menjabarkan.
Adapun, TPO 2022 menilai para perusahaan itu berdasarkan informasi mengenai dua pilar yang informasik tersedia di ruang publik. Pilar pertama, perusahaan cepat saji itu berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan ayam ternak seperti yang tercantum pada Better Chicken Commitment (BCC). Pilar kedua mengenai Laporan Kinerja yang merefleksikan implementasi perusahaan cepat saji dalam menerapkan komitmennya yang sesuai BCC.
Baca Juga: McDonald’s Kini Mulai Menerima Pembayaran dengan Bitcoin dan Tether di Swiss
WAP mencatat miliaran ayam ternak menderita setiap tahunnya lantaran perusahaan cepat saji dan rantai pasoknya menolak untuk mempraktikkan prinsip kesejahteraan ayam ternak. Ayam ternak di kandang tidak pernah mendapat kesempatan untuk melihat sinar matahari, tumbuh pada tingkat alami atau berperilaku seperti yang hidup bebas di alam liar. Metode peternakan intensif juga sering mengandalkan penggunaan antibiotik rutin sebagai solusi cepat untuk menjaga hewan yang stres dan sakit tetap hidup. Tidak hanya ayam-ayam ini yang menderita, kesehatan manusia juga terancam. 
WAP mendorong ekosistem industri makanan meningkatkan kesejahteraan ayam ternak menggunakan bibit ayam yang diternakkan dengan pertama menggunakan bibit ayam yanh diternakan dengan tingkat kesehatan yang ideal. Kedua kandang ternak dirancang untuk memiliki ruang yang cukup luas agar perilaku ayam seperti di alam liar. Ketiga menyediakan piranti yang ideal agar perilaku ayam ternak lebih alami. Keempat, rumah pemotongan hewan menerapkan prinsip pemotongan yang lebih manusiawi.  
Vince Cinches, Head of Global Campaigns WAP, mengatakan perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan miliaran ayam ternak, dan kami melakukan assessment  dalam empat tahun terakhir ini. Hasilnya, mereka tetap mengabaikan ilmu pengetahuan mengenai kesejahteraan ayam ternak dan keinginan konsumen.
“Sebenarnya, perusahaan ini memahami jikalau konsumen enggan membeli ayam yang prosesnya mengabaikan kesejahteraan ayam ternak dan tidak akuntabel.” Riset mengenai kesejahteraan ayam ternak sangat penting untuk dikaji lebih lanjut untuk meningkatkan akuntabilitas para perusahaan cepat saji untuk meningkatkan kesejahteraan ayam ternak.
”Kami mendorong perusahaan itu menandatangani Better Chicken Commitment (BCC) dan memenuhi aspirasi konsumen agar kesejahteraan ayam ternak tidak diabaikan,” ujar Cinches.
Baca Juga: Istana Minta Masyarakat Lapor Jika Tidak Puas dengan Kinerja Polri, Alvin Lie: Lapornya ke Mana, Pak? Ada Jaminan Perlindungan?
Penulis: Annisa Nurfitriyani
Editor: Annisa Nurfitriyani
Tag Terkait:
Advertisement
Bagikan Artikel:

source