Tuesday, 29 Rabiul Awwal 1444 / 25 October 2022
Tuesday, 29 Rabiul Awwal 1444 / 25 October 2022

Selasa 25 Oct 2022 09:39 WIB
Red: Muhammad Subarkah
Viral video pasangan yang diduga sejenis mengaku bisa menikah di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr, Agus Suradiika, Wakil Ketua PW Muhammadiyah DKI Jakarta
Sabtu, 22 Oktober 2022 Pimpinan Wilayah  Muhammadiyah DKI Jakarta menyelenggarakan hari ber-Muhammadiyah bagi warga dan Pengurus Muhammadiyah DKI Jakarta. Salah satu agenda acaranya adalah tausyiah yang disampaikan oleh Dr. KH. M. Tafsir, M.Ag, Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah.
Dalam tausiyiahnya, Kiyai yang penuh humor ini menyampaikan pengalamannya berdakwah di Lorong gelap di kota Semarang. Lorong Gelap yang dimaksud tentu saja bukan dalam arti yang sesungguhnya, melainkan sebuah metafora yang menggambarkan sisi gelap kehidupan manusia yang menyimpang dari arus utama kehidupan manusia, antara lain LGBT (Lesbian, Gay, Bisesksual, dan Transgenser). Pengalaman dakwah tidak umum ini didasarkan pada semangat Kiyai Tafsir melihat sisi kemanusiaan dari para LGBT. Ibarat penanganan masalah kemisinan, lihat orangnya dan buang kemiskinannya.
Selanjutknya dalam  penanganan masalah kebodohan, lihat orangnya dan buang kebodohannya. Begitu juga tentunya dengan LGBT. Lihat orangnya, dan sembuhkan penyakit LGBT nya. Begitu argumentasi Kiyai Tafsir tertarik melakukan dakwah di Lorong gelap.  Dakwah di masjid atau di amal-amal usaha Muhammadiyah, lanjut Kiyai Tafsir, itu biasa. Tetapi dakwah di Lorong gelap, itu khusus dan luar biasa. 
LGBT adalah masalah sosial, yakni suatu perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial dan bertentangan dengan ajaran agama.  LGBT rentan terhadap penyakit menular  karena melakukan  hubungan seksual dengan risiko tinggi. LGBT adalah penyakit yang harus disembuhkan atau dipulihkan agar mereka dapat kembali hidup normal seperti masyarakat pada umumnya. 
Kajian yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2015 menunjukan bahwa   terdapat peningkatan jumlah Waria (transgender)  secara bermakna antara tahun 2002 dan 2009.  Tahun 2009-2012 juga meningkat namun peningkatannya tidak  bermakna.    Populasi  waria yang rawan terdampak HIV  diperkirakan mencapai 597 ribu orang.  Selanjutnya Lelaki yang melakukan hunungan seksual dengan lelaki termasuk biseksual mencapai lebih dari 1 juta orang (Kemenkes RI, 2014).  Tahun 2022, data tersebut diduga semakin meingkat.
Hasil kajian tersebut juga menunjukan bahwa terdapat dua sikap masayarakat terhadap kehadiran LGBT: sebagian menerima, sebagian lainnya menolak. Pihak yang menolak LGBT berpendapat bahwa perilaku mereka bertentangan dengan nilai-nilai agama. Masyarakat yang menolak  cenderung
mengecam atau mengucilkan keberadaan LGBT. Sebaliknya, mereka yang menerima keberadaan LGBT berpendapat bahwa pada saat ini, masyarakat telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai LGBT sehingga masyarakat tidak mendiskriminasi mereka.
 Mayoritas masyarakat tidak setuju apabila ada LGBT yang ingin atau menjadi pemimpin agama karena mereka sendiri ialah wujud dari pertentangan terhadap ajaran agama.  Demikian juga terkait dengan perkawinan sejenis, sebagian besar menyatakan tidak setuju. Yang menarik,  kajian itu juga menyimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak keberatan apabila harus beribadah bersama dengan LGBT atau tidak menolak LGBT yang ingin mengikuti kegiatan keagamaan bersama-sama dengan masyarakat. 
Dikatakan menarik karena mayoritas organisasi kemasyarakatan Islam, termasuk Muhammadiyah, memposisikan penderita LGBT hanya sebagai orang yang  bersalah, pendosa, dan karenanya tidak perlu mendapat perhatian dakwah. Oleh karenanya tidak mengherankan jika mayoritas organisasi kemasyarakatan Islam tidak memiliki program khusus untuk pemulihan diri dan rangsangan beribadah bagi penderita LGBT.  
Pengalaman Kiyai Tafsir setidaknya dapat menjadi titik tolak Gerakan Muhammadiyah melalui Lembaga Dakwah Khusus untuk memberi lentera di Lorong gelap tersebut. Sisi kemanusiaan lainnya dari penderita LGBT yang juga ingin berbuat baik, ingin beribadah, ingin berbuat kebajikan mendulang pahala, ingin ikut mengaji dengan masyarakat, selayaknya juga patut menjadi sisi yang perlu diperhatikan dalam gerakan dakwah Muhammadiyah dengan tetap berfokus pada upaya penyembuhan penyakit mereka.
 
 
Cibulan, 25 Oktober 2022 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Dapatkan Update Berita Republika
Kronologi Perempuan Dekati Istana Kepresidenan Membawa Senpi Jenis FN
Pemerintah Dinilai tidak Maksimal Cegah Gagal Ginjal Akut
Pasca Purna Tugas, Anies Tekuni Hobi Hingga Hadiri Deklarasi
Gerindra tak Terburu-buru Putuskan Cawapres Prabowo
SMRC Ungkap Ganjar Pranowo Tetap Unggul Pasca-Deklarasi Capres Anies 
Politik

Densus 88 saat ini melakukan pendalaman terhadap perempuan bersenjata itu.
Arena Olahraga

Setidaknya enam pelatih asing akan menangani klub IBL pada musim 2023.
Amerika

Pelaku penembakan tewas setelah baku tembak dengan polisi di sekolah St Louis
Bodebek

Penutupan dilakukan oleh Stasiun Bogor menggunakan rantai dan Dishub memasang rambu.
Eduaction

Perubahan yang dilakukan mengurangi beban kepadatan pelajaran sebanyak 30-40 persen
5 PHOTO
3 PHOTO
4 PHOTO
3 PHOTO
4 PHOTO
Selasa , 25 Oct 2022, 05:56 WIB
Senin , 24 Oct 2022, 19:02 WIB
Phone: 021 780 3747
Fax: 021 799 7903
Email:
newsroom@rol.republika.co.id (Redaksi)
sekretariat@republika.co.id (Redaksi)
marketing@republika.co.id (Marketing)
Copyright © 2018 republika.co.id, All right reserved

source