TEHERAN — Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni menhadiri Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 di Teheran, Iran, yang berlangsung dari 12 hingga 17 Rabiul Awal atau 8 hingga 10 Oktober 2022. Ia mewakili Muhammadiyah sekaligus menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia dalam acara teresbut.
“Saya diminta untuk mewakili organisasi (Muhammadiyah). Pendelegasian ini sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawab saya sebagai Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi hubungan internasional dan dialog antaragama,” tutur Syafiq dilansir dari situs resmo Muhammadiyah.or.id pada Senin (17/10/2022).
Agenda konferensi ini, kata Syafiq, penting untuk melaksanakan program internasionalisasi Muhammadiyah untuk terlibat dalam menyerukan persatuan umat dan perdamaian dunia dalam tatanan yang berkeadilan.
Sebagai representasi masyarakat sipil di Indonesia, Syafiq diberi kesempatan menjadi pembicara pada hari pertama konferensi. Ia menyampaikan visi global yang dirumuskan oleh Muhammadiyah, yang disarikan dari dokumen ‘Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal’ hasil muktamar yang lalu, dan dokumen ‘Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua’. Inti dari kedua dokumen tersebut adalah perlunya penegakan perdamaian dan keadilan global.
Syafiq juga menyampaikan agar perbedaan aliran atau mazhab dalam Islam jangan sampai menjadi aral bagi penguatan solidaritas dunia Islam. Perbedaan dalam wilayah ijtihadiyah jangan sampai menjadi alat legitimasi konflik internal umat.
“Ini penting untuk menyikapi kasus-kasus di berbagai belahan dunia, seperti Palestina, Myanmar, dan India. Umat Islam dan negara-negara Muslim perlu memiliki pandangan dan sikap yang sama terhadap fenomena konflik dan ketidakadilan, termasuk yang menimpa sebagian dari umat kita,” ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Konferensi semacam ini, menurutnya, paling tidak menjadi kekuatan moral kolektif untuk menegaskan peran-peran Islam dalam membangun perdamaian dan keadilan global, yang tidak secara eksklusif memperhatikan kepentingan orang-orang Islam saja dengan mendiskrimasi penganut agama lain. Selanjutnya visi dunia Islam perlu dikembangkan agar negara-negara Islam dan masyarakat sipil berbasis Islam bisa bergerak bersama-sama atas landasan sikap yang sama tentang berbagai isu kontemporer.
“Apakah karena basa-basi atau kejujuran, banyak audiens yang menghargai pandangan-pandangan yang saya sampaikan. Saya tidak merasakan forum itu ada hubungannya dengan missi sektariaan Syi’ah, sebagaimana juga ini dirasakan oleh hampir separuh partisipan yang mermazhab Sunni, termasuk ulama Sunni yang datang dari dalam negeri Iran sendiri,” terangnya.

Syafiq juga menceritakan kisahnya memakai peci berlogo Muhammadiyah yang banyak menarik perhatian peserta kongres.
“Saya pakai songkok berlogo Muhammadiyah. Mungkin ini yang membuat orang-orang minta foto bersama. Ini menarik perhatian mereka untuk tahu lebih banyak tentang Muhammadiyah. Bahkan Sekretaris Jenderal Majma’ ‘Alami li al-Taqrib bayn al-Mazahib al-Islamiyah, lembaga yang menyelenggarakan konferensi ini, secara khusus mengundang saya untuk bertemu di tempat khsusus untuk menyampaikan apresiasi terhadap partisipasi Muhammadiyah,” ucapnya.
Berita Terkait
Bagikan Artikel Ini
Berita Lainnya
© 2007 – 2022 Okezone.com,
All Rights Reserved

source