ADVERTISEMENT
Kasus gagal ginjal akut misterius belakangan disorot terkait kemungkinan dipicu cemaran etilen glikol dan dietilen glikol di obat sirup. Indonesia hingga Rabu (26/10/2022) mencatat 269 kasus gagal ginjal akut dan 157 di antaranya meninggal dunia.
Laporan serupa sebelumnya terjadi di Gambia, 70 anak meninggal akibat gagal ginjal akut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi empat obat batuk yang diimpor dari India menjadi pemicu puluhan kasus meninggal akibat cemaran etilen glikol dan dietilen glikol, di luar ambang batas aman.
Ini ditemukan setelah tes laboratorium sampel semua produk diuji WHO. Rupanya, kejadian ini bukan pertama kali dilaporkan di Gambia maupun Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan rangkuman detikcom dari berbagai sumber, berikut jejak laporan kasus gagal ginjal akut akibat cemaran etilen glikol dan dietilen glikol.

Kematian yang terkait dengan obat sirup terkontaminasi dietilen glikol telah dilaporkan di Panama, Bangladesh, Nigeria, hingga Amerika Serikat. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Food and Drug Administration (FDA) dan Center for Drug Evaluation and Research (CDER) mengeluarkan panduan bagi industri medis di 2007 silam, untuk menguji cemaran DEG di pelarut gliserin.
Laporan tersebut mengungkap FDA menerima banyak laporan di Oktober 2006 terkait keracunan DEG yang memicu kondisi fatal usai konsumen mengonsumsi obat sirup, seperti sirup obat batuk atau sirup asetaminofen, yang diproduksi dengan pelarut gliserin terkontaminasi DEG.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), mengatakan di 2009 silam, Kementerian Kesehatan Federal Nigeria mencatat 13 kasus gagal ginjal akut yang tidak dapat dijelaskan di antara anak-anak dari sebuah rumah sakit negara bagian Lagos.
Sementara di Panama, lebih dari seratus orang meninggal karena keracunan dietilen glikol 2006 silam. Dikutip dari laporan The New York Times di 2007, itu terjadi setelah sebuah perusahaan China mengekspor bahan kimia tersebut sebagai 99,5 persen gliserin murni.
Laporan itu mengatakan bahwa pada tahun 1992, Bangladesh telah menemukan racun dalam tujuh merek obat. Baru-baru ini di India, 12 anak meninggal di Udhampur Jammu pada tahun 2020 karena mengonsumsi sirup obat batuk beracun dari merek Coldbest-PC.
Wilayah Hindu telah melaporkan pada saat itu, kematian akibat keracunan glikol telah terjadi di India beberapa kali sebelumnya, yakni pada tahun 1973, 14 anak meninggal di Chennai, pada tahun 1986, 14 pasien meninggal di Mumbai, dan 33 anak meninggal pada tahun 1998, meninggal di kawasan New Delhi.
Dietilen glikol dapat menyebabkan gagal ginjal, mempengaruhi hati dan sistem saraf pusat dan bahkan berakibat fatal. Peringatan WHO juga terkait kasus Gambia juga menyoroti bahaya tersebut.
“Efek racun dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian,” kata WHO.

NEXT: Bagaimana dietilen glikol hingga etilen glikol berada dalam obat-obatan?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

source