ADVERTISEMENT
Baru-baru ini keluarga Whitaker asal Virginia Barat, Amerika Serikat kembali jadi sorotan dunia usai terungkap fakta lain di balik perkawinan sedarah. Dokumentasi yang diungkap Mark Laita, orang yang pertama kali menceritakan keluarga tersebut, memperlihatkan bagaimana kondisi satu keluarga serba terbatas.
Ada tiga anggota keluarga dari Whitaker yakni Lorraine, Ray, Timmy yang terkena cacat mental. Ray bahkan tak bisa berbicara dan hanya bisa mendengus.
“Beberapa anggota hanya berkomunikasi melalui gerutuan dan tidak dapat berbicara. Beberapa tidak bersekolah,” demikian laporan The Sun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keluarga tersebut juga kesulitan dalam ekonomi, lantaran tidak bisa bekerja di tengah keterbatasan. Hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah setempat. Asal usul perkawinan sedarah keluarga Whitaker masih misteri, tetapi dugaan baru terungkap dari sanak keluarga, ada kemungkinan orang tua mereka sama-sama sepupu pertama.
Dokter dan seluruh ilmuwan mengonfirmasi perkawinan sedarah memicu keturunan mengalami cacat bawaan dan penyakit genetik. Kelainan mental dan fisik yang dialami keluarga Whitaker disebut sangat menyedihkan.
“Keluarga itu tinggal di rumah jompo tidak terawat, membuat video merasa menyedihkan,” tulis laporan artikel The Whitaker family inbred story: Inbreeding may have caused the family’s health defects, awal Januari 2022.
Mengapa Perkawinan Sedarah Selalu Berisiko?
Para ilmuwan dari University of Queensland, di Australia menemukan anak-anak yang terlahir dari perkawinan sedarah rata-rata memiliki sejumlah masalah kesehatan. Misalnya, penurunan kemampuan kognitif dan fungsi otot, penurunan tinggi badan dan fungsi paru pada umumnya berisiko lebih besar terkena penyakit.
“Anak-anak inbrida juga berisiko lebih tinggi mengalami kelainan genetik resesif yang langka,” kata para ahli.
Alasan hubungan perkawinan sedarah berisiko melahirkan anak yang cacat adalah mereka menerima satu salinan gen dari setiap orang tua. Studi di hewan yang berkerabat dekat saja menunjukkan mereka lebih mungkin membawa salinan gen resesif yang sama, meningkatkan risiko mereka berdua akan mewariskan salinan gen ke keturunan mereka.
Risiko seorang anak mengalami gangguan resesif meningkat terkait perkawinan sedarah. Pembawa gangguan resesif mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki gen yang bermutasi karena dua salinan alel resesif diperlukan untuk ekspresi gen.
NEXT: Beragam risiko yang mengintai perkawinan sedarah.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT