Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Emotional Health For All (EHFA) bekerjasama dengan Yayasan Kesehatan Umum Kristen (Yakkum) dan Black Dog Institute mengumumkan pelaksanaan ‘Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia’ pada 29 Oktober 2022 nanti.
Itu merupakan acara deklarasi kesehatan mental lintas agama guna mengatasi tantangan kesehatan mental yang terjadi di Indonesia.
Project Leader dan Founder EHFA dan President Indonesian Association for Suicide Preventio, Dr. Sandersan Onie mengatakan, Indonesia memiliki masalah kesehatan mental yang cukup tinggi.
Baca juga: Turnamen Piala Soeratin DIY Turut Diutunda, Pelatih UAD U15 Jaga Motivasi Pemain
Apalagi, di masa pandemi Covid-19, pasti ada saja dampaknya pada kesehatan mental yang belum diketahui.
“Kesehatan mental dan bunuh diri berdampak besar pada ekonomi, dengan perkiraan biaya Rp. 582 triliun per tahun dalam kematian dan hilangnya produktivitas, sementara kemajuan untuk penanganan kesehatan mental berjalan lambat,” ujarnya dalam webinar Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia: ‘Menggunakan Agama untuk Mengakhiri Stigma Kesehatan Mental’, Senin (10/10/2022).
Maka, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan pendekatan agama demi memulihkan kondisi mental seseorang.
Dikatakan Sandy, EHFA memutuskan untuk mengambil pendekatan radikal mengenai edukasi kesehatan mental yaitu melalui deklarasi pertemuan antarumat agama yang diusung pada tanggal 2-3 Juni 2022 di Lombok sebagai bagian dari acara G20.
Deklarasi yang juga disebut sebagai ‘Lombok Declaration’ ini bertujuan untuk menegaskan bahwa setiap orang di Indonesia, termasuk para psikolog, guru, keluarga, pelajar dapat mencari bantuan kesehatan mental tanpa harus didiskriminasi atau distigmatisasi.
Melalui deklarasi ini, tujuh perwakilan tokoh agama KH Miftahul Huda dari Majelis Ulama Indonesia, Rm. Y. Aristanto HS, MSF dari Komisi Waligereja Indonesia, drg. I Nyoman Suarthanu. MAP KH Sarmidi Husna dari Pengurus Besar Nadhlatul Ulama dan drg. I Nyoman Suarthanu. MAP dari Parisada Hindu Darma.
Juga ada, I Wayan Sianto dari Perwakilan Walubi Indonesia, Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A dari International Center for Religions and Peace, Pdt Jackelyn Manuputty dari Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia dan Pdt Ary Mardi Wibowo dari Jakarta Praise Church Community mempersatukan pandangannya terhadap kesehatan mental dengan mentandatangani ‘Deklarasi Relio-Mental Health’.
Sandy mengatakan, masih banyak orang dengan gangguan kesehatan mental yang enggan atau bahkan tidak akan mengunjungi psikolog, melainkan justru berbicara dengan pemuka agama.
“Hal ini terlebih karena kita semua menyadari bahwa agama memainkan peran yang besar di Indonesia,” ungkap Dr. Sandersan.
Berdasarkan isi deklarasi tersebut, telah dinyatakan bahwa pemuka dari lima kelompok agama setuju bahwa masalah kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan.