Jakarta, CNBC Indonesia – Calon emiten teknologi Grup Djarum berencana menawarkan saham baru kepada investor dengan harapan mampu menggalang dana publik maksimal hingga Rp 8,17 triliun. Dalam laporan laba rugi perusahaan yang terbit dalam prospektus IPO, Blibli atau secara legal bernama PT Global Digital Niaga diketahui melakukan investasi di sejumlah perusahaan rintisan ternama, salah satunya PT Polinasi Iddea Investama atau lebih dikenal sebagai Halodoc.
Blibli diketahui memperoleh keuntungan sebesar Rp 279,09 miliar dari investasi awal Rp 188,28 miliar di Halodoc. Investasi Blibli tersebut dilakukan sebanyak lima kali dari yang paling lama tahun 2016 dan paling baru tahun 2021.
Dalam laporan keuangannya, Blibli mengungkapkan hingga akhir kuartal kedua tahun ini perusahaan memiliki 6,59% saham di Halodoc yang secara total nilainya mencapai Rp 467,36 miliar. Artinya secara total valuasi startup telemedis tersebut hingga akhir Juni 2022 mencapai Rp 7,09 triliun atau setara dengan US$ 472,80 juta (asumsi kurs Rp 15.000/US$).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan valuasi tersebut, Halodoc masih belum mencapai status unicorn yang disematkan kepada perusahaan startup dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Meski demikian, valuasi tersebut menempatkan Blibli sebagai salah satu perusahaan rintisan paling berharga di Indonesia.
Keuntungan signifikan tersebut diperoleh karena Blibli merupakan salah satu investor paling awal yang ikut mendanai Halodoc. Melansir Refinitiv, total dana yang digalang oleh Halodoc telah mencapai US$ 158 juta dari 4 kali putaran pendanaan. Berbeda sedikit, Crunchbase mencatat total pendanaan yang diterima Halodoc senilai US$ 145 dengan jumlah putaran sama.
Halodoc disebut terakhir kali menerima pendanaan Seri C untuk ekspansi senilai US$ 80 juta (Rp 1,2 triliun) pada 21 April 2021. Dengan kata lain, valuasi perusahaan dari kepemilikan saham oleh Blibli merupakan yang terbaru.
Sebelumnya, di tengah keringnya suntikan pendanaan swasta ke perusahaan rintisan, Halodoc sempat diisukan melakukan PHK dan memberlakukan aturan hiring freeze. Namun rumor tersebut langsung dibantah oleh pihak perusahaan.
Dengan dana US$ yang digalang April 2021, perusahaan menjadi salah satu startup RI dengan kas yang relatif besar. Sebagai gambaran, dengan burn rate US$ 2 juta (Rp 30 miliar), perusahaan masih sanggup bertahan hingga dua tahun ke depan. Apabila lebih angkanya lebih rendah, perusahaan dapat bertahan lebih lama. Sebaliknya, jika laju burn rate lebih tinggi maka dana juga akan habis dengan lebih cepat.
Sebagai catatan, tidak ada yang tahu pasti berapa besar burn rate yang dialokasikan atau apakah perusahaan sudah memasuki fase profitabilitas. Perhitungan di atas hanya digunakan sebagai ilustrasi semata.
Halodoc merupakan perusahaan rintisan terdepan RI di segmen teknologi kesehatan. Tahun lalu Halodoc bahkan dinobatkan sebagai salah satu dari 100 perusahaan layanan kesehatan digital top dunia, mengutip laporan The Healthcare Technology Report.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT