Laporan Reporter POS-KUPANG. COM, Teni Jenahas
POS-KUPANG. COM, ATAMBUA – Badan Kependudukan dan Keluarga  Berencana Nasional Provinsi NTT ( BKKBN NTT ) menggelar konsolidasi dengan pemangku kebijakan tingkat daerah di Kabupaten Belu untuk pencegahan stunting. 
Kegiatan yang bertempat di Hotel Matahari Atambua, Selasa 18 Oktober 2022 itu dibuka Bupati Belu, dr. Agustinus Taolin. Hadir saat itu, Kepala BKKBN Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru, Plt Kadis P2KB Belu, Egidius Nurak, dan staf khusus Bupati Belu, Ventje Abanit. 
Kepala BKKBN Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru kepada POS-KUPANG.COM menjelaskan, kegiatan tersebut diselenggarakan karena masih ada stunting di Kabupaten Belu
“Salah satu masalah di Belu adalah stunting masih ada. Kita harapkan kalau boleh tidak ada stunting lagi. Itu harapan kita”, kata Marianus. 
Baca juga: Polisi Tembak Warga Belu, Penyidik Propam Polda NTT Periksa Tiga Saksi
Menurut Marianus, pihaknya mengumpulkan para pemangku kebijakan di tingkat daerah yaitu pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat untuk mendiskusikan penyebab utama stunting. 
“Kita harus tahu dulu penyebabnya apa, baru kita cari jalan keluar. 
Tadi sudah dijelaskan oleh pak Bupati bahwa penyebabnya ada banyak, baik langsung maupun tidak langsung, seperti kekurangan gizi”, ungkapnya. 
Lanjut Marianus, jika salah satu penyebabnya adalah kekurangan gizi maka jalan keluar yang harus dilakukan dengan pemberian makanan bergizi kepada sasaran. Untuk mendapat makanan bergizi memerlukan uang sehingga keluarga harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. 
“Untuk mendapatkan makanan yang bergizi itu harus dibeli pakai uang.  Untuk dapat uang, orang harus bekerja. Kalau tidak kerja berarti tidak dapat uang”, paparnya. 
Selain bekerja untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, keluarga juga harus merencanakan rumah tangga dengan baik, seperti rencana kelahiran anak tidak terlalu dekat dan anak tidak terlalu banyak. Ini termasuk penyebab tidak langsung masalah stunting. 
“Ini semua terjadi dalam keluarga. Entah dia stunting atau miskin, atau kematian ibu, atau kematian bayi dan anak tidak sekolah, semua itu ada dalam keluarga. Oleh karena itu dalam melakukan intervensi harus fokus pada keluarga. Tidak bisa kita keluar dari keluarga”, terangnya. 
Baca juga: Bawaslu Belu Gelar Ujian Tulis Bagi 334 Calon Panwascam se-Kabupaten Belu
Menurut Marianus, intervensi fokus pada keluarga supaya orang tua  sehat dan anak-anak sehat. 
“Kita fokus pada keluarga supaya bapak sehat, mama sehat, maka anak anak sehat”, katanya. 
Marianus berharap, peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut dapat menjadi pelopor dalam keluarga untuk mencegah stunting dan juga menjadi corong untuk mensosialisasikan kepada keluarga yang lain. Termasuk peran aktif media juga sangat diharapkan untuk mensosialisasikan upaya penanganan stunting. 

source