TIMESINDONESIA, SURABAYA – Mengatasi permasalahan stunting, Kader Pembangunan Manusia (KPM) terus bergerak tanpa henti dari hari ke hari, minggu ke minggu di wilayah pedesaan.
Mereka aktif melakukan sosialisasi, pembagian gizi asupan protein hewani, pemberian vitamin dan mencatat seluruh perkembangan kesehatan anak maupun ibu hamil secara berkala. 
Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 050/4890/SJ tentang Percepatan Penanganan Stunting di Daerah. 
Surat Edaran tersebut tertanggal mulai 24 Agustus 2022 dan merupakan turunan dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Antara lain terkait rencana aksi nasional percepatan penurunan angka stunting Indonesia tahun 2021-2024.
Mendagri Tito Karnavian mendorong pemerintah daerah untuk melakukan upaya percepatan penurunan prevelansi stunting sebesar 14 persen pada 2024 mendatang. 
Implementasi aturan itu diwujudkan melalui serangkaian aksi dan program hingga tingkat desa dan telah masuk dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJPD, RPJMD, dan RKPD) serta dokumen perencanaan perangkat daerah (Renstra dan Renja) dan APBD. 
Pemerintah juga melakukan perluasan jangkauan dan pemanfaatan surveilans rutin melalui sistem elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) dan aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil (ELSIMIL) guna mengendalikan pemberian paket layanan program percepatan penurunan stunting yang tepat pada kelompok sasaran yaitu remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan. 
KPM adalah kader masyarakat terpilih yang mempunyai kepedulian dan bersedia mendedikasikan diri untuk ikut berperan dalam pembangunan manusia di desa, terutama dalam monitoring dan fasilitasi konvergensi penurunan stunting.
KPM berperan mengajak partisipasi masyarakat dan lembaga dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pemantauan.
Namun demikian, KPM juga perlu untuk berkoordinasi dengan pelaku program dan lembaga lainnya seperti bidan desa, petugas puskesmas lainnya seperti ahli gizi dan sanitarian, guru PAUD serta aparat atau lembaga desa.
KPM di Wilayah Gurah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merupakan salah satu elemen dari lima poin penanganan stunting berdasarkan SE Kemendagri tersebut. 
Program penanganan stunting berjalan sejak minggu pertama setiap bulan. KPM bekerja bersama Tim Srikandi Biru PKK dan ahli gizi Puskesmas setempat bertatap muka langsung dengan para bunda beserta putra putri kecil mereka.
KPM memiliki empat tugas utama dalam penanganan stunting. Kampanye "Cegah Stunting Itu Penting", melakukan pendataan sasaran dan pemantauan layanan, memfasilitasi perencanaan dan kegiatan penanganan stunting di desa, dan mengkonsolidasikan data serta laporan kegiatan stunting desa (village score cards).
Pendamping Kegiatan dan Anggaran KPM Assa Sofiana mengatakan, terdapat 21 desa di Wilayah Kecamatan Gurah. Setiap desa memiliki permasalahan  stunting beragam. Pemantauan terus dilakukan dengan memahami beberapa ciri-ciri umum pada anak stunting. 
Antara lain tinggi badan lebih rendah dari anak seusianya, wajah tampak lebih muda daripada anak seusianya, pertumbuhan melambat, ketika usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata atau eye contact, tanda pubertas melambat, performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar serta pertumbuhan gigi melambat. 
"Pencegahan stunting juga fokus pada seribu hari pertama kehamilan," kata Assa, Rabu (7/9/2022). 
Seribu masa kehamilan adalah periode kritis perkembangan dan masa paling tepat untuk melakukan pemulihan gangguan perkembangan. 
Pada masa ini, KPM desa selalu mengarahkan bunda untuk memberikan ASI Ekslusif sampai usia bayi dua tahun, melengkapi imunisasi dasar, memastikan kesehatan dan gizi, higiene sanitasi lingkungan, air bersih dan ketahanan pangan. 
Assa menambahkan, bahwa Ahli Gizi Puskesmas Adan-adan, pusat pelayanan kesehatan di kecamatan tersebut, mengungkapkan pentingnya konsumsi menu sehat seimbang. Komposisi sekali makan adalah 35 persen makanan pokok, 35 persen lauk, 30 persen sayur dan buah. 
"Biasakan makan lauk pauk yang mengandung protein tinggi," kata dia. 
KPM Desa memberikan asupan protein hewani berupa daging ayam, nugget goreng, ikan, daging sapi serta telur dan susu pasteurisasi UHT setiap dua kali dalam satu bulan. Anggaran penanganan stunting sepenuhnya dari APBN Dana Desa. 
Daging ayam diberikan pada minggu bulan pertama, daging ikan pada minggu kedua, dan seterusnya. Termasuk daging ayam olahan beku dan nugget goreng kesukaan anak-anak. Selain itu juga ada produk turunan seperti sosis maupun varian lainnnya. 
Rupanya anak-anak sangat menyukai jajanan dalam bentuk diversifikasi olahan protein hewani tersebut. Mereka juga antusias setiap kali bunda hadir dalam kegiatan rembug stunting dan Posyandu. Karena sekarang tak hanya menikmati minuman kacang hijau saja. Ada susu, ada sosis, nugget dan buah-buahan. 
Selanjutnya dalam setiap pertemuan, KPM akan melakukan rekap data berat badan, rekap data tinggi badan, rekap data status gizi dan data lingkar kepala. 
Demikian pula dengan Tim Srikandi Biru. Mereka bekerja tak hanya berdasarkan SK Nomor : 01/KEP/PKK.KAB.KD/I/2022. Namun juga atas nama perjuangan membebaskan generasi masa depan dari ancaman stunting dan gizi buruk. 
Tim Srikandi Biru di desa-desa merupakan bagian krusial dalam upaya percepatan penanganan stunting, penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. 
Mereka bergerak dalam kelembutan, meningkatkan kapasitas sebagai Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam melaksanakan penyuluhan. 
Hampir setiap pekan, lewat agenda Posyandu maupun penyuluhan, KPM dan Tim Srikandi Biru melakukan aksi massif pembagian protein hewani. 
Setahun terakhir, anak-anak balita pantauan sudah menunjukkan perkembangan menggembirakan. Tubuh mereka lebih berisi, pertumbuhan tinggi badan setiap bulan kian bertambah.
Kediri Menuju Bebas Stunting
Kader-Posyandu-2.jpg
Sementara itu berdasarkan data, sepanjang tahun 2021 tercatat 10.000 lebih balita di Kabupaten Kediri mengalami stunting dan angka tersebut dinilai masih tinggi atau setara 14 persen. 
Satu desa di Kabupaten Kediri bisa menyumbangkan 10 anak stunting. Bahkan ada yang lebih. Dari total 344 desa, setidaknya ada 3.000 anak masih mengalami stunting. Pemkab menargetkan angka stunting turun 10 persen pada tahun ini. 
Wakil Bupati Kediri Dewi Maria Ulfa menjelaskan, bahwa stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian pemerintah. 
"Banyak faktor penyebab stunting salah satunya asupan makanan," kata Maria. 
Pemkab Kediri telah menyusun jadwal aksi setiap tahun dan menetapkan 42 desa menjadi lokasi sasaran sejak 2019 hingga 2022. Lokasi desa stunting tahun 2022 sebanyak 12 desa di 9 kecamatan. Terdiri dari, 10 desa lokasi tahun 2019, 10 desa tahun 2020, 10 desa tahun 2020 dan 12 desa tahun 2022.
Oleh sebab itu, Pemkab memiliki program pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami berbagai tanaman seperti sayur, rempah rempah dan budidaya ikan berskala keluarga sebagai langkah pemenuhan asupan protein hewani.
"Tidak hanya mendukung ketahanan pangan keluarga yang terpenting adalah percepatan penurunan angka stunting. Ingat target kita 1 digit di tahun 2023. Saya yakin sinergitas, kekompakan dari semua pihak akan tercapai," ucapnya. 
Selain itu, bantuan konsumsi pangan protein hewani merupakan program tambahan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri sebagai partisipasi untuk menekan kasus stunting.
Bantuan pangan ini berupa abon ayam, abon lele, telur asin, ayam dan nugget goreng juga susu pasteurisasi. Pembagian protein hewani ke sejumlah desa berdasarkan data dari dinas kesehatan setempat. 
Kepala DKPP Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan, penanganan stunting dengan pembagian protein hewani merupakan program DKPP berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial (Dinsos), dan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP 2KB P3A) sebagai sasaran. 
Dinas Peternakan membagikan 1000 paket protein hewani berdasarkan data Dinkes dan DP 2KB P3A terkait wanita hamil resiko tinggi. Kemudian data Dinsos bagi ibu hamil dengan latar belakang ekonomi tidak mampu. 
DKPP menyediakan protein hewani dalam satu paket mulai susu, telur, olahan daging atau abon, serta nugget.  "Selain itu kami ada kolaborasi dengan dinas pendidikan untuk pemberian protein hewani bagi anak-anak PAUD," ucap Tutik.
Urgensi Konsumsi Protein Hewani 
Tak dapat dipungkiri, asupan protein hewani memiliki peran penting dalam upaya mencegah stunting pada anak. Prevalensi kasus stunting di Indonesia kian menunjukkan penurunan sejak beberapa tahun belakangan. 
Meskipun demikian, penurunan angka stunting tersebut masih jauh dari target Nasional yakni sebesar 14 persen pada tahun 2024. 
Stunting menjadi masalah genting sebab memiliki dampak jangka panjang yang berkontribusi pada produktivitas ekonomi dan pertumbuhan negara.
Padahal salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung protein hewani. Namun, sayangnya total konsumsi protein hewani di Indonesia masih tergolong rendah.
Berdasarkan data Food and Agriculture (FAO) pada tahun 2017, total konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia hanya sebesar 8 persen. 
Angka tersebut berbeda secara signifikan dibandingkan negara Asia lainnya, seperti Malaysia dan Thailand yang tingkat konsumsi protein hewaninya masing-masing mencapai 30 persen dan 24 persen.
Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat  Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, ahli gizi kesehatan masyarakat dan guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menuturkan, manusia membutuhkan protein yang terdiri atas asam-asam amino sebagai zat pembangun tubuh.
Tubuh manusia membutuhkan sebanyak 20 jenis asam amino dan 9 di antaranya adalah asam amino esensial yang harus didapatkan dari makanan.
"Protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap. dibandingkan protein nabati," terangnya saat pemaparan dalam acara edukasi pencegahan stunting persembahan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) di Mercure Grand Mirama, Surabaya, beberapa waktu lalu. 
Dalam kaitannya dengan pencegahan stunting, tambahnya, asupan protein hewani tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Lebih jauh lagi, asupan protein hewani harus dicukupi sejak awal di 1.000 hari pertama kehidupan yakni sejak ibu hamil hingga anak berusia 2 tahun. 
Periode ini merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak, masa yang menentukan perkembangan fisik dan kecerdasan jangka panjang.
Lebih lanjut Prof. Sandra mengungkapkan, protein hewani, selain mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan lebih banyak dibandingkan protein nabati, juga memiliki kandungan vitamin dan mineral yang beragam serta memiliki kualitas yang lebih baik untuk mendukung daya tahan tubuh manusia.
"Oleh karenanya, penting agar mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung protein hewani setiap harinya," imbau Prof Sandra. 
Prof Sandra juga mengatakan, konsumsi protein lewat daging olahan beku aman bagi anak-anak karena nilai gizinya tetap terjaga sama dengan bahan daging segar. 
"Selama ini tidak ada perbedaan karena tentunya pada saat dia dijadikan beku sudah diproses sehingga tidak akan merusak nilai gizi jadi artinya benar-benar fresh tapi kemudian dibekukan," kata Prof Sandra. 
Sumber protein frozen juga lebih praktis dan mudah didapatkan kapan saja bahkan dengan harga cukup terjangkau. 
Anak-anak yang mengkonsumsi protein hewani memiliki pertumbuhan lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mengkonsumsi protein hewani. 
Pemerintah sudah mulai memberi informasi pentingnya protein hewani melalui konsumsi susu, telor, dan sebagainya. Oleh karena itu, kata dia, media juga memiliki peran penting menyampaikan informasi ini kepada masyarakat. 
"Saya yakin stunting akan lebih cepat untuk menurun karena selama ini saya rasa informasinya kok sensitif terus, yang diperbaiki jamban, kesehatan, perumahan itu penting. Tapi mengapa anaknya kok nggak dikasih makan protein hewani?," tukasnya. 
Baru pada 2022 ini disebutkan bahwa konsumsi protein hewani ini harus ditingkatkan. Baik untuk anak bayi maupun balita sebagai makanan pendamping ASI. Sehingga anak tidak akan alergi, karena dari kecil pelan-pelan dikenalkan. 
Ada sebuah kasus, ibu-ibu kerap melarang anak minum susu karena khawatir terjadi alergi. Padahal, kata Prof Sandra, angka lactose intolerance atau gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa sebenarnya sangat rendah dan bersifat tidak permanen atau hanya temporer saja. 
"Pada saat anak enzim lactase nya sudah berfungsi lagi, dia boleh minum susu. Tidak masalah," ujarnya. 
Sementara itu, Rachmat Indrajaya, Direktur Corporate Affairs JAPFA menyampaikan,  daging ayam frozen sudah melewati proses yang sangat higienis dan halal di rumah potong ayam hingga melewati berbagai proses sampai menjadi ayam olahan beku. 
"Saya berani menjamin bahwa ayam beku tidak mengurangi nilai gizi maupun protein," katanya. 
Sebagai penyedia protein hewani di Indonesia, tambahnya, PT JAPFA  berkomitmen memberikan kualitas produk terbaik dengan harga terjangkau. 
Dalam menjamin kualitas produk, JAPFA selalu memperhatikan penerapan Standard Operating Procedure (SOP) yang ketat serta didukung oleh tenaga lapangan yang profesional.
"Sehingga, produk olahan protein hewani yang dihasilkan memenuhi konsep ASUH. Aman, Sehat, Utuh dan Halal. Kami berharap, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi protein hewani demi generasi unggul Indonesia di masa mendatang," ungkapnya dalam giat edukasi pencegahan stunting.
Jika ada informasi salah terkait ayam suntik hormon, ia menjelaskan bahwa rumor tersebut tidaklah benar.  "Ayam tumbuh besar karena faktor genetik," kata dia. 
Sinergi Pentahelix 
JAPFA terus melakukan kampanye pentingnya asupan protein hewani. Karena selama ini masyarakat lebih banyak menggantungkan gizi pada protein nabati. Padahal dalam protein hewani terdapat zat yang jauh lebih baik untuk pertumbuhan anak. 
Aksi ini merupakan bagian dari sinergi Pentahelix antara pemerintah, akademisi, sektor industri, elemen masyarakat dan media. Perusahaan berkomitmen untuk memberikan edukasi dan sosialisasi guna meningkatkan konsumsi protein hewani di masyarakat.
"Hal ini juga sejalan dengan rencana pemerintah dalam menekan angka stunting di Indonesia," ungkap Rachmat.
JAPFA memiliki tanggung jawab membantu pemerintah agar masyarakat semakin paham pentingnya asupan protein hewani bagi anak kecil mereka. 
JAPFA sendiri berada di hampir seluruh Indonesia. Perusahaan juga tengah memetakan angka stunting di tempat-tempat pusat produksi dan membuat program berkepanjangan. 
"JAPFA ingin mengedukasi dulu agar masyarakat paham lebih dahulu apa itu stunting. Jadi waktu kita masuk, mereka sudah paham," ujarnya. (*) 
**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.
10/11/2021 – 09:39
Copyright 2014 – 2022 TIMES Indonesia. All Rights Reserved.
Page rendered in 0.5886 seconds. Running in Unknown Platform

source