JENEWAOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja menerbitkan laporan pertama berskala global tentang kesehatan pengungsi dan migran. Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut laporan ini sebagai kajian penting dan suatu peringatan karena mengungkapkan perbedaan besar antara kesehatan pengungsi dan migran, dengan populasi yang lebih luas di negara yang menampung mereka.
“Misalnya, banyak pekerja migran terlibat dalam apa yang disebut sebagai pekerjaan 3D – dirty, dangerous, demanding – atau pekerjaan kotor, berbahaya dan yang banyak persyaratannya, tanpa perlindungan sosial dan kesehatan yang memadai, atau langkah-langkah kesehatan kerja yang layak. Para pengungsi dan migran ini hampir tidak ada dalam survei dan data kesehatan global, sehingga membuat mereka hampir tak terlihat dalam desain sistem dan layanan kesehatan,” terangnya, dikutip VOA.
Baca juga: Jumlah Pengungsi Membengkak, Biden Salahkan Perang Rusia di Ukraina
Tedros mencatat satu miliar orang, atau satu dari setiap delapan orang di Bumi, adalah pengungsi atau migran. Jumlah ini terus bertambah. Tedros mengatakan saat ini semakin banyak orang yang tergerak untuk menanggapi konflik yang berkembang, perubahan iklim, meningkatnya ketidaksetaraan dan keadaan darurat global seperti pandemi virus korona.
Baca juga: UNHCR: 100 Juta Orang di Seluruh Dunia Terpaksa Meninggalkan Rumah, Jadi Rekor Tertinggi
Dia mengatakan kebutuhan kesehatan para pengungsi dan migran ini sering diabaikan dan tidak tertangani di negara-negara yang mereka singgahi atau tinggali.
“Mereka menghadapi banyak tantangan, termasuk harus mengeluarkan biaya sendiri, perlakuan diskriminatif dan ketakutan akan ditahan atau dideportasi. Banyak negara memang memiliki kebijakan kesehatan yang mencakup layanan kesehatan bagi pengungsi dan migran. Tetapi terlalu banyak kebijakan yang tidak efektif atau belum diterapkan secara efektif,” ungkapnya.

Tedros menyerukan kepada pemerintah dan organisasi yang bekerja dengan pengungsi dan migran untuk bersama-sama melindungi dan mempromosikan kesehatan pengungsi dan migran ini. Ia mengatakan laporan itu juga menetapkan strategi untuk mencapai sistem kesehatan inklusif yang lebih adil, yang mempromosikan kesejahteraan bagi semua orang.
Waheed Arian, seorang pengungsi Afghanistan yang juga dokter medis di Inggris, mengenang kondisi di mana ia dan keluarganya tinggal di sebuah kamp pengungsi di Pakistan selama akhir 1980an. Ia mengatakan mereka sempat terkena banyak penyakit, termasuk malaria dan TBC.
“Kondisi yang kita lihat di kamp-kamp pengungsi di berbagai belahan dunia sekarang ini tidak jauh berbeda dengan kondisi yang saya alami secara langsung. Meskipun kami aman dari bom, kami tidak aman secara fisik. Kami tidak aman secara sosial. Kami tidak aman secara mental,” ujarnya.
Berita Terkait
Bagikan Artikel Ini
Berita Lainnya
© 2007 – 2022 Okezone.com,
All Rights Reserved

source