PADA 21 Juli 2022 Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), Sumatera Utara, resmi menginjak usia 14 tahun. Dan sehari kemudian, 22 Juli 2022, H. Edimin-A. Padli Tanjung genap setahun memimpin Labusel sebagai Bupati dan Wakil Bupati.
Perjalanan 14 tahun Labusel, masih menjadi tanda tanya besar: Mau dibawa kemana kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Riau ini? Maksudnya, apakah Labusel akan menjadi kabupaten industri, pendidikan, perdagangan, perkebunan, pertanian, peternakan, pariwisata, jasa, atau apa.
Melihat logo Pemkab Labusel, setidaknya ada empat yang menonjol. Ikan Baung-Udang Gala-Kelapa Sawit-Ponon Karet. Selain identitas (ikon), empat komoditi ini sepertinya diharapkan akan menjadi mata pencaharian masyarakat.
Tapi melihat keadaan dan tantangan yang ada, belum tampak ada upaya serius dari pemerintah termasuk dari masyarakat soal empat komoditi ini. Pelestarian dan pembudidayaan baung-udang secara serius belum terdengar. Karet secara perlahan juga sepertinya akan ditinggal dan fokus ke sawit.
Memang, dengan perkembangan dan tantangan yang ada ke depan, kita tidak boleh terpaku pada empat ikon yang ada si logo pemkab itu. Tapi bukan berarti menjadi alasan untuk melupakannya. Artinya, empat ikon identitas itu harus dilestarikan, meski tidak menjadi fokus utama.
Lalu apa fokus atau haluan besar Labusel ke depan? Semua pemangku kepentingan di bumi “Santun Berkata Bijak Berkarya” harus duduk bersama membuat konsep/kajian yang sistematis dan terstruktur, juga harus mengambil langkah berani.
Izinkan saya menawarkan proposal fokus ke depan Labusel. Yaitu, sinergi antara perkebunan dan peternakan. Ditambah, Labusel juga bisa fokus ke sektor pertanian. Seperti, sawit, karet, padi (sawah), jagung, kedelai, kacang tanah, budidaya ubi, sayuran dan lain-lain.
Kenapa sinergi perkebunan-peternakan, karena itu adalah krakter dan kekuatan daerah ini. Luas wilayah Labusel lebih setengahnya adalah perkebunan. Sangat pas kalau dikolaborasikan dengan peternakan sapi dan sejenisnya.
Kalau ini dilakukan, Labusel akan jadi penyumbang katahanan pangan nasional pada sektor daging, dan mudah-mudahan kita bisa swasembada. Hemat saya, inilah fokus dan tantangan Labusel ke depan.
InsyaAllah dan harapan kita bersama, semoga Labusel bisa berkontribusi terkait ketahanan pangan nasional. Dan khusunya masyarakat Labusel, semoga bisa sejahtera dan bermartabat, seperti visi duet Edimin-Padli.
Setahun Edimin-Padli
Sehari sesudah peringatan Hari Jadi Labusel yang ke-14 (21 Juli), kepemimpinan Edimin-Padli resmi berusia setahun (22 Juli). Tidak terasa, duet Edimin-Padli ternyata sudah 365 hari.
Dalam kepemimpinan setahun Edimin-Padli, sudah banyak hal positif yang dilakukan. Baik yang dirasakan langsung atau tidak, fisik atau non fisik. Di tengah prestasi yang diperoleh itu, harus diakui masih ada koreksi dan tantangan yang tidak mudah ke depan.
Bukan untuk mengumbar pujian atau memuji prestasi duet Edimin-Padli, tapi fakta dan data menyebutkan, bahwa tahun 2022, prestasi pemeriksaan laporan keuangan Labusel masih bisa dipertahankan: WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). WTP adalah opini audit tertinggi dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).
Selanjutnya, di tengah beberapa kali aksi unjuk rasa, ternyata Pemkab Labusel mendapatkan penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penghargaan itu diganjar atas upaya pemkab dalam upaya pemberantasan korupsi. Spesifiknya adalah: Apresiasi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi sebagai “Nilai Penyelamatan Aset Bergerak Terbanyak Tahun 2022”.
Dan akhir tahun lalu, Labusel juga mencatat prestasi dari Kemendagri lewat Pemprov Sumut. Labusel juara kedua setelah Kota Medan terkait Registrasi Kependudukan. Soal keramahan investasi, Labusel meraih juara ketiga di Sumut. Yaitu, kategori tujuan investasi (pemetaan tujuan investasi) di Sumut (NSI-BPC) tahun 2022.
Pengahargaan lain tentu masih banyak, misalnya dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dll. Semua prestasi dan penghargaan tersebut dipersembahkan kepada seluruh masyarakat Labusel. Dan itu dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan kinerja di masa-masa mendatang.
Pada sisi lain, di tengah riuhnya soal tenaga kontrak (honorer) beberapa waktu lalu, ternyata pemkab berhasil mengoptimalkannya. Maksudnya, telah terwujud reorganisasi akibat membludaknya tenaga honorer dan membengkaknya anggaran. Untuk mengoptimalkan tenaga honorer dan anggaran tersebut, terjadi pengurangan 400 orang lebih. Maaf, ini terpaksa dilakukan untuk kemaslahatan yang lebih banyak.
Selain perampingan dan anggaran yang membludak, reorganisasi juga melibatkan kepala dinas yang bersangkutan. Mereka diberikan wewenang melakukan evaluasi terkait kinerja bawahan dan kebutuhan pegawai sesungguhnya. Ini sekalian membantah isu yang beredar, hanya diatur sekelompok orang.
Tantangan ke depan, soal sistem perekrutan tenaga honorer ini, memang harus dilakukan lebih profesional. Kemarin, baru RSUD Kotapinang yang sudah memulai melakukan perekrutan via online, meski masih perlu ada pembenahan di sana-sini.
Penghematan anggaran juga dilakukan pada sisi perkantoran. Ada banyak kantor dinas yang dipindahkan. Dari sebelumnya mengontrak dengan harga yang cukup mahal, sekarang menempati ruko milik pemkab yang selama ini dikontrakkan dengan harga yang jauh lebih murah. Lewat kebijakan ini, ratusan juta rupiah uang rakyat bisa dihemat.
Soal pembahasan APBD dan sebelumnya RPJMD, juga berjalan dengan baik. Termasuk pembahasan KUA PPAS dilakukan secara terukur dan terbuka. Ini bahagian prestasi non fisik.
Hal kecil yang ada dalam janji kampanye Edimin-Padli juga sudah ditunaikan. Yaitu, stiker pemkab di kaca belakang mobil dinas. Sudah hampir semua kendaraan dinas terpasang stiker. Yang belum memasang, mungkin bisa diingatkan dan diberikan teguran.
Adapun soal empat fokus Edimin-Padli, pelan-pelan juga sudah mulai dikerjakan. Empat fokus itu adalah: infrastruktur (jalan); pendidikan (termasuk pendidikan agama); kesehatan; dan ekonomi (UMKM).
Terkait infrastruktur, bukan ingin membanding-bandingkan dengan tahun sebelumnya, tapi memang faktanya, anggaran untuk infrastruktur (mayoritas jalan) tahun 2022 ini terjadi peningkatan signifikan. Edimin-Padli sudah menunaikan janji kampanye mereka soal infrastruktur lewat politik anggaran.
Tahun 2022 ini, anggaran bersumber dari APBD untuk infrastruktur sebanyak Rp. 109 miliar, tahun 2021 lalu hanya Rp. 68 miliar. Silakan kita hitung sendiri berapa penambahannya. Tinggal sekarang tugas kita adalah, ayo kita pantau pembangunan infrastruktur ini agar sesuai dengan peraturan/mekanisme yang ada.
Dan atas komunikasi dan koordinasi yang baik dengan Ketua Fraksi Gerindra/Anggota DPRD Sumut Ari Wibowo, Pemkab Labusel mendapatkan tambahan untuk pembangunan infrastruktur sebanyak Rp. 15,5 miliar. Anggaran itu bersumber dari Bantuan Keuangan Provinsi Sumatera Utara (BKP) Tahun 2022.
Soal pendidikan, selain mempertahankan yang ada, seperti guru agama di sekolah-sekolah formal, beasiswa, dan MoU dengan perguruan tinggi, pada tahun ini Pemkab Labusel menjalin kerjasama sekolah kedinasan dengan Politeknik Transportasi Darat Indonesia (PTDI-STTD) di bawah naungan Kementerian Perhubungan. Setiap tahun, Labusel memberikan beasiswa dengan mengirim lima putra/putri terbaiknya sekolah kedinasan di STTD Bekasi.
Selain itu, pemkab berkoordinasi dengan pemerintahan desa agar mempelajari program beasiswa desa kepada mahasiswa berprestasi-miskin di desanya, dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anggaran.
Soal bidang kesehatan, perlahan tapi pasti pelayanan dan kebersihan di RSUD Kotapinang sudah mulai menunjukkan hal positif. Meski masih banyak hal-hal yang memang perlu dibenahi.
Diharapkan, pelayanan dan kebersihan di puskesmas dan pustu juga bisa berbenah. Sejak awal dilantik, Edimin-Padli meminta, agar fasilatas kesehatan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Khusus masyarakat yang ber-KTP Labusel, yang ingin berobat mendesak (darurat), harus terlebih dahulu ditangani. Soal administrasi seperti BPJS Kesehatan, baru dibicaran sesudah ada penanganan.
Soal bidang kesehatan ini, Edimin-Padli juga mengharapkan, bagi desa yang belum memiliki mobil ambulan dan tenaga medis, agar melakukan musyawarah mufakat mencari jalan keluar, dengan melihat kebutuhan dan anggaran yang ada.
Adapun soal ekonomi termasuk di dalamnya UMKM dan tenaga kerja, ini memang menjadi tantangan tersendiri. Perlu langkah yang terukur, dan akan memakan waktu cukup lama.
Langkah yang akan diambil. Dalam waktu dekat, Lapangan SBBK akan dibenahi, selain menjadi ruang terbuka hijau dan tempat olahraga (jogging track), diharapkan juga jadi pusat perekonomian baru, dengan membuat stand-stand UMKM.
Begitu juga soal rencana pembangunan rest area mini di setiap gerbang utama Labusel, diharapkan ini juga menjadi sentara ekonomi baru, plus destinasi wisata baru.
Pada sisi lain, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Labusel juga terus bergerak ke bawah untuk memastikan ekonomi bisa berjalan. Misalnya, mendorong dan membantu kaum ibu-ibu dan kaum milenial untuk berwirausaha. Juga, mendorong masyarakat agar semakin banyak mencetuskan karya kerajinan termasuk klunier yang bisa menjadi khas atau oleh-oleh Labusel.
Mengenai harga sawit yang sedang tidak stabil, yang menjadi mata pencaharian banyak warga Labusel, Edimin-Padli tidak berpangku tangan. Mereka terus bergerak mencari jalan keluar.
Karena ini adalah kebijakan pusat, Labusel menjadi salah satu daerah sebagai penggagas berdirinya Asosiasi Kabupaten Penghasil Sawit Indonesia (AKPSI). Asosiasi ini beranggotan 160 kabupaten se-Indonesia. Di asosiasi ini, Bupati Labusel dipercaya sebagai Ketua II. Asosiasi ini sudah bertemu dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan. Dan kepengurusan AKPSI ini sudah dilantik oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dan disaksikan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.
Selain meminta kepada pemerintah pusat untuk segera melakukan normalisasi harga tandan buah segar (TBS) sawit, ada tiga pilar yang pegang AKPSI, yakni kepentingan negara, kepentingan investasi, dan kepentingan rakyat. Sehingga tercipta roda ekonomi serta roda pemerintahan bisa berjalan dengan baik.
Dan, yang tidak kalah penting adalah, janji kampenya Edimin-Padli soal insentif guru mengaji bagi yang beraga Islam dan guru mingguan bagi yang beraga kristen, serta bilal mayit, pada tahun ini sudah mulai berjalan.
Alhamdulillah, guru mengaji di kampung-kampung se-Labusel yang selama ini sangat berjasa dan ikhlas mengajarkan agama, memperkenalkan huruf hijaiyah kini mulai disentuh pemerintah. Para guru kita tersebut sudah bisa tersenyum. Semoga ini menjadi amal jariah untuk kita bersama.
Soal data penerima bantuan sosial (bansos), apapun bentuknya, Edimin-Padli sudah meminta kepada pihak terkait terutama pemerintah desa, agar melakukan perbaikan secara berkala. Singkatnya, bansos tersebut harus diberikan kepada masyarakat yang paling berhak, bukan karena kedekatan dengan si ini dan si itu.
Bak gayung bersambut, sudah banyak pemerintahan desa mulai mengerjakannya. Perbaikan data penerima bansos harus dilakukan berkala, dan dijalakan dengan azas musyawarah mufakat serta transparan.
Tantangan Edimin-Padli
Meski sudah mulai menyicil janji-janji kampanye dan sebagian sudah menorehkan prestasi, bukan berarti tidak ada catatan koreksi dan evalusi, apalagi tantangan ke depan tidaklah muda.
Catatan pertama, pemkab harus lebih serius merangkul semua elemen masyarakat terutama badan usaha, untuk bersama-sama ikut serta dalam pembangunan bumi “Santun Berkata Bijak Berkarya”. Keterlibatan masyarakat dan perusahaan sangat penting untuk membangun, dan mengejar ketertinggalan Labusel dibanding daerah lain.
Kedua, stabilitas sosial politik termasuk stabilitas ekonomi perlu dipupuk, dijaga dan dirawat. Karena kondisi sosial politik yang tidak stabil akan menghambat pembangunan. Salah satu poin penting untuk menstabilkan keadaan adalah harus berpikir objektif dan realistis, tidak merasa benar sendiri.
Poin ketiga, ini soal budaya birokrasi. Seorang pemimpin harus mengetahui keadaan dan keberadaan birokrasinya. Dan birokrasi (seorang birokrat) juga dituntut harus jujur, cermat, akurat, cepat, loyal, dan kosisten dalam menjalankan tugas yang diberikan.
Jangan sampai yang ditugaskan “A” tapi yang dikerjakan “B”. Dan jangan hanya manis di depan, tapi amat pahit di belakang. Bekerjalah dengan baik dan benar, karena pada hakikatnya bekerja itu juga bagian dari ibadah.
Catatan keempat, semoga program Bupati Terjun ke Desa (BuTed) yang sudah dirumuskan, segera terealisasi dalam waktu yang tidak lama. Amin.
Akhirnya, selamat memperingati Hari Jadi yang ke-14 untuk masyarakat dan pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tercinta. Semoga masyarakatnya sejahtera dan daerahnya bermartabat.
Pada hari yang sama, hari ini juga (21 Juli), izinkan saya menyampaikan selamat ulang tahun yang ke-5 kepada anak sulung saya: Rafka Prawira Tambak. Semoga kelak engkau bisa menjadi pahlawan untuk banyak orang Nak.***
Sosopan-Kotapinang, 21 Juli 2022, Penulis adalah Seorang Putra Labuhanbatu Selatan
Berita Sebelumnya
Berita Berikutnya
Teguh Santosa
Jaya Suprana
Dahlan Iskan
Alamat : Jl. Tempua, Perumahan Taman Tempua Residence No A6, Kelurahan Sei Sikambing B, Medan Sunggal, Medan, 20122
E-mail : [email protected]