Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang berfokus di bidang riset dan teknologi.
Dibentuk pada tahun 2019, BRIN diberi tugas membantu presiden dalam menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi secara nasional yang terintegrasi.
Anggota Dewan Pengarah BRIN, Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan prioritas BRIN berubah seiring situasi dan kondisi negara. Kini BRIN memiliki tiga prioritas utama, yaitu perubahan iklim, kesehatan, dan pangan.
“Nah tiga hal ini membuat negara kita terancam,” ujar Marsudi pada detikEdu di Jakarta, Selasa (19/7/2022). “Kalau Sri Lanka hancur karena banyak utang, kita ini bisa hancur kalau Vietnam nyetop impor beras ke kita. Itu 57 juta orang Indonesia bisa enggak makan.”
Prioritas riset inilah yang menggerakkan penelitian di BRIN. Berfokus untuk menumpaskan permasalahan nasional, berikut tiga prioritas riset di BRIN.
1. Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim sudah bisa kita lihat sekarang ini. Hujan yang tidak menentu, mencairnya es di Kutub Utara, hingga bencana alam menjadi tanda-tanda perubahan iklim yang ekstrim.
Dampak ini dirasakan di setiap belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.”Sekarang kan Indonesia Timur sudah mulai kesulitan air bersih. Air laut naik,” ujar Marsudi.
Ia melanjutkan, perubahan iklim tidak hanya berdampak pada alam tapi juga pada kesehatan dan pertanian. Hasil panen semakin sulit didapat akibat kekeringan.
“Di mana-mana banjir, di mana-mana bencana alam,” tutur guru besar bidang Teknologi Informasi tersebut. Bahaya perubahan iklim inilah yang mendorong BRIN untuk menjadikannya topik prioritas.
2. Pangan
“Negara boleh hebat kayak gimana pun, kalau makanan enggak ada tetap susah,” kata Marsudi. Ia mencontohkan kasus di Amerika Serikat yang mulai kesulitan pangan.
“Di Amerika Serikat sudah mulai antre makan. Nah coba bayangin negara Amerika aja antre makanan” ujarnya.
Komisaris Telkom itu menjelaskan bahwa Indonesia sedang berusaha untuk berhenti mengimpor bahan pangan. Sebab, sembilan bahan pokok Indonesia kecuali minyak goreng berasal dari negara lain.
“Misalnya di Vietnam kenapa bisa ekspor beras ke kita. Misalnya tanah kita satu hektar padi bisa 6 ton di vietnam itu hasilnya bisa 20 ton. Kalo kita lihat padi di kita hanya 80 cm. Coba di Vietnam, padi itu tingginya 2 meter. Karena tingginya 2 meter hasilnya banyak, kan? Nah ini perlu teknologi di situ. BRIN melakukan research bagaimana menghasilkan benih padi yang hasilnya lebih banyak,” tuturnya.
3. Kesehatan
Pandemi Covid-19 menjadikan kesehatan sebagai riset prioritas BRIN. Hal ini berkaitan dengan masa-masa di awal pandemi. Saat itu BRIN menemukan bahwa Indonesia masih harus mengimpor vaksin. “Jangankan vaksin Covid. Dulukan waktu kecilkan disuntik campak. Ternyata itu vaksinnya impor semua,” ujarnya.
Marsudi menegaskan bahwa Indonesia harus bisa berhenti mengimpor vaksin. Ia mengambil contoh pada vaksin polio yang diimpor dari Eropa. Jika impor dari Eropa berhenti, maka masa depan generasi muda Indonesia akan terhambat.
“Kita misalnya disetop (impor). Ada masalah di Eropa, sehingga gabisa impor vaksin untuk anak-anak bayi kita. Polio jadi berapa banyak? Membuat lumpuhkan? Nah itu jadi beban sosial,” kata Marsudi.
Tiga bidang ini akan menjadi prioritas dalam riset BRIN. Adapun BRIN sedang menyusun master plan 2025 untuk menentukan fokus ke depan dunia riset di Indonesia.
“Selama kita merdeka apa yang dihasilkan oleh riset dan inovasi kita? Nah sekarang BRIN diarahkan untuk langsung mengatasi masalah bangsa,” kata Marsudi.

source