TEMPO.CO, JakartaAsma merupakan peradangan kronis yang disebabkan terjadinya penyempitan pada otot-otot saluran pernapasan yang dapat menimbulkan mengi, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala ini dapat muncul secara episodik dan tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol.
Penyebab kekambuhan asma bisa berbeda pada setiap pasien. Namun, umumnya asma muncul akibat paparan terhadap faktor pemicu seperti debu, asap rokok, makanan tertentu, kondisi cuaca, dan faktor lingkungan lain. Intensitas serangan asma dapat meningkat jika terpapar lebih sering faktor pemicu. Jika tidak terkontrol, asma dapat mengancam jiwa.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K), menyarankan agar penderita asma mengenali faktor pemicu dan menaati tata laksana yang dianjurkan dokter guna mencegah peradangan saat penyakit pernapasan itu kambuh.
“Tujuan dari pengelolaan asma adalah agar pasien dapat mengontrol risiko serangan asma dan tentunya hidup dengan lebih produktif,” kata Faisal.
Dengan mengelola asma agar risiko serangannya dapat dikontrol, pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali dan menghindari faktor pemicu kekambuhan asma. Selain itu, penderita asma juga dapat melakukan pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara teratur. Upaya pengobatan dan terapi kontrol asma dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien asma.
“Asma dengan intensitas kekambuhan ringan, sedang, dan berat direkomendasikan pemberian terapi kontrol kortikosteroid inhalasi secara rutin dengan dosis yang disesuaikan, tidak cukup dengan obat pelega saja,” jelas Faisal.
Ia menambahkan kortikosteroid inhalasi tersebut bekerja sebagai antiinflamasi yang memberikan perlindungan pada penyempitan saluran pernapasan sehingga dapat mengurangi risiko serangan akut, tentunya jika rutin digunakan. Organisasi asma dunia (GINA) juga turut menyarankan untuk mengontrol gejala asma dengan menggunakan terapi kortikosteroid inhalasi.
Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. GINA terus menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit asma dan mendorong semua pihak untuk dapat meningkatkan perawatan dan pengobatan penyakit asma.
Berdasarkan data yang dilansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 262 juta orang saat ini menderita asma. Penyakit ini juga telah menyebabkan 455.000 kematian. WHO menemukan kasus serangan asma yang berat lebih banyak terjadi di negara berpendapatan sedang dan rendah, di mana tingkat diagnosa serta kepatuhan pada pengobatan masih tergolong rendah.
Sementara itu di Indonesia, Kementerian Kesehatan melaporkan sejumlah 4,5 persen atau secara kumulatif 11 juta penduduk menderita asma. Angka ini menjadikan asma sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diidap, tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak anak.
Country Medical Director GSK Indonesia dr. Calvin Kwan, menambahkan asma yang tidak terkendali dapat menghambat pasien menjalani hidup dengan nyaman. Kondisi asma memberikan implikasi negatif pada kesehatan dalam jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Selain itu, asma yang tidak terkontrol juga dapat menurunkan tingkat produktivitas penderita asma dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
“Untuk itu, penting secara disiplin mengontrol penyakit asma dengan mengikuti anjuran dan terapi yang tepat sesuai dengan yang diberikan oleh dokter agar pasien asma tetap dapat menjalani hidup yang produktif dan berkualitas” tuturnya.
Baca juga: Mengenali Kondisi Sesak Napas dan Kiat Mencegahnya
Imran Saleh menyarankan agar jamaah haji selalu menggunakan masker untuk mengantisipasi cuaca ekstrem
Sarah Michelle Gellar telah berjuang dengan asma dan masalah paru-paru sepanjang hidupnya
Zat aditif MSG banyak ditemukan untuk meningkatkan rasa dan tekstur terutama pada makanan Asia.
Minyak ikan dianggap bermanfaat bagi anak. Apa saja manfaatnya?
WHO menerangkan banyak sekali penyakit di dunia ini, dan dari data penyakit jantung koroner sebagai paling mematikan.
Sesak napas biasanya terjadi akibat aktivitas berlebihan, menghabiskan waktu di ketinggian, atau gangguan berbagai kondisi medis.
Banyak orang menganggap asma sebagai penyakit paru-paru. Tetapi ada hubungan penting antara asma dan penyakit jantung.
Sebanyak 7,47 persen kasus hepatitis akut misterius di Amerika hingga saat ini harus diselamatkan dengan transplantasi hati.
Frekuensi bencana badai pasir telah meningkat di Irak dalam beberapa tahun terakhir
Banyak aktivitas yang tanpa sadar bisa memicu penyakit asma salah satunya emosi berlebihan. Ini 3 penyebab dan 9 gejala asma.

source