Suara.com – Stunting menjadi salah satu masalah serius di Indonesia yang harus diatasi dengan saksama. Apalagi, angka prevelensi stunting cukup tinggi 24,4 persen, masih di atas standar yang ditoleransi WHO, 20 persen.
Salah satu provinsi dengan angka stunting yang cukup tinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angka prevalensi stunting di NTT mencapai 48,3 persen dan merupakan yang tertinggi.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi PTT Exploration & Production (PTTEP). PTTEP bersama Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia (Setwapres RI), dan Pemprov NTT, dan menggandeng Dompet Dhuafa dan Pemda Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) melakukan kerja sama dan berkomitmen untuk menekan angka stunting di NTT.
Pada 18 Juni 2022, PTTEP, Setwapres RI, Pemrov NTT dan para pemangku kepentingan menggelar adara Public Discussion dan Art Performance dengan tema “Tuntaskan Stunting, Katong Bisa” di Hotel Sotis Kupang.
Acara tersebut dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat, Bupati Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Kupang serta perwakilan Setwapres, pimpinan PTTEP Indonesia, perwakilan kader kesehatan di Provinsi NTT, dengan konsep acara Talkshow.
“Ini adalah satu hal yang sangat baik untuk terus guna percepatan pencegahan stunting. Harapan saya, kita, atau masyarakat secara umumnya dapat lebih memahami arti penting pencegahan stunting, salah satu di antaranya dengan menerapkan perilaku hidup bersih sehat dengan gizi yang seimbang,” kata Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Sekretariat Wakil Presiden RI Suprayogi Hadi.
Sedangkan PTTEP sangat serius dalam menjalankan program menuntaskan stunting di NTT ini. Monitoring ke berbagai pelosok dan diskusi intensif dengan pemangku kepentingan akan terus dijalankan.
“Hal yang sama juga kami lakukan dengan program pemenuhan kebutuhan dasar kami dalam memberikan akses kesehatan bagi masyarakat kurang mampu di Jakarta dengan nama klinik ‘Gerai Sehat Rorotan’.  Kami berharap apa yang kami lakukan memberikan manfaat yang luas dan berkelanjutan bagi masyarakat di NTT dan dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak di Indonesia,” ujar Grinchai Hattagam, General Manager PTTEP Indonesia.
Selain itu, pemantauan posyandu rutin, kunjungan rumah bagi ibu hamil dan anak dengan kondisi gangguan pertumbuhan, edukasi dan penyuluhan kesehatan rutin, pemberian makanan tambahan, merupakan contoh aktivitas yang secara nyata menggerakan aksi konvergensi di lingkup desa, lingkup yang bersinggungan langsung dengan masyarakat penerima manfaat program.
“Aksi nyata yang sudah dilakukan bersama selama program dan diskusi multi-sektorial hari ini diharapkan akan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan untuk berkomitmen mempercepat pencapaian penurunan angka prevalensi stunting nasional,” tutur Herdiansah, Direktur Dompet Dhuafa Sosial Enterprise.
Ikuti Kami
Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda
© 2022 suara.com – All Rights Reserved.

source