Jakarta, CNBC IndonesiaLonjakan inflasi dan melemahnya perekonomian menjadi momok semua negara pada tahun ini. Kondisi tersebut membawa dunia kepada kekhawatiran baru yakni krisis ekonomi. 
Sejak 1900an, deretan krisis di bidang ekonomi telah dialami dunia dengan penyebab dan magnitude yang berbeda-beda. Di antaranya adalah The Great Depression di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1930an, Krisis Jerman (1929-1939) usai Perang Dunia I, Gelembung Harga Aset Jepang (1980-an), Krisis Nilai Tukar Peso Meksiko (1990-an), Krisis Ekonomi Asia (1997/1998), Krisis Keuangan Rusia dan Brazil (akhir 1990- an), Subprime mortgage crisis, Amerika Serikat (2008-2009), hingga Krisis Hutang Eropa (2009-2015), dan Krisis Pandemi Covid-19 (2020-sekarang).
Dari sederet krisis tersebut, Krisis Ekonomi Asia pada 1997/1998, Subprime Mortgage 2007-2009, dan Pandemi Covid-19 memberi dampak besar kepada Indonesia.
Krisis Ekonomi Asia atau dikenal juga dengan Krisis Moneter bahkan menjatuhkan kepemimpinan Presiden Soeharto yang sudah berlangsung hingga 32 tahun.
Krisis tersebut juga membuat Indonesia ke bawah titik nadir dan berdampak kepada seluruh sendi-sendi kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, hingga sosial.

Krisis keuangan pada 2008-2009 juga berdampak besar kepada Indonesia, tetapi dampaknya lebih dirasakan sektor keuangan.
Berbeda dengan sejumlah krisis global, Krisis Pandemi Covid-19 disebabkan penyebaran virus Covid-19. Pandemi membuat perekonomian luluh lantak karena “mati surinya” aktivitas ekonomi akibat penyebaran virus Covid.
Saat dunia belum sembuh dari pandemi, krisis ekonomi baru mengancam yang dipicu oleh serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Perang membuat harga komoditas melambung, inflasi melonjak, dan pertumbuhan melambat.


Dengan status sebagai eksportir komoditas, perang tidak hanya memberi dampak negatif ke Indonesia tetapi juga dampak positif.
Perang membuat penerimaan negara meningkat sehingga pemerintah bisa menyediakan buffer yang cukup untuk memitigasi dampak perang.
Namun, Indonesia juga tidak sepenuhnya aman karena masih mengimpor minyak mentah dan komoditas pangan seperti gandum dalam jumlah besar. Kondisi tersebut bisa membuat Indonesia rawan terutama jika perang tidak juga usai dan harga minyak mentah terus melambung.
Pengalaman krisis keuangan 2008-2009 menunjukkan bahwa Indonesia yang menggantungkan 56% ekonominya kepada konsumsi domestik pun tidak kebal dari goncangan global.
Krisis pada 1997/1998 juga tidak bermula dari Indonesia tapi dari negara lain tetapi Indonesia menjadi negara yang paling terimbas. Lalu, seperti apakah kondisi ekonomi Indonesia pada periode krisis 1997/1998 maupun 2008/2009?Apa yang membedakan dengan kondisi saat ini?
Pemetaan pola krisis internasional berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Minsky (1991-1992) (sumber: Tim Kajian Pola Krisis Ekonomi Kementerian Keuangan)
Krisis
Initial Shock
Positive Feedback
Mechanism Funding Source
Negative Shock

Krisis Moneter (1997-1998)
a. Kebijakan deregulasi sektor perdagangan dan investasi

b. Kebijakan deregulasi sistem perbankan

c. Dibukanya akses pasar modal bagi investor asing
a. Arus dana asing yang masuk mendorong kinerja pasar modal yang menciptakan ekspansi positif terhadap kinerja pasar modal

b. Optimisme investor asing terhadap kinerja perekonomian mendorong arus dana asing tetap tinggi
Investasi asing (FDI) dan utang luar neger
a. Pesatnya pertumbuhan sektor perbankan tidak diimbangi oleh pengawasan yang baik, menyebabkan kinerja beberapa bank tidak sehat (LDR & NPL relatif tinggi, CAR rendah)

b. Pelemahan mata uang asia mendorong rupiah melemah –> kebangkrutan sektor perbankan yang berimbas pada berkurangnya pembiayaan di sektor riil
Dampak krisis global (subprime mortgage AS) di Indonesia (2007-2008)
a. Kondisi makro ekonomi yang semakin baik

b. Meningkatnya arus masuk investasi asing di portofolio keuangan
Kondisi perekonomian yang semakin membaik mendorong masuknya investasi asing baik FDI maupun portofolio investment
Investasi asing (FDI dan portofolio)
a. Keluarnya investasi asing secara tiba-tiba di pasar keuangan menyebabkan pasar keuangan mengalami penurunan indeks harga yang drastis

b. Sektor perbankan terkena dampak krisis global di AS

c. Ekspor-impor mengalami kontraksi sebagai akibat menurunnya permintaan dunia. Meskipun ekspor mengalami kontraksi, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif. (Karena peran net ekspor terhadap PDB relatif kecil dibandingkan konsumsi masyarakat yang lebih dari 50% terhadap PDB)

source