Rabu, 11 Mei 2022 08:50
Di Sulsel, hasil studi SSGI tahun 2021, prevalensi balita stunting 24,4 persen, sedangkan menurut aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) 9,08 persen. Angka ini menurun dari tahun 2019, yang mencapai 30,6 persen.
MAKASSAR, BUKAMATA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel memperlihatkan keseriusannya dalam mengatasi stunting atau gagal tumbuh, dengan menurunkan tenaga gizi pendamping dan konselor stunting, ke 240 desa lokus di 24 kabupaten kota. Sebelum diturunkan, mereka terlebih dahulu mengikuti pelatihan, yang diselenggarakan di Hotel Claro Makassar, 9 – 14 Mei 2022.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Dr Bachtiar Baso, mengatakan, stunting merupakan persoalan serius. Di Sulsel, hasil studi SSGI tahun 2021, prevalensi balita stunting 24,4 persen, sedangkan menurut
aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) 9,08 persen. Angka ini menurun dari tahun 2019, yang mencapai 30,6 persen.
“Stunting harus jadi perhatian khusus karena dapat menghambat intelegensia anak, kecerdasan, dan produktifitas mereka. Stunting ini disebabkan rendahnya asupan gizi, belum optimalnya layanan kesehatan untuk ibu, hingga kurangnya akses air bersih dan sanitasi,” ujarnya.
Pemprov Sulsel, lanjutnya, mencanangkan program penurunan stunting, melalui Aksi Setop Stunting. Pada tahun 2021 lalu, dilakukan di 155 desa di Kabupaten Enrekang dan Bone, sedangkan tahun ini jangkauannya lebih luas di 240 desa di 24 kabupaten kota.
“Lokusnya adalah 10 desa tertinggi stunting di masing-masing kabupaten kota. Kita lakukan penempatan tenaga gizi pendamping dan konselor gizi. Mereka fokus pada penurunan stunting di desa melalui transfer knowledge ke seluruh stakeholder yang ada di desa,” paparnya.
Sementara, Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel, Naoemi Octarina, yang turut menghadiri Pelatihan Tenaga Gizi Pendamping dan Konselor Stunting, berpesan agar para peserta pelatihan menerima materi secara maksimal. Sehingga, saat mereka bertugas di lapangan, bisa melakukan transfer knowledge kepada semua stakeholder.
“Tugas terberat adalah bagaimana mengubah paradigma dan mainset para orangtua, sehingga ilmu yang didapatkan bisa diimplementasikan dengan baik,” kata Naoemi.
Ia berharap, setelah program ini, tidak ada lagi kasus stunting. Dan Aksi Setop Stunting yang digalakkan Pemprov Sulsel ini bisa berkelanjutan.
Dalam kesempatan tersebut, Naoemi juga meminta Ketua PKK Kabupaten Kota, Kecamatan, Desa dan Kelurahan, untuk ikut memonitoring program ini. Ia juga berharap, ada contact center yang bisa dihubungi masyarakat, ketika menemukan kasus stunting. (*)
 27 Mei 2022 18:51
 27 Mei 2022 18:22
 27 Mei 2022 17:35
 27 Mei 2022 17:24
 27 Mei 2022 17:22
27 Mei 2022 12:18
27 Mei 2022 15:01
27 Mei 2022 14:44
27 Mei 2022 13:36
27 Mei 2022 10:50

source