Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah video viral terkait sepak terjang mantan Menteri Kesehatan Letnan Jenderal TNI (Purn.) dr. Terawan Agus Putranto beberapa waktu belakangan. Video itu memperlihatkan seorang gadis remaja yang bisa kembali berjalan usai disuntik Vaksin Nusantara.

Gadis tersebut bernama Vanessa. Ia mengunjungi dr Terawan untuk mengucapkan terima kasih.

“You are strong,” kata Terawan pada gadis itu. Momen tersebut berlangsung di RSPAD Gatot Soebroto.

Gadis berusia 13 tahun tersebut awalnya dalam kondisi sakit dan tidak bisa berjalan. Ia dan keluarganya pun memutuskan untuk pergi ke RSPAD untuk mendapatkan pengobatan.

Pada saat itu, Vanessa menggunakan alat bantu kursi roda lantaran tak bisa berjalan. Kondisinya pun langsung ditangani oleh dokter Terawan bersama jajaran tim Vaksin Nusantara.

Awalnya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dengan cara mengambil darah Vanessa untuk kemudian diinkubasi dengan reagen Vaksin Nusantara. Hingga seminggu kemudian tanggal 8 April 2022, kembali dilakukan penyuntikan vaksin itu ke tubuh Vanessa.

Di luar dugaan, Vanessa dapat berjalan kembali usai menerima vaksin kedua. Kabar itu disampaikan oleh keluarganya kepada Terawan sepulangnya dari RSPAD. Bahkan, dikabarkan, dalam dua hari usai disuntik vaksin Nusantara, Vanessa bisa berjalan sendiri dan pergi ke minimarket.

Menanggapi seorang remaja bisa berjalan usai disuntik vaksin Nusantara, Kepala RSPAD Gatot Soebroto Letjen Albertus Budi Sulistya mengatakan kasus tersebut sedang ditangani oleh tim dan pihaknya akan menyusun laporan khusus.

“RSPAD menugaskan Kepala Instalasi Cell Cure Kol Ckm dr Roedi Jatmiko, Sp A, Kol Ckm dr Yeni Purnama, Sp A (K), M.A.R.S, MH dan Tim Cell Cure Center untuk membuat CASE REPORT,” kata Budi melalui pesan singkat kepada detikcom, Sabtu (30/4/2022).

Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban angkat bicara soal viral remaja 13 tahun bisa kembali berjalan usai disuntik Vaksin Nusantara besutan Terawan. Menurutnya, secara umum vaksin tidak bisa menyembuhkan penyakit.

Laporan kesembuhan yang terjadi pada satu atau dua orang ditegaskan Zubairi tidak bisa menjadi bukti medis untuk pengobatan. Diperlukan uji klinis lebih lanjut demi membuktikan efektivitas dan keamanan vaksin.

“Logika vaksin sebenarnya bukan untuk menyembuhkan, vaksin diberikan untuk memberi daya lindung seseorang terhadap virus,” tuturnya dalam akun Twitter pribadinya dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan, Minggu (1/4/2022).

“Klaim satu atau dua pasien tidak bisa jadi dasar persetujuan BPOM, FDA, EMA atau NHS untuk dijadikan pengobatan. Tetap harus melalui uji klinik 1, 2, dan 3 yang kemudian dinyatakan efektif dan aman pada skala besar,” lanjutnya.

Menurut Zubairi, teknologi Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik memang sudah digunakan untuk beragam pengobatan seperti salah satunya kanker. Namun, hingga kini pengobatan tersebut belum menjadi pedoman di banyak negara.

Begitu pula dengan menyembuhkan seseorang yang lumpuh, belum ada bukti ilmiah yang dilaporkan. Ia menekankan pengembangan vaksin atau obat memang terbilang sulit.

“Bahkan setelah (vaksin) terbukti dan disetujui, ada yang namanya postmarketing surveillance (PMS). Semacam evaluasi dan pemantauan,” kata dia.

“Sebab itu, saya dukung vaksin Nusantara untuk melakukan penelitian lebih lanjut,” lanjutnya seperti dikutip detik.com.

source