PASIRPENGARAIAN (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) hingga Senin (7/12) petang, perkembangan penyakit Ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) yang menyerang ternak kerbau milik petani di Kabupaten Rohul, khususnya di dua kecamatan yakni Bangun Purba dan Kecamatan Rambah semakin bertambah.
Sebelumnya pada 31 Oktober lalu, terdata 95 ekor ternak kerbau milik petani di Dusun Gunung Intan Desa Bangun Purba Timur Jaya (BPTJ) Kecamatan Bangun Purba dan Desa Tanjung Belit mati mendadak terkena penyakit ngorok dan potong paksa.
Namun dalam sepekan hingga Senin (7/11), jumlah ternak kerbau milik petani yang mati mendadak terserang penyakit ngorok, atau yang masih hidup serta di potong paksa oleh petani di Kabupaten Rohul bertambah totalnya menjadi 156 ekor.
Kadisnakbun Rohul Ch Agung Nugro STP, MM melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Doni saat dikonfirmasi riaupos.co Selasa (8/12) membenarkan adanya penambahan kasus matinya ternak kerbau milik petani yang terserang penyakit SE dan dipotong paksa di dua kecamatan tersebut totalnya 156 ekor.
Menurutnya, ternak kerbau  yang terserang penyakit ngorok sebelumnya berada di dua desa di dua kecamatan yakni Desa BPTJ dan Desa Tanjung Belit. 
Namun sejak Ahad, (6/11), Disnakbun Rohul mendapat laporan dari kelompok tani di Desa Menaming, Kecamatan Rambah sudah ada 11 ekor kerbau petani terserang penyakit ngorok hingga Senin (7/11) petang.
''Untuk sementara ini baru 3 desa yang tersebar di 2 kecamatan (Rambah dan Bangun Purba) ternak kerbau milik petani di Rohul yang terserang penyakit ngorok,'' ujarnya.
Doni menjelaskan, Disnakbun Rohul menemukan adanya penyakit SE pada ternak kerbau petani, pada 10 Oktober 2022, berdasarkan laporan dari peternak Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah.
Berdasarkan data terakhir, ternak kerbau yang terserang penyakit ngorok sebanyak 59 ekor, dengan rincian 21 ekor mati mendadak serta 38 ekor potong paksa di Desa Tanjung Belit.
Kemudian ternak kerbau mati mendadak dan dipotong paksa milik kelompok tani di Desa BPTJ Kecamatan Purba hingga Senin (7/11) berjumlah 86 ekor, tanpa merincikan ternak yang mati dan dipotong paksa.
Selanjutnya sebanyak 11 ekor kerbau milik petani di Desa Menaming Kecamatan Rambah terserang penyakit ngorok berdasakr data yang diterima dari petani, Senin (7/11) petang.
''Tim Kesehatan Hewan Disnakbun Rohul dan Disnak Provinsi Riau telah turun kelapangan melihat langsung kondisi kerbau petani mati mendadak terserang penyakit ngorok pekan lalu di Dusun Gunung Intan Desa BPTJ,'' katanya.
Doni menegaskan, Tim Kesehatan Hewan Disnakbun Rohul merespon cepat setiap ada laporan petani, jika ada kerbau yang terserang penyakit ngorok dan mati mendadak.
Dengan turun ke lapangan, melakukan upaya pencegahan yakni mengobati dengan memberikan anti priretik, antibiotik dan vitamin. 
Disamping ternak yang terserang penyakit ngorok dan sedang dalam pengobatan, lanjutnya, Disnakbun telah mengimbau petani agar mengisolasi dan memisahkan ternak kerbaunya agar tidak menyerang kepada ternak yang lainnya.
''Penyebaran penyakit ngorok terhadap ternak kerbau sangat cepat. Bahkan untuk bertahan hidup ternak itu sangat kecil, sehingga petani untuk menghindari kerugian potong paksa ternaknya. Upaya kita memberikan pengobatan dengan memberikan antibiotik, vitamin dan isolasi ternak kerbau yang terserang penyakit SE tersebut,'' tuturnya. 
 
Laporan: Engki Prima Putra (Pasirpangaraian)
Editor: E Sulaiman
 




Mengenal Raja Ali Haji lewat Karya Terkenalnya, Gurindam Dua Belas Lengkap
Rektor: UIN Lakukan AdaptasiDosen Demo Tolak Potongan Remun
PELALAWANMayat Pria dalam Karung Ditemukan Mengapung di Parit, Begini Kondisinya
© 2022 Copyright www.riaupos.co News. All Rights reserved.

source