Jakarta, CNBC Indonesia – Kasus Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) yang menyerang anak-anak di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam dua bulan terakhir. Hingga Rabu (26/10/2022), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menerima 269 laporan kasus dengan 157 laporan kematian.
Berkaitan dengan hal tersebut, orang tua perlu mewaspadai sejumlah gejala gagal ginjal akut yang muncul pada anak. Juru Bicara (Jubir) Kemenkes, dr. Mohammad Syahril mengatakan bahwa 143 kasus atau sekitar 53 persen pasien gagal ginjal mengalami anuria atau tidak ada buang air kecil sama sekali.
Syahril menyebutkan, sebelum terjadi gejala pada urin, terdapat gejala awal yang terjadi hingga hari kelima setelah ginjal mulai terinfeksi. “Jadi, sebelum muncul gejala khas yang kencing berkurang, akan muncul gejala awal. Biasanya terjadi 1 sampai 5 hari,” sebut Syahril dalam konferensi pers secara daring, Kamis (27/10/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Syahril, gejala tersebut adalah demam, hilangnya nafsu makan anak, anak kurang bergairah atau bersemangat dalam beraktivitas, mual, muntah, dan gangguan pernapasan.
Ia juga menyebutkan, bila telah memasuki stadium berat, gejala khas yang akan muncul adalah berkurangnya jumlah urin anak.
“Penurunan frekuensi buang air kecil. Misal tadinya 10 kali, jadi empat kali atau tidak sama sekali,” jelas Syahril.

Kemenkes mengimbau para orang tua untuk segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila gejala awal sudah mulai muncul pada anak dan jangan menunggu sampai gejala stadium berat. Hal itu perlu dilakukan agar penanganan bisa lebih cepat.
Sejauh ini, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya dalam menangani kasus yang telah terjadi di 27 provinsi ini, yaitu mendatangkan 30 vial antidotum Fomepizole dari Singapura dan 16 vial dari Australia secara bertahap, sedang dalam proses memperoleh 200 vial antidotum Fomepizole dari Jepang, menggratiskan seluruh pengobatan dengan Fomepizole kepada pasien, rutin melakukan surveillance data kasus gagal ginjal akut pada anak, hingga melakukan penyelidikan terkait penyebab penyakit ini.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

source