PASIRPENGARAIAN (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), pada bulan Oktober 2022, terdata puluhan ternak peliharaan milik petani di 2 (dua) kecamatan yakni Rambah dan Bangun Purba mengalami mati mendadak.
Penyebab kematian puluhan ternak kerbau, untuk sementara dari gejala klinis diduga terkena penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) yang tidak menular kepada manusia.
Namun penyakit SE yang merupakan bakteri pasteurela SP atau berasal dari hewan carrier tersebut penularannya sangat cepat kepada ternak yang berada di lingkungan sekitarnya.
Kepala Disnakbun Rohul Ch Agung Nugroho STP MM saat dikonfirmasi riaupos.co, Selasa (1/11) membenarkan pada Oktober 2022, terdapat puluhan ekor ternak kerbau milik petani 2 kecamatan di Kabupaten Rohul mati mendadak yang diduga terkena penyakit ngorok atau SE berdasarkan pemeriksaan oleh tim dokter hewan Disnakbun Rohul.
Namun bagi petani yang mengetahui ternaknya terkena penyakit SE, mereka potong paksa ternak tersebut. ''Dari gejala klinis di lapangan, puluhan ternak kerbau milik petani yang mati mendadak di 2 kecamatan (Rambah dan Bangun Purba, red) disebabkan terkena penyakit Ngorok atau SE. Bakteri sejenis Pasteurela SP atau berasal dari hewan carrier yang tidak menular kepada manusia,’’ ujarnya.
Agung menjelaskan, Disnakbun Rohul menemukan adanya penyakit SE pada ternak kerbau petani, pada 10 Oktober 2022, berdasarkan laporan dari peternak Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah. Kemudian pihaknya menindaklanjuti dengan menurunkan tim Dokter Kesehatan Hewan Disnakbun untuk melaksanakan pengobatan dan desinfektan.
Dari 40 ekor ternak kerbau yang terdata terserang penyakit ngorok di Desa Tanjung Belit itu, diantara 21 ekor mati dan 38 ekor dipotong paksa oleh petani. Kemudian kejadi ternak sapi mati mendadak yang terkena penyakit Ngorok terjadi di Desa Bangun Purba Timur Jaya Kecamatan Bangun Purba, Ahad (30/10) lalu.
Tim dokter kesehatan Hewan Disnakbun Rohul turun kelapangan melakukan pengobatan dengan memberikan anti priretik, antibiotik dan vitamin. Terdapat 5 ekor ternak kerbau yang mati dan 50 ekor di potong paksa.
"Kendala dalam pengobatan oleh tim dokter Hewan Disnkabun Rohul, ternak kerbau yang mengalami sakit ngorok dipelihara lepas dan liar sulit untuk ditangani. Perkembangan kasus ternak kerbau terserang penyakit SE sangat cepat penularannya, hal ini disebabkan ternak tergabung dalam satu kandang dan juga cuaca yang kini kondisi tidak menentu,’’ jelas Agung.
Agung menjelaskan, penularan penyakit SE terhadap ternak kerbau petani di dua kecamatan, diduga tertular melalui kontak antar ternak, baik makanan dan minuman serta alat tercemar. Kemudian Eksreta hewan penderita (Saliva, Kelih dan Tinja), kemudian bakteri yang jatuh ditanah atau rumpuh, bisa bertahan seminggu dapat menulari hewan yang digembalakan di daerah itu.
Untuk gejala klinis, adanya peningkatan suhu tubuh ternak, denyut jantung, hewan terbaring, timbul leleran, anoreksia dan tingkat kematian yang cukup tinggi.
Laporan: Engki Prima Putra (Pasirpangaraian)
Editor: E Sulaiman
Jalan Lintas Tengah Rusak Berat, Bupati Inhu Surati Gubernur Riau
Kasus Pemilik Rental Terbakar di Mobil Belum Terungkap
Diduga Korban Balap LiarKorban Tabrak Lari Tewas di Jalan Sudirman Pekanbaru
© 2022 Copyright www.riaupos.co News. All Rights reserved.