JawaPos.com-PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencatatkan penurunan laba bersih sebanyak 15,5 persen dari Rp 531,9 miliar pada 2021 menjadi Rp 449,2 miliar per kuartal III/2022. Tak hanya laba, pendapatan SILO juga mengalami penurunan sebesar 2,9 persen dari Rp 7,14 triliun per September 2021 menjadi hanya Rp 6,93 triliun per September 2022.
Dikutip dalam Laporan Keuangan SILO, perseroan meraih kenaikan pendapatan untuk segmen spesialis dari awalnya Rp 1,25 triliun pada kuartal III/2021 menjadi Rp 1,54 triliun pada kuartal III/2022. Namun, pendapatan segmen nonspesialis merosot dari sebelumnya diangka Rp 5,89 trilun menjadi Rp 5,38 triliun.
“Perolehan pendapatan SILO selama sembilan bulan terakhir didominasi oleh rawat inap dengan perolehan mencapai Rp 3,86 triliun dan rawat jalan diangka Rp3,06 triliun. Saat pendapatan menurun, beban pokok pendapatan justru meningkat dari Rp 4,38 triliun pada 2021 menjadi Rp 4,44 triliun per kuartal III/2022,” dikutip dalam rilisnya, Senin (31/10).
Sementara itu, total aset Siloam Hospitals per September 2022 mencapai Rp 9,36 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi daripada periode kuartal IV/2021 yang berada di angka Rp 9,30 triliun.
Adapun liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 2,56 triliun, turun dibandingkan kuartal IV/2021 sebesar Rp 2,78 triliun. Adapun ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 6,79 triliun dari Rp 6,52 triliun pada kuartal IV/2021.
Melihat pergerakan saham emiten rumah sakit tersebut, SILO hari ini naik 4,29 persen ke Rp 1.095 per saham. Di mana level tertinggi hari ini berada di Rp 1.100. Sebagai informasi, PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) di sektor kesehatan, berkomitmen mengembangkan industri kesehatan sekaligus memberikan layanan spesialisasi yang optimal melalui kehadiran program Centers of Excellence (CoE).
CEO LPKR sekaligus Komisaris Utama SILO John Riady menyampaikan CoE SILO menggabungkan spesialis yang terampil dan berpengalaman dengan teknologi paling canggih. Adapun layanan spesialisasi yang menjadi keunggulan SILO, antara lain terdiri dari onkologi, neurologi, kardiologi, fertilitas, transplantasi ginjal, parkinson, dan gangguan pergerakan.
“Program CoE turut berdampak terhadap pertumbuhan kinerja SILO yang tercermin pada Average Revenue Per Occupied Bed (ARPOB) SILO mencapai Rp 3,8 miliar pada tahun 2021, menjadi yang tertinggi di antara rumah sakit lainnya,” jelasnya dalam siaran pers, Kamis (20/10).
Bahkan, CoE SILO tercatat sudah menorehkan prestasi medis, seperti RS Siloam ASRI telah menyelenggarakan 150 kali operasi transplantasi ginjal yang sukses, Siloam Hospitals TB Simatupang mendapat Status Emas dari Organisasi Stroke Dunia (WSO) dalam penanganan pasien stroke, serta Siloam Hospitals Sriwijaya berhasil membantu kehamilan ke-100 melalui Blastula klinik bayi tabung.
John Riady mengatakan LPKR melalui SILO berkomitmen untuk terus mengembangkan industri kesehatan di Indonesia. Menurutnya, Industri kesehatan merupakan salah satu industri atau sektor yang penting dan perlu dikembangkan di Indonesia.
“Terlebih lagi, perekonomian diperkirakan semakin bertumbuh dan kebutuhan akan fasilitas kesehatan semakin tinggi. LPKR melalui SILO akan terus melanjutkan ekspansi. Kami memiliki misi untuk memenuhi kebutuhan healthcare di Indonesia, dan tentunya berkomitmen untuk terus bertumbuh,” tandasnya. (*)
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Saksikan video menarik berikut ini:
© PT Jawa Pos Grup Multimedia