Melihat Kesiapan RSUD Abepura Menuju Rumah Berstandar Internasional 
RSUD Abepura sebagai salah satu rumah sakit milik Pemprov Papua terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pelayanan maupuan tenaga medisnya. Bahkan dengan sejumlah capaian yang dirahi selama ini, RSUD Abepur siap Go internasional.
Laporan : Carolus Daot_Jayapura
Direktur RSUD Abepura dr Daisy C Urbinas mengatakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura merupakan satu-satunya rumah sakit plat merah bertaraf bintang lima di Provinsi Papua.
  “Dari 29 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Papua, RSUD Abepura Papua adalah satu satunya rumah sakit terakreditasi paripurna bintang 5 oleh Komisi Akreditasi Nasional Indonesia Kementerian Kesehatan RI,” kata Daisy, Selasa (25/10).
   Daisy menyebutkan sejak RSUD Abepura lulus predikat tahun 2007 dan 2012, dirinya menjadi orang pertama sebagai asesor internal. “Saya adalah satu satunya asesor untuk mempersiapkan akreditasi ini, juga untuk asesor berikutnya, sehingga pada  akhirnya tongkat estafet terus berjalan. Dan ini adalah sebuah prestasi nasional untuk Papua,” kata Daisy
  Pada Januari 2023 mendatang, kata Daisy RSUD Abepura juga akan mengikuti ujian akreditasi. Ketika nanti dinyatakan lulus mempertahankan akreditasi bintang 5, maka pada saat yang bersamaan pihaknya akan melakukan pencanangan persiapan RS Abepura masuk di dalam standar internasional atau Joint Commission International (JCI).
   Terkait dengan hal tersebut, pada  bulan Juni lalu  ada 68 orang untuk grup pertama melakukan branchmarking ke rumah sakit Gleneagles Hospital Penang Malaysia untuk melihat bagaimana konsep JCI yang diterapkan di rumah sakit itu.
   Sementara untuk grup kedua melakukan kunjungan ke Gleneagles Hospital Medini Johor Medical Center di Malaka. Bahkan, ada juga tim dari RSUD Abepura yang juga dikirim ke RS Pertamina Jakarta untuk belajar manajemen kaizen atau filosofi strategi bisnis yang diterapkan Jepang dalam menduniakan produk Toyota.
  “Saat berada di Penang, kami melihat keunggulan dari pelayanan kesehatan yang mana membuat orang Indonesia lebih banyak memilih berobat ke negeri jiran itu.  Padahal di Indonesia ada juga rumah sakit yang bagus, tetapi kenapa orang Indonesia lebih suka berobat ke Penang? Nah, jika ada pelayanan mereka yang lebih unggul, yang lebih bagus, itu mungkin yang akan kami adopsi,” bebernya.
   Dari pengalaman itu, Daizy pun mengajak seluruh pihak yang ada di RSUD Abepura untuk mulai mengubah pola pikir terutama cara kerja juga stigma tentang kebudayaan yang justru tidak akan berkembang. Daisy berharap dengan merubah pola pikir maupun cara kerja yang tentu akan membawa perubahan yang lebih  modern.
  “Kita tidak boleh berstigma tentang budaya dan ciri khas terutama daya pikir tentang OAP dan pendatang, tetapi bagaimana kita semua sama-sama siap menuju pada era perubahan yang sekarang ini,” ujar Daisy.
   Menurut Daisy, sebelumnya saat melakukan road show ke kementerian, ia bertemu Direktur Fasyankes dan Kesehatan Rujukan, mempresentasikan konsep yang diusung RSUD Abepura
  “Puji Tuhan kami dikasih kesempatan untuk presentasi di Direktur Regional III Bappenas. Pada waktu yang sama juga saya melakukan presentasi di Direktur Kesehatan Bappenas. Kemudian saya juga presentasi di Setretariat Wapres dengan tim Felix Wanggai sebagai Direktur Eksekutif Percepatan Pembangunan Papua sebanyak dua kali,” kata Daisy.
  Daisy pun bermimpi suatu saat dirinya melihat di tanah Papua memiliki fasilitas kesehatan yang setara dengan nasional maupun internasional. “Ketika saya ke Malaysia, disana (Malaysia) rumah sakit bag  seperti Mall, sayapun bermimpi suatu saat di bumi cendrawasih juga ada Rumah sakit seperti itu,” bebernya.
  Daizy mengaku impiannya ini bisa jika dibarengi dukungan semua pihak terutama  di RSUD Abepura. Sehingga harapannya semua pihak mampu bekerja sama serta satu pikiran guna memwujudkan impiannya.
  “Selain dengan beberapa prestasi, kami juga hari ini dipercayakan untuk menjadi satu satunya Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Daerah yang diharapkan Pemprov Papua bisa menjadi pusat branchmarking untuk BLUD, untuk akreditasi dan kemudian juga dipersiapkan ssbagai rumah sakit pendidikan,” ungkapnya
  Pada tahun 2014 hingga 2015, RSUD Abepura juga diganjar penghargaan market of the year dan Hospital Excellence untuk Papua. Kemudian, menurut Daisy, tahun 2020 di masa pandemi Covid-19, RSUD Abepura juga mendapat kepercayaan dari Pemprov Papua sebagai rumah sakit yang siap melayani 100 persen pasien covid di tahun 2020-2021.
  “Kemudian dilakukan survei independen oleh BPJS, hasil kepuasan pasien terhadap pelayanan RS Abepura itu 97 persen, di mana masyarakat kota Jayapura merasa puas berobat di sini,” bebernya. “Dengan prestasi ini, saya pikir kami sangat optimistis untuk rumah sakit ini menjadi rumah sakit modern di Papua,” ujar Daisy. (*/tri)
Melihat Kesiapan RSUD Abepura Menuju Rumah Berstandar Internasional 
RSUD Abepura sebagai salah satu rumah sakit milik Pemprov Papua terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pelayanan maupuan tenaga medisnya. Bahkan dengan sejumlah capaian yang dirahi selama ini, RSUD Abepur siap Go internasional.
Laporan : Carolus Daot_Jayapura
Direktur RSUD Abepura dr Daisy C Urbinas mengatakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura merupakan satu-satunya rumah sakit plat merah bertaraf bintang lima di Provinsi Papua.
  “Dari 29 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Papua, RSUD Abepura Papua adalah satu satunya rumah sakit terakreditasi paripurna bintang 5 oleh Komisi Akreditasi Nasional Indonesia Kementerian Kesehatan RI,” kata Daisy, Selasa (25/10).
   Daisy menyebutkan sejak RSUD Abepura lulus predikat tahun 2007 dan 2012, dirinya menjadi orang pertama sebagai asesor internal. “Saya adalah satu satunya asesor untuk mempersiapkan akreditasi ini, juga untuk asesor berikutnya, sehingga pada  akhirnya tongkat estafet terus berjalan. Dan ini adalah sebuah prestasi nasional untuk Papua,” kata Daisy
  Pada Januari 2023 mendatang, kata Daisy RSUD Abepura juga akan mengikuti ujian akreditasi. Ketika nanti dinyatakan lulus mempertahankan akreditasi bintang 5, maka pada saat yang bersamaan pihaknya akan melakukan pencanangan persiapan RS Abepura masuk di dalam standar internasional atau Joint Commission International (JCI).
   Terkait dengan hal tersebut, pada  bulan Juni lalu  ada 68 orang untuk grup pertama melakukan branchmarking ke rumah sakit Gleneagles Hospital Penang Malaysia untuk melihat bagaimana konsep JCI yang diterapkan di rumah sakit itu.
   Sementara untuk grup kedua melakukan kunjungan ke Gleneagles Hospital Medini Johor Medical Center di Malaka. Bahkan, ada juga tim dari RSUD Abepura yang juga dikirim ke RS Pertamina Jakarta untuk belajar manajemen kaizen atau filosofi strategi bisnis yang diterapkan Jepang dalam menduniakan produk Toyota.
  “Saat berada di Penang, kami melihat keunggulan dari pelayanan kesehatan yang mana membuat orang Indonesia lebih banyak memilih berobat ke negeri jiran itu.  Padahal di Indonesia ada juga rumah sakit yang bagus, tetapi kenapa orang Indonesia lebih suka berobat ke Penang? Nah, jika ada pelayanan mereka yang lebih unggul, yang lebih bagus, itu mungkin yang akan kami adopsi,” bebernya.
   Dari pengalaman itu, Daizy pun mengajak seluruh pihak yang ada di RSUD Abepura untuk mulai mengubah pola pikir terutama cara kerja juga stigma tentang kebudayaan yang justru tidak akan berkembang. Daisy berharap dengan merubah pola pikir maupun cara kerja yang tentu akan membawa perubahan yang lebih  modern.
  “Kita tidak boleh berstigma tentang budaya dan ciri khas terutama daya pikir tentang OAP dan pendatang, tetapi bagaimana kita semua sama-sama siap menuju pada era perubahan yang sekarang ini,” ujar Daisy.
   Menurut Daisy, sebelumnya saat melakukan road show ke kementerian, ia bertemu Direktur Fasyankes dan Kesehatan Rujukan, mempresentasikan konsep yang diusung RSUD Abepura
  “Puji Tuhan kami dikasih kesempatan untuk presentasi di Direktur Regional III Bappenas. Pada waktu yang sama juga saya melakukan presentasi di Direktur Kesehatan Bappenas. Kemudian saya juga presentasi di Setretariat Wapres dengan tim Felix Wanggai sebagai Direktur Eksekutif Percepatan Pembangunan Papua sebanyak dua kali,” kata Daisy.
  Daisy pun bermimpi suatu saat dirinya melihat di tanah Papua memiliki fasilitas kesehatan yang setara dengan nasional maupun internasional. “Ketika saya ke Malaysia, disana (Malaysia) rumah sakit bag  seperti Mall, sayapun bermimpi suatu saat di bumi cendrawasih juga ada Rumah sakit seperti itu,” bebernya.
  Daizy mengaku impiannya ini bisa jika dibarengi dukungan semua pihak terutama  di RSUD Abepura. Sehingga harapannya semua pihak mampu bekerja sama serta satu pikiran guna memwujudkan impiannya.
  “Selain dengan beberapa prestasi, kami juga hari ini dipercayakan untuk menjadi satu satunya Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Daerah yang diharapkan Pemprov Papua bisa menjadi pusat branchmarking untuk BLUD, untuk akreditasi dan kemudian juga dipersiapkan ssbagai rumah sakit pendidikan,” ungkapnya
  Pada tahun 2014 hingga 2015, RSUD Abepura juga diganjar penghargaan market of the year dan Hospital Excellence untuk Papua. Kemudian, menurut Daisy, tahun 2020 di masa pandemi Covid-19, RSUD Abepura juga mendapat kepercayaan dari Pemprov Papua sebagai rumah sakit yang siap melayani 100 persen pasien covid di tahun 2020-2021.
  “Kemudian dilakukan survei independen oleh BPJS, hasil kepuasan pasien terhadap pelayanan RS Abepura itu 97 persen, di mana masyarakat kota Jayapura merasa puas berobat di sini,” bebernya. “Dengan prestasi ini, saya pikir kami sangat optimistis untuk rumah sakit ini menjadi rumah sakit modern di Papua,” ujar Daisy. (*/tri)
Gedung Graha Pena Papua
Jln. Balai Kota No. 07 Entrop Kota Jayapura
Telp (0967) 532417(hunting)
Fax : (0967) 532418, 533477, 536544
Email : redaksi.cepos@gmail.com

source