Merdeka.com – Perubahan musim yang semakin tidak teratur merupakan permasalahan yang kini kita hadapi sehari-hari. Kondisi ini bisa menyebabkan malam menjadi semakin dingin dan siang semakin panas dengan perubahan yang sangat ekstrem. Kondisi krisis iklim seperti tidak hanya mempengaruhi kita di Indonesia saja namun juga seluruh dunia.
Dampak dari terjadinya krisis iklim ini adalah adanya permasalahan kesehatan yang muncul. Pada jangka pendek, perubahan cuaca seperti ini bisa membuat kita mudah terserang masalah kesehatan seperti demam atau pusing pada kehidupan sehari-hari. Namun, pada jangka panjang, kondisi iklim yang ekstrem ini bisa menyebabkan masalah kesehatan akibat kebutuhan nutrisi yang tak tercukupi.
Dampak negatif dari perubahan iklim terhadap nutrisi ini bisa cukup luas mulai dari menurunnya produksi makanan, masalah kesehatan yang bisa menyebabkan malnutrisi, hingga perubahan pola makan yang menjadi semakin tidak ramah terhadap bumi dan emisi. Berdasar laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim bisa memengaruhi kesehatan dalam bentuk meningkatnya kematian dan penyakit akibat cuaca ekstrem yang terjadi, meningkatnya zoonosis atau penyakit yang diakibatkan oleh hewan, gangguan terhadap asupan makanan dan air bersih, meningkatnya persebaran penyakit, serta munculnya masalah kesehatan mental.
Tak hanya berdampak langsung untuk kesehatan, perubahan iklim juga memiliki dampak sosial yang berpengaruh untuk kesehatan. Kondisi krisis iklim ini menyebabkan banyak munculnya kondisi yang lebih rentan dan tidak menguntungkan bagi kelompok minoritas, masyarakat miskin, serta pada lansia terutama yang sudah memiliki penyakit bawaan.
Penelitian dari Springmann et al (2016) menyatakan bahwa pada negara dengan pendapatan menengah ke bawah terutama di Afrika dan Asia Tenggara, krisis iklim telah menyebabkan penurunan ketersediaan makanan secara luar biasa. Kondisi ini berujung menurunnya kematian akibat obesitas dan berat badan serta meningkatnya kematian akibat kurangnya berat badan. Terjadinya masalah ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan makanan sehat akibat permasalahan iklim. Bahkan, pada 2020 lalu, diperkirakan terdapat tiga miliar masyarakat yang tidak bisa memperoleh makanan sehat (Fanzo & Downs, 2021).
Fanzo dan Downs (2020) mengatakan bahwa perubahan iklim saat ini bisa menyebabkan masalah nutrisi melalui persebaran penyakit infeksi. Kondisi malnutrisi akibat kurangnya sumber air bersih dan serapan nutrisi yang tak optimal di tubuh ini bisa memperburuk penyakit infeksi yang sedang beredar atau telah ada sebelumnya. Kondisi ini juga menyebabkan penyakit infeksi lebih mudah menyebar dan berdampak berat.
Penelitian yang dilakukan Mora et al (2022) juga mengungkap bahwa perubahan iklim ini menyebabkan sejumlah patogen lebih mudah menyebar dan berdampak berat. Sebagai contoh, meningkatnya temperatur bisa menyebabkan nyamuk permbawa virus bisa bertahan hidup lebih lama. Pada individu, kondisi meningkatnya temperatur bumi ini juga menyebabkan meningkatnya stres, menurunkan kekebalan tubuh, serta menimbulkan malnutrisi. Kondisi kesehatan seperti ini kerap luput disadari seseorang dan tidak dikaitkan dengan krisis iklim yang terjadi saat ini.
Krisis iklim yang terjadi pada saat ini bisa menyebabkan masalah malnutrisi pada tubuh kini. Namun, perubahan pola makan yang kita lakukan juga bisa menimbulkan dampak sebaliknya pada krisis iklim yang terjadi.
Persatuan Bangsa-Bangsa telah melakukan kampanye ActNow yang bertujuan untuk mengubah pola makan demi mengatasi krisis iklim yang sudah terjadi. Sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan krisis iklim ini adalah:
Konsumsi Makanan Sehat
Konsumsi makanan berbahan nabati secara seimbang bisa jadi cara yang mulai kita lakukan. Pastika konsumsi makanan dengan kandungan tinggi energi dan nutrisi dari berbagai jenis makanan. Pastikan untuk mengurangi konsumsi makanan yang berdampak buruk bagi bumi.
Pada negara dengan pendapatan rendah, peningkatan konsumsi daging dan olahan susu bisa menjadi sumber protein dan mikronutrisi yang penting. Sebaliknya, pada negara dengan pendapatan tinggi, konsumsi makanan berbahan nabati perlu lebih didorong. Walau begitu, tentu penting untuk menyeimbangkan konsumsi keduanya.
Kurangi Sampah Makanan
Masalah sampah makanan merupakan suatu hal yang perlu menjadi kepedulian kita bersama. Indonesia tiap tahun menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa para 2021, sebesar 28,3 persen sampah di Indonesia disumbang dari sampah sisa makanan.
Untuk mengurangi sampah makanan ini, pastikan untuk hanya membeli makanan yang akan kamu konsumsi dan butuhkan saja. Hindari membuat masakan atau membeli makanan secara berlebih agar tidak menambah sampah makanan.
Buat Makanan dengan Resep Berkelanjutan
Pastikan untuk menggunakan bahan-bahan makanan yang tak hanya lezat namun juga berdampak baik bagi bumi. Pilihan makanan tradisional dengan bahan-bahan yang bisa diperoleh di petani atau lingkungan sekitar bisa menjadi pilihan yang tepat.
Gunakan Tas Belanja
Penggunaan kantong plastik merupakan salah satu hal yang memiliki kontribusi pada perubahan iklim. Menggunakan tas belanja yang bisa dipakai berkali-kali bisa menjadi cara untuk mengurangi jumlah sampah plastik.
Fanzo and Downs (2020) mengatakan bahwa perubahan produksi dan distribusi makanan merupakan hal yang penting dalam mengatasi krisis iklim global. Sayangnya, kondisi ini tak banyak dilakukan oleh negara-negara di dunia karena hanya sedikit negara yang memiliki rencana adaptasi nasional untuk kesehatan.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Donald Rose et al (2022) mengungkap bahwa seseorang bisa menurunkan jejak karbon secara signifikan dengan mengganti jenis makanan tertentu terutama daging sapi. Salah satu pilihan makanan yang ramah terhadap lingkungan namun mampu memenuhi kebutuhan nutrisi setara daging ini adalah tempe. Makanan tradisional Indonesia ini hemat energi untuk diproduksi serta memiliki dampak kesehatan yang luar biasa.
“Empat kali lipat lebih hemat energi untuk diproduksi dan hemat emisi hingga 20 kali,” terang Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno, Co-Founder & CTO Better Nature pada acara Nutriclass 2022 Sustainable Living for a Healthier Life beberapa waktu lalu.
Advertisement
Berdasar penelitian dari Godfray et al (2018), tempe dianggap bisa menjadi sumber makanan pengganti daging karena manfaat kesehatannya, harganya yang terjangkau, serta ramah lingkungan. Tempe sendiri diperkirakan sudah menjadi salah satu sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia selama lebih dari 300 tahun.
Dalam buku “Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia” terbitan BSN tahun 2012, nama tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe segar yang juga berwarna putih.
Tempe sendiri merupakan salah satu makanan khas dan favorit bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia bahkan mengonsumsi tempe ini dalam jumlah yang cukup besar.
“Secara rata-rata, orang Indonesia mengonsumsi sebanyak 7 kilo tempe setiap tahunnya,” terang Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi tempe per kapita di Indonesia adalah sebesar 0,146 kilogram pada tahun 2021. Jumlah ini meningkat sebesar 4,29 persen dibanding konsumsi tahun sebelumnya yang sebanyak 0,146 kg.
Konsumsi makanan yang berbasis nabati ini sendiri memiliki sejumlah manfaat kesehatan yang tidak bisa disepelekan. Selain bisa menjadi sumber protein pengganti daging, konsumsi tempe serta pola makan berbasis nabati juga bisa berdampak baik bagi kesehatan mental.
“Mengadopsi pola makan berbasis nabati, orang tuh sebetulnya lebih bahagia,” jelas pria yang akrab disapa Ando ini.
Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Feher et al (2020), konsumsi makanan berbahan nabati memiliki sejumlah dampak positif baik secara kesehatan maupun lingkungan. Diketahui bahwa konsumsi makanan berbahan nabati memiliki manfaat berupa (1) menurunnya risiko penyakit kronis, (2) kepuasan dan sikap yang lebih baik, serta (3) bermanfaat untuk lingkungan dan etika.
Salah satu kandungan dari tempe yang sulit diperoleh dari makanan berbasis nabati lain adalah kandungan vitamin B12 di dalamnya.
“Termasuk vitamin B12 yang memang susah diperoleh di makanan nabati,” jelas Ando.
Dalam penelitian yang dilakukannya pada tahun 2020, Ando mengungkap bahwa tempe memiliki kandungan protein, energi, dan zat besi yang setara dengan daging sapi. Dibanding daging sapi, tempe juga lebih unggul dalam kandungan serat dan kalsium. Selain itu, tempe juga memiliki kandungan garam serta lemak jenuh yang jauh lebih sedikit dibanding daging sapi.
Secara harga, tempe juga jauh lebih murah dibanding makanan dengan kandungan protein yang setara. Diketahui bahwa tempe lebih murah 6,92 kali dibanding daging sapi, 1,83 kali lebih murah dibanding ayam, 2,29 kali lebih murah dibanding telur, dan 6,92 kali lebih murah dibanding susu.
Selain harga yang murah, tempe juga diketahui memiliki rasa yang lezat. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Fibri dan Frost (2020), sebagian orang beranggapan bahwa tempe memiliki rasa kacang, padat, sedap, umami, serta asin.
Fermentasi tempe ini sangat murah serta memiliki teknologi pengolahan yang sangat ramah lingkungan. Selain itu, potensi dari tempe ini bisa saja tak hanya terbatas pada kedelai saja namun juga dari jenis kacang, polong, dan biji-bijian lain.
“Potensi tempe masih banyak banget, kedelai hanya satu jenis dari kacang yang bisa diproduksi menjadi tempe,” jelas Ando. [RWP]
Baca juga:
Konsumsi Buah dan Sayur secara Rutin Bisa Kurangi Risiko Kanker
Kebiasaan Makan Berlebih Bisa Dimiliki Seseorang Tanpa Disadari
Cara Menyeduh Kopi agar Tetap Sehat Tanpa Mengurangi Khasiatnya
Tak Selalu Berhubungan dengan Pencernaan, Ketahui 4 Tanda Keracunan Makanan
Ketahui Kapan Orangtua Mulai Bisa Beri Jus Buah untuk Anak?
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami
Tak Punya Rekening Himbara, Calon Penerima akan Terima BSU Lewat Kantor Pos
Survei SMRC: Hanya PDIP dan Gerindra yang Suaranya Naik Dibanding Pemilu 2019
Kabar Baik, Pemerintah Bakal Naikkan UMP 2023
4 Keterampilan Kerja yang Dibutuhkan Perusahaan di Era Digital
Merasa Bau Mulut Selalu Tak Sedap di Pagi Hari? Ini Penyebabnya
Tips Perawatan Diri untuk Menghilangkan Jerawat Punggung, Biar Nggak Tambah Banyak
Selain Rutin Minum Air Putih, Ini Tips Menjaga Kesehatan Ginjal yang Wajib Diketahui
Sejumlah Kesalahan yang Rentan Dialami ketika Berolahraga di Rumah
8 Hal yang Bisa Menyebabkan Munculnya Noda Kuning di Gigi
4 Cara Menggoda Istri Agar Bergairah untuk Beraksi di Ranjang
Konsumsi Buah dan Sayur secara Rutin Bisa Kurangi Risiko Kanker
5 Makanan yang Harus Dihindari oleh Ibu Hamil
Tekan Risiko Kanker Serviks dengan Cegah Seks di Usia Dini
7 Jenis Berbeda Sakit Kepala dan Apa Artinya Terhadap Kondisi Tubuhmu
4 Masalah Kesehatan yang Bisa Menyebabkan Payudara Jadi Tidak Simetris
Konsumsi Pil KB Sejak Remaja Bisa Pengaruhi Risiko Kanker Payudara
Demi Kesehatan Mental, Penting untuk Hindari Lingkungan Toksik
7 Penyebab Terjadinya Dehidrasi pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai
Penonton Festival Musik Berdendang Bergoyang Membeludak, Polisi Periksa Penyelenggara
Alasan Polisi Hentikan Gelaran Musik Berdendang Bergoyang
2023 Diperkirakan Resesi, Wakapolri Nyatakan Polisi Siap Lindungi Masyarakat
Tak Gengsi, Ibu Kombes Cantik Heni Tania Jajan Rujak Bebek & Es di Pinggir Jalan
Keluarga Brigadir J Besok Kembali Bersaksi di Sidang Bharada E
Bharada Eliezer dan Segudang Penyesalannya
Barisan Mantan Kapolri Turun Gunung di saat Citra Polri Anjlok
Ramai-Ramai Tunjuk Hidung Ferdy Sambo
Keluarga Brigadir J Besok Kembali Bersaksi di Sidang Bharada E
Bharada Eliezer dan Segudang Penyesalannya
Barisan Mantan Kapolri Turun Gunung di saat Citra Polri Anjlok
Ramai-Ramai Tunjuk Hidung Ferdy Sambo
Cara AKBP Arif Rachman Lepas Jeratan Penjara 5 Tahun Lebih
Ini Isi Pertemuan Jenderal Sigit dengan Tujuh Mantan Kapolri
Potret Pertemuan Tujuh Mantan Kapolri dan Jenderal Sigit
Hanya Jalankan Perintah Ferdy Sambo, Arif Rachman Minta Dibebaskan dari Dakwaan
Sidang Eksepsi, AKBP Arif Rahman Patahkan Laptop atas Perintah Ferdy Sambo
VIDEO: Hendra & Agus Balik Arah, Ngaku Jalankan Perintah Sambo soal CCTV
Di Sidang, Arif Rachman Ungkap Patahkan Laptop Karena di Bawah Tekanan Ferdy Sambo
Kuasa Hukum Anggap Dakwaan AKBP Arif Rachman Prematur, Minta Dibatalkan Demi Hukum
Senyuman Brigjen Hendra Kurniawan
Kuasa Hukum Jelaskan Makna 'Amankan' CCTV Kompleks Rumah Sambo oleh Agus Nurpatria
Di Depan Hakim, Jaksa Perlihatkan Gambar Brigadir J Sebelum Ditembak di Rumah Sambo
Kakak Kandung Meninggal, Agus Nurpatria Diizinkan Hakim untuk Melayat
Brigjen Hendra Kurniawan Jalani Sidang Etik Senin Mendatang, Penahanan Ditangguhkan
Di Sidang Brigjen Hendra, 2 Polisi Mengaku Tak Tahu Pasal Penyitaan Barang Bukti
Agus Nurpatria: Saya Bilang Cek & Amankan, Bukan Ganti DVR CCTV
Brigjen Hendra Kurniawan & Kombes Agus: Siapa Berani Bantah Perintah Ferdy Sambo?
Keluarga Brigadir J Besok Kembali Bersaksi di Sidang Bharada E
Bharada Eliezer dan Segudang Penyesalannya
Hanya Jalankan Perintah Ferdy Sambo, Arif Rachman Minta Dibebaskan dari Dakwaan
Tambah Stok, Pemerintah Datangkan 5 Juta Dosis Vaksin Pfizer
Ini Lokasi Vaksin Covid-19 di Jakarta sampai November 2022
3 Pemain Persib Ini Selalu Dipantau Kondisinya, Ada Apa Nih?
Target Juragan 99 yang Sudah dan Belum Tercapai Saat Jadi Presiden Arema FC
Advertisement
Advertisement
Kasus Kardus Durian yang Timbul Tenggelam
Bharada Eliezer dan Segudang Penyesalannya
Duo Senior yang Kena Semprit PDIP
Hifsila Bintang Fortuna
Hadirnya Perma No 13/2016 Sebagai Pedoman Penanganan Pidana Oleh Korporasi
Ecxel Arya Pratama
e-Court, Kedayagunaan atau Penyalahgunaan?
Robert Bala
Deindividuasi Penggemar Sepak Bola