Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING – Seorang anak perempuan berusia 7 tahun, FA, meninggal dunia pada 17 September 2022 lalu akibat gagal ginjal akut misterius.�
FA meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, setelah menjalani perawatan selama sepekan.�
Sebelum dibawa ke RSCM, FA sempat dibawa orang tuanya ke Klinik Dompet Dhuafa Rorotan, berobat ke RSUD Cilincing, hingga rawat inap di Rumah Sakit Pekerja Sukapura.�
Kondisi kesehatan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Muhammad Rifai (35) dan Romlah (33) itu menurun dalam kurun waktu 17 hari hingga akhirnya meninggal pada 17 September.�
Ditemui di rumahnya di Jalan Sarang Bango, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, ibunda FA, Romlah menceritakan urutan kejadian anaknya terjangkit gagal ginjal akut hingga meninggal dunia.�
Baca juga: Dinkes DKI Jakarta Siapkan RSUD Rujukan Pasien Gagal Ginjal Akut
Kamis, 1 September 2022
Kamis (1/9/2022) sore, FA baru saja tiba di rumah setelah belajar mengaji di dekat kediamannya.�
Sesampainya di rumah, FA mengeluh tidak enak badan kepada sang ibu.�
“Dia ngeluh setelah pulang ngaji, badannya nggak enak. Akhirnya dikerokin dan minum Bodrexin tablet,” kata Romlah, Kamis (27/10/2022).
Karena sang buah hati tak kunjung membaik setelah diberi obat warung, Romlah dan Rifai lantas membawa FA ke Klinik Dompet Dhuafa Rorotan untuk diperiksa lebih lanjut.�
Terlebih ketika pada kaki kanan FA terdapat bercak kemerahan.�
Pihak klinik kala itu mendiagnosa FA mengalami infeksi selulitis dan memberikan obat-obatan tertentu.�
“Dibawa ke klinik, didiagnosa kena infeksi selulitis. Akhirnya dari klinik dikasih tiga obat, parasetamol sirup, antibiotik puyer, sama resep salep yang harus dibeli di luar,” kata Romlah.�
Minggu, 4 September 2022
Obat yang diberikan pihak klinik telah habis diminum FA hingga hari Minggu (4/9/2022).�
Namun, alih-alih membaik, FA malah mengeluh sakit perut sehingga Romlah dan sang suami memutuskan membawanya ke RSUD Cilincing untuk pemeriksaan lanjutan.�
Kala itu, lanjut Romlah, pihak RSUD Cilincing tidak mendapati gejala penyakit tertentu pada FA dan memberikan obat-obatan sirup.�
“Dibawa ke RSUD Cilincing, diperiksa nggak apa-apa, pulang jam setengah 3-an pagi. Dapet tiga obat juga, parasetamol sirup, antibiotik sirup, sama vitamin sirup,” ungkap Romlah.�
Senin, 5 September 2022
Senin (5/9/2022) pagi, FA kembali mengeluhkan sakit perut.�
Orang tua lantas membawanya berobat kembali ke Klinik Dompet Dhuafa yang hanya berjarak sekitar satu kilometer dari rumah.�
Melihat kondisi FA yang semakin memburuk, tanpa basa basi pihak klinik langsung menyarankan rujukan ke RS Pekerja Sukapura.�
“Akhirnya sama dokter klinik dirujuk ke RS Pekerja. Itu hari Senin,” kata Romlah.�
Senin sore sekitar pukul 15.00 WIB, Romlah dan sang suami akhirnya membawa FA ke RS Pekerja Sukapura.�
FA saat itu langsung menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut.
Kondisi terakhirnya saat dilarikan ke RS Pekerja masih sadar dan lancar buang air kecil maupun buang air besar.�
“Sorenya jam 3 dibawa ke RS Pekerja, ketemu langsung sama dokter anak, lalu dirawat inap, karena anak saya ini nggak mau makan, karena sakit perut. Pas dirawat kondisi anak saya masih bisa pipis. Buang air besar normal,” ucap Romlah.�
Kamis, 8 September 2022
Tiga hari dirawat di RS Pekerja, kesehatan FA semakin memburuk.�
Tepatnya pada Kamis (8/9/2022) malam, ayahanda FA, Rifai dipanggil dokter untuk mendengarkan kondisi kesehatan terbaru.�
Baca juga: Selain Cukup Minum Air Putih, Ini 5 Cara Alami untuk Mencegah Gagal Ginjal
Rifai dan Romlah bingung lantaran tiba-tiba FA mengalami gejala kesulitan buang air kecil.�
Yang lebih mengagetkan lagi, dokter juga menyatakan fungsi ginjal FA menurun.�
“Pipisnya sudah mulai berkurang, ambil darah, habis magrib ayahnya dipanggil ke ruang dokter, katanya anak saya fungsi ginjalnya menurun,” ucap Romlah.�
Jumat, 9 September 2022
Lantaran ada gejala fungsi ginjal yang menurun, pihak rumah sakit akhirnya meminta persetujuan Romlah dan Rifai untuk memasangkan selang kateter.
Selang kateter dipasang untuk membantu FA mengosongkan kandung kemihnya alias mempermudahnya buang air kecil.�
“Pihak rumah sakit menyarankan pasang kateter, dengan persetujuan ayah dan ibu. Akhirnya ya kita menyetujui,” kata Romlah.
Setelah pemasangan kateter, memang ada progres dari kondisi kesehatan FA.�
Anak periang itu mulai bisa buang air kecil, meskipun air seni yang keluar sangat sedikit.�
“Pipisnya sudah keluar, tapi nggak banyak. Yang saya lihat dari selang warnanya normal, putih bersih,” kata Romlah melanjutkan.�
Sabtu, 10 September 2022
Sabtu (10/9/2022) sore, orang tua FA makin panik saat mendengarkan penjelasan dokter terkait kondisi kesehatan anaknya, terutama usai USG dijalankan.�
Hasil USG, lambung FA sudah tertutup penuh dengan cairan, sehingga pihak rumah sakit kembali melakukan pemasangan selang lewat hidung untuk mengeluarkan likuid tersebut.�
Kepanikan orang tua FA memuncak ketika pada Sabtu malam dokter mengungkapkan penyakit yang diderita anak perempuan tersebut.�
FA didiagnosa mengalami penyakit gagal ginjal akut.�
“Malam itu dinyatakan gagal ginjal akut,” kata Romlah.�
Pihak RS Pekerja tak tinggal diam.�
Karena menyadari fasilitas yang tak memadai, pihak RS Pekerja akhirnya menyebar rujukan ke 21 rumah sakit lain di Jakarta yang sekiranya mumpuni menangani penyakit FA.�
Akan tetapi, 21 rumah sakit yang dihubungi itu menolak dengan alasan yang sama, yakni fasilitas yang kurang memadai.�
“Dokter bilangnya gini: saya sudah sebar ke 21 rumah sakit, kebanyakan menolak, termasuk RSUD Koja menolak, karena ini kasusnya anak kecil. Tapi saya nggak tahu rumah sakit-rumah sakit lainnya. Anak ibu butuh rumah sakit grade A, sementara RS Pekerja ini grade C,” ungkap Romlah menirukan ucapan dokter.�
Tak mau membuat Romlah dan Rifai kecewa, pihak rumah sakit memberikan saran lanjutan supaya FA dipulangkan paksa dan dilarikan ke RSCM.�
Kedua pasutri tersebut disarankan langsung datang ke RSCM tanpa memberitahu bahwa sebelumnya FA sudah menjalani perawatan.�
Saran dari dokter RS Pekerja berjalan mulus.�
Setelah pulang paksa dari RS Pekerja, FA akhirnya dibawa menggunakan ambulans pinjaman dari RW tempat tinggalnya dan tiba di RSCM Sabtu malam sekira pukul 23.00 WIB.�
Setibanya di RSCM, Romlah masih sempat menyemangati anaknya dan menyanyikan salawatan favorit sang buah hati.�
“Anak saya masih sadar, masih suka minta dipeluk, minta terakhir itu minta pukpuk kakinya, mau tidur, tapi mau dinyanyiin salawat yang kalo di rumah suka dinyanyiin buat bikin tidur adik, Salawat Nariyah. Dia sudah mulai gelisah, nggak mau ditinggal,” ucap Romlah.�
Di sisi lain, Dokter RSCM yang melihat berkas yang berisi laporan kondisi kesehatan FA tanpa pikir panjang langsung memindahkannya ke IGD.�
Minggu, 11 September 2022
Sekitar pukul 8.00 WIB pada Minggu (11/9/2022) pagi, kesadaran FA menurun drastis.�
Tatkala pihak rumah sakit hendak memasangkan kateter dan ventilator, FA mulai tak sadarkan diri.�
Saat FA masih di IGD, dokter kembali mendatangi orang tuanya dan mengungkapkan hal yang cukup membingungkan dan menyayat hati.�
FA disebut bukan pasien pertama penderita gagal ginjal akut misterius yang dirawat RSCM. Ia adalah pasien ke-24 dan merupakan yang pertama dari Jakarta Utara.�
“Pas masuk kita ditanya dari mana, kita bilang dari Marunda, Jakarta Utara, dokter kaget,” kata Romlah.�
“Jakarta Utara baru ini, pasien pertama dari Jakarta Utara, saya pikir dari Jakarta Timur, karena kebanyakan yang masuk itu dengan kondisi yang sama itu dari Jakarta Timur,” sambungnya mengingat-ingat ucapan dokter.�
Minggu siang, FA dipindahkan ke Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) gedung Kiara RSCM.
Rumah sakit lalu memasangkan kateter dan ventilator dengan kondisi FA sudah tak lagi bisa diajak berkomunikasi.�
Kemudian, Minggu malamnya, FA menjalani cuci darah yang pertama.�
Senin, 12 September 2022
Pada hari Senin (12/9/2022), FA menjalani cuci darah untuk kedua kalinya sekitar pukul 15.00 WIB.�
Cuci darah berlangsung dalam waktu dua jam. Meski tak sadarkan diri, FA sempat menggerakkan tubuhnya di sela-sela proses cuci darah tersebut.�
Romlah dan Rifai mulai mendapatkan secercah harapan. Pasalnya, setelah dua kali menjalani cuci darah, kondisi FA mulai stabil.�
“Kondisinya stabil setelah cuci darah. Selalu kita berharap ada keajaiban anak kita kondisinya stabil,” ucap Romlah.�
Kamis, 15 September 2022
Tiga hari bisa bernafas sedikit lega, orang tua FA kembali dilanda kepanikan saat mengetahui saturasi oksigen putri tercinta mereka menurun drastis pada Kamis (15/9/2022) malam.�
Dokter RSCM memanggik Rifai ke Ruang PICU dan mengungkapkan penurunan presentasi saturasi oksigen yang berada di angka 52 persen.�
“Kamis malam ayahnya dipanggil, habis magrib saturasi oksigen 57 persen, habis isya 52 persen,” ucap Romlah.�
Jumat, 16 September 2022
Saturasi oksigen FA tambah memburuk pada Jumat (16/9/2022), yakni di angka 40 persen.
Saat itu Rifai sudah mulai mengikhlaskan FA apabila memang harus menghadap Yang Maha Kuasa.�
Rifai pun masuk ke Ruang PICU, mendekati ranjang tempat FA berbaring, dan membacakan salawat tibbil qulub di dekat telingan sang buah hati.�
Ketika Rifai hendak keluar dari Ruang PICU, FA tiba-tiba menggerakan tangannya menyentuh lengan sang ayah.
Baca juga: Anak 7 Tahun di Cilincing Gagal Ginjal Akut, Sempat Ditolak 21 Rumah Sakit hingga Meninggal di RSCM
Hal itu seakan menjadi pertanda FA tidak mau ditinggalkan oleh sang ayah di sisa-sisa nafas terakhirnya.�
“Ayahnya masuk membacakan salawat tibbil qulub. Terus ayahnya ngomong, kalo kamu sudah nggak kuat nggak apa-apa, ayah ibu sudah ikhlas,” katanya.�
“Pas ayahnya mah keluar, anak saya ini ngangkat tangan, nahan ayahnya keluar,” ucap Romlah lagi.�
Doa-doa dan pengharapan Romlah dan sang suami seakan membuahkan hasil karena pada Jumat siang, saturasi oksigen FA melesat drastis di angka 88 persen.�
Pihak rumah sakit akhirnya melakukan cuci darah untuk yang ketiga kalinya terhadap FA di Ruang PICU.�
“Saat itu anak saya sudah ditutup hidung dan mulutnya pakai kain kasa, itu lagi cuci darah di tempat. Cuci darah ketiga kali di tempat di PICU,” kata Romlah.�
Sabtu, 17 September 2022
Sabtu (17/9/2022) pagi, orang tua sudah menerima jadwal terbaru untuk cuci darah FA yang sedianya berjalan pada 19, 22, dan 24 September 2022.
Orang tua masih terus berharap dan berdoa ada keajaiban dari Yang Maha Kuasa bahwa kondisi kesehatan FA akan membaik menjelang cuci darah selanjutnya.�
Akan tetapi, setelah matahari terbenam, pada Sabtu malam dokter meminta Rifai dan Romlah bersiap-siap menghadapi hal terburuk yang bisa dialami putrinya.
Pasalnya, FA tiba-tiba saja mengeluarkan cukup banyak darah dari kedua lubang hidungnya.�
FA kehabisan darah di tengah kondisi tak sadarkan diri, dengan keberadaan selang-selang yang bersarang di tubuhnya.�
Seperti tersambar petir di siang bolong, orang tua FA tak kuasa menahan tangis saat dokter menyatakan anak kesayangan mereka sudah tak bisa diselamatkan.�
Akhirnya, tepat pukul 21.25 WIB, FA menghembuskan nafas terakhirnya.�