DEPOK POS – Penyakit pernapasan masih menjadi masalah serius di Indonesia, salah satunya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA khususnya pneumonia hingga tahun 2021 masih menjadi penyebab kematian terbanyak pada bayi dan balita.
Inovasi selalu diperlukan untuk membantu mengatasi masalah penyebaran dan kejadian penyakit. Melihat persebaran penyakit yang terjadi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI membuat mata kuliah wajib PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) bagi mahasiswanya yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmunya dan membantu masyarakat dalam pencegahan penyakit yang terjadi.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyakit tertinggi yang dialami masyarakat Desa Tamansari, Kec. Tamansari, Kab.Bogor berdasarkan data Puskesmas Sirnagalih. Sudah ada program yang dicanangkan Puskesmas Sirnagalih untuk mengatasi gejala ISPA, namun belum adanya pemberian informasi secara langsung dengan tujuan spesifik warga RW 07 Desa Tamansari, Kec. Tamansari, Kab. Bogor. Inovasi merupakan faktor penting yang dapat menjadi pendukung pencegahan terjadi gejala ISPA di Desa Tamansari.
Melihat hal tersebut, Kelompok 10 PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) FKM UI yang bekerjasama dengan Puskesmas Sirnagalih dan Pemerintah Desa Tamansari membuat inovasi terkait pemberian informasi dan edukasi kepada warga RW07 Desa Tamansari, Kec. Tamansari, Kab. Bogor. Inovasi ini disebut MUSTOPA (Musti Sehat, Stop ISPA) dimana mahasiswa melakukan penyuluhan terkait pencegahan terjadinya gejala ISPA kepada warga RW 07 Desa Tamansari, Kec. Tamansari, Kab. Bogor.
MUSTOPA dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Agustus 2022 dengan tujuan utama untuk meningkatkan pengetahuan warga RW 07 Desa Tamansari mengenai penyakit ISPA. Penyuluhan ini dihadiri oleh Ketua RW 07, masing-masing Ketua RT, perwakilan Puskesmas Sirnagalih, Ketua Karang Taruna Desa Tamansari, Kader, dan warga RW 07 Desa Tamansari.
Materi yang dibawakan meliputi penjelasan terkait penyakit ISPA, bagaimana gejalanya, apa saja penyebab ISPA, dan bagaimana cara mencegahnya. Penyuluhan dilakukan dengan media berupa powerpoint (PPT) guna membantu mahasiswa dalam menyampaikan materi terkait ISPA.
Mahasiswa juga mempraktikan cara mencuci tangan yang baik dan benar sebagai salah satu cara pencegahan ISPA. Praktik mencuci tangan ini melibatkan salah satu warga yang menghadiri MUSTOPA sehingga penyampaian materinya tidak berlangsung secara satu arah.
Selain menggunakan PPT, warga yang menghadiri MUSTOPA juga akan mendapatkan penjelasan materi melalui leaflet. Leaflet dapat membantu warga dalam menerima informasi. Harapannya pembagian leaflet ini akan membantu warga tetap mengingat dan mau menerapkan materi yang disampaikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Kegiatan MUSTOPA berhasil meningkatkan pengetahuan warga yang diukur satu hari setelah kegiatan penyuluhan berakhir. Sebagian besar warga yang menghadiri MUSTOPA telah mengalami peningkatan pengetahuan terkait ISPA, namun kami berharap peningkatan pengetahuan ini dapat diikuti juga dengan peningkatan perilaku pencegahannya.
Dalam hal ini maka diperlukan kegiatan yang berkelanjutan. Kerja sama antara Puskesmas Sirnagalih, pemerintah desa, dan mahasiswa dapat menjadi salah satu kunci keberlanjutan MUSTOPA. Selain itu, keterlibatan masyarakat Desa Tamansari juga sangat diperlukan sebagai kunci keberhasilan dalam mencegah ISPA dan keberlanjutan kegiatan pencegahan penyakit ISPA. Pencegehan penyakit ISPA harus diterapkan sedini mungkin sebab warga Desa Tamansari Musti Sehat dengan Stop ISPA (MUSTOPA)!
Ditulis oleh: Audia Amara
Kembangkan Smart Camera Surveillance System, Mahasiswa ITB Raih Juara 2 Schlumberger Agora Hackathon 2022
Mahasiswa Rekayasa Hayati ITB Ciptakan Sistem Pengolahan Limbah Selulosa Kulit Manggis
Tim Mahasiswa UGM Kembangkan Produk Olahan Salak Pondoh
Dari Sampah jadi Berkah, Daur Ulang Sampah di Kaki Gunung Rinjani
Mahasiswa FRUI Raih Penghargaan Frederick W. Mowrer Global Scholar Award
FHUI Edukasi Pentingnya Perlindungan Konsumen Industri Kripto di Indonesia