Jakarta, CNBC Indonesia – Ternyata China lebih kecanduan batu bara dibandingkan minyak. Hal ini disampaikan oleh kolumnis Bloomberg, David Fickling.
Menurutnya, target nol (near-zero) untuk emisi pada 2050 perusahaan minyak dan gas PetroChina hanya rencana untuk melindungi keamanan nasional saja daripada iklim. Sebab China sendiri masih sangat tergoda dengan penggunaan batu bara.
Padahal di sebagian besar negara, tujuan utama dilakukannya target nol adalah untuk meminimalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menghasilkan polusi terburuk, yakni batu bara.
Tetapi birokrat China lebih disibukkan dengan swasembada, sehingga membatasi impor minyak menjadi perhatian yang lebih besar. Dalam hal ini, pengumuman PetroChina mungkin hanya konfirmasi lebih lanjut bahwa pertimbangan keamanan nasional, bukan iklim, yang mendorong kebijakan energi di Zhongnanhai.
Ketua PetroChina, Dai Houliang, merupakan seorang birokrat Komunis yang pekerjaannya lebih penting adalah sekretaris partai dari perusahaan induk milik negara China National Petroleum Corp.
Peran utama Houliang di PetroChina adalah untuk memastikan dan menjamin keamanan energi, yang menjadi salah satu masalah paling penting di Beijing. Karena pemegang saham pasti akan sadar, kepentingan mereka tidak ada di sini atau di sana
Batu bara adalah gambaran yang sangat berbeda di Negeri Tirai Bambu. Berkat cadangan dan permintaan domestik besar yang turun sekitar 9,2% sejak mencapai puncaknya pada tahun 2013, China secara konsisten dapat memperoleh sekitar 95% dari karbon padatnya di dalam negeri.
Baru tahun lalu perusahaan ini menyelesaikan rel kereta api sepanjang 1.814 kilometer untuk memindahkan jelaga, atau butiran-butiran arang yang halus dan lunak, dari wilayah pertambangan utamanya di utara dan barat Beijing menuju tujuan lebih jauh ke selatan, yang secara tradisional sering bergantung pada impor.
Meskipun menjadi salah satu pemain terbesar di pasar batu bara seaborne, China mendapatkan sebagian besar bahan bakar padatnya di dalam negeri
Sebagaimana ditulis Fickling, Perdana Menteri Li Keqiang bahkan telah berulang kali mempromosikan “penggunaan batu bara yang lebih bersih dan lebih efisien” dalam pidato tentang kebijakan energi negara.
Sayangnya, bahan bakar padat masih bermasalah di China. Deregulasi bertahap pasar listrik negara menghasilkan harga spot di provinsi-provinsi utama jauh di bawah biaya pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, menurut analis Bloomberg NEF Hanyang Wei.
Meskipun memiliki sekitar 98,5 gigawatt pembangkit listrik baru berbahan bakar batu bara yang sedang dibangun, sektor pembangkit listrik juga telah diganggu oleh kelebihan kapasitas selama bertahun-tahun. Secara keseluruhan, armada negara berjalan kurang dari separuh waktu, can sulit untuk menghasilkan keuntungan.
Meskipun demikian, berbeda dengan kebijakan pemerintah China yang relatif kuat untuk membatasi permintaan minyak, batu bara tetap menjadi sektor yang disukai di sana.
Namun pilihan menyukai batu bara merupakan kesalahan yang tragis, sebab jika China khawatir tentang keamanan energi, tidak ada jenis ketergantungan impor yang tidak berdaya selain energi terbarukan.
Selain itu, kehancuran yang ditimbulkan oleh banjir musim panas di Yangtze adalah salah satu contoh buruk penggunaan bahan bakar batu bara, sebab suhu global yang lebih tinggi menyebabkan episode curah hujan yang lebih berat dan lebih merusak.