DITEMUKANNYA penderita monkeypox di Indonesia membuat skala penanganan sedikit berbeda. Pernyataan WHO sebelumnya mengenai status monkeypox memang tidak bisa dianggap sepele.
Namun, selama penderita belum ditemukan di tanah air, banyak pihak belum merasa perlu bertindak lebih jauh. Penyakit ini memang tidak seheboh Covid-19. Namun, menganggap remeh tentu tidak tepat.
Dalam strategi pencegahan monkeypox, vaksin ternyata efektif. Sebenarnya, vaksin yang ditujukan khusus untuk penyakit ini tidak ada. Yang digunakan adalah vaksin untuk penyakit cacar manusia atau smallpox. Kedua virus memang berkerabat dekat. Saat ini vaksin yang digunakan sudah mencapai generasi ketiga.
Hampir semua rakyat Indonesia yang berusia 50 tahun ke atas pernah menerima vaksin cacar generasi pertama. Bekas suntikan tampak di lengan kiri sepanjang sekitar 3 cm. Suntikan untuk vaksin itu menggunakan jarum berujung ganda yang ditekan atau ditusuk sekitar 20 kali. Jauh berbeda dengan injeksi zaman sekarang pada umumnya.
Vaksin ini sudah ditarik dari peredaran dan dimusnahkan pada era ’80-an setelah WHO menyatakan penyakit cacar sudah musnah di seluruh dunia. Virus cacar sendiri hingga saat ini masih disimpan di dua tempat terpisah demi kepentingan ilmu pengetahuan. Vaksin yang sudah lebih dari 40 tahun diterima akan menurun kemampuannya sekalipun diperkirakan masih mampu menghadapi monkeypox.
Terutama dalam mencegah kematian dan sakit berat. Penurunan kemampuan untuk setiap individu beragam. Sekalipun sistem kekebalan mengalami penurunan, sel memori yang dimiliki tubuh cukup dibangkitkan kembali dengan 1 dosis vaksin booster.
Adapun mereka yang belum pernah mendapatkan vaksin cacar memerlukan 2 dosis vaksin dasar untuk memperoleh kekebalan yang memadai. Karena vaksin monkeypox sebelum bulan ini tidak tersedia di Indonesia, boleh dibilang tidak ada rakyat kita yang pernah memperoleh vaksin booster tersebut.
Mengingat tindakan atau proses mengubah gen virus cacar itu relatif mudah dan hasilnya bisa disalahgunakan dengan akibat yang menyeramkan, beberapa negara membuat vaksin cacar generasi baru yang lebih baik dan menyimpan untuk kepentingan darurat.
Saat serangan WTC di Amerika Serikat dua puluh tahun lalu adalah contoh ketika vaksin cacar disiapkan dalam jumlah besar. Sebab, bioterorisme menggunakan virus cacar saat itu adalah salah satu yang diprediksi akan terjadi.
Di AS, vaksin cacar masuk dalam kelompok yang wajib disimpan sebagai stok nasional dan sekarang mereka mempunyai lebih dari seratus juta dosis vaksin cacar. Pada saat ini, vaksin sudah mencapai generasi ketiga. Pemberian dilakukan dua kali dengan suntikan di bawah kulit sebagaimana banyak vaksin lainnya.
Jelas hal ini lebih nyaman dan aman untuk penerima. Negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat berada di jajaran terdepan yang mempunyai vaksin ini dan memberikan kepada masyarakat untuk menghadapi monkeypox.
Sayang sekali, produsen utama vaksin tersebut adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di Denmark dan berkapasitas kecil sehingga kemampuan menghasilkan vaksin dalam skala besar relatif terbatas. Ketersediaan vaksin di banyak negara akan mengalami hambatan.
Sesungguhnya, lisensi vaksin cacar menghadapi monkeypox hanya resmi dikeluarkan oleh FDA di Amerika Serikat. Di negara maju lain, penggunaan vaksin cacar menghadapi monkeypox adalah dalam konteks darurat.
Vaksin generasi ketiga sesungguhnya juga hanya diizinkan untuk diberikan kepada orang dewasa. Sekalipun demikian, selama wabah monkeypox kali ini banyak negara memasukkan anak sebagai kelompok penerima dengan izin khusus.
Jika dilihat dari sebaran penderita, virus monkeypox saat ini lebih banyak diderita mereka yang berusia 18 tahun ke atas walaupun risiko memberat justru lebih besar dimiliki anak.
Strategi vaksinasi menghadapi monkeypox jelas berbeda dengan dua wabah pendahulunya. Penyakit hepatitis misterius tidak mempunyai vaksin sehingga tidak ada upaya vaksinasi.
Sampai saat ini para ahli belum dapat memastikan apa sesungguhnya penyebab penyakit hepatitis itu. Di ujung yang lain, Covid-19 begitu cepat menyebar ke seluruh dunia sehingga vaksinasi dilakukan dalam skala sangat masif dan saat ini sudah mencapai lebih dari 12,5 miliar dosis.
Vaksinasi monkeypox berada di tengah keduanya dan dilakukan secara lebih spesifik mencapai sasaran tertentu. Prioritas diberikan kepada kelompok berisiko tinggi yang selama ini menjadi kelompok mayoritas di antara penderita beserta kontak erat seperti keluarga mereka di rumah.
Prioritas tinggi juga dimiliki para tenaga kesehatan dan petugas laboratorium yang akan banyak berurusan dengan penderita maupun virus. Sekalipun target hanya kelompok tertentu, jumlah absolut ternyata tidak sedikit. Di Indonesia saja, sebagai contoh, jumlah tenaga kesehatan lebih dari sejuta orang.
Bagi negara seperti Inggris dan Amerika Serikat yang memiliki penderita dalam jumlah besar, kecepatan vaksinasi akan berperan penting. Untuk negara kita, dengan jumlah penderita yang masih terbatas, selektivitas penentuan target dan waktu vaksinasi perlu dipertimbangkan secara matang.
Negara kita sebenarnya tak mempunyai stok vaksin monkeypox. Saat ini kebutuhan vaksin diupayakan dipenuhi dengan beberapa mekanisme. Jika ribuan dosis vaksin sudah dimiliki, diperlukan pula kecepatan memberikannya kepada kelompok prioritas.
Pada saat yang sama, bulan ini petugas kesehatan yang biasa melakukan vaksinasi masih mempunyai beban berat melanjutkan vaksinasi Covid-19, termasuk booster kedua bagi petugas kesehatan, serta menyukseskan Bulan Imunisasi Anak Nasional yang sebentar lagi berakhir.
Masih ada selisih pencapaian target, baik untuk vaksinasi Covid-19 maupun vaksin dalam skema BIAN di berbagai pelosok dan penjuru tanah air. Tugas para petugas ini, sebagaimana juga beban berbagai pemegang kebijakan sektor kesehatan, memang tidak ringan.
Seperti pada penyakit menular lain, upaya pencegahan tidak akan cukup dengan vaksinasi semata. Seleksi dan skrining terhadap wisatawan asing, terutama dari negara dengan banyak kasus monkeypox, pemeriksaan kesehatan berkala pada kelompok prioritas, serta edukasi terus-menerus pada kelompok berisiko tinggi adalah upaya yang juga harus dilakukan.
Melihat kecenderungan dari data penderita di dunia, jumlah orang yang terkena monkeypox diperkirakan masih akan terus bertambah. Itu berarti risiko bagi kita juga masih akan terus meningkat. Tidak ada jalan lain, kita tak boleh lengah dan perlu segera melanjutkan langkah terukur, termasuk dalam tindakan vaksinasi. (*)

source