“Bawalah anak-anak kita ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan yang mereka akan memikirkan untuk apakah perlu diperiksa lebih lanjut untuk mencari kemungkinan perjalanannya menjadi hepatitis akut berat,” katanya.
Deteksi dini gejala awal dari hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya itu akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi tenaga kesehatan untuk menyelamatkan jiwa anak.
“Jadi jangan menunggu gejalanya sampai kuning, jangan menunggu sampai gejalanya sampai lebih berat karena kalau lebih berat kita kehilangan momentum untuk menolong lebih cepat, apalagi kalau sudah sampai terjadi kesadaran, ini akan membuat dokter kesempatan untuk menolongnya menjadi lebih sedikit lagi, untuk menolong anak-anak kita jangan sampai menimbulkan kematian,” imbau Hanifah.
Menurut Hanifah, meskipun belum diketahui penyebabnya, penyakit itu diduga disebabkan oleh virus yang penularannya melalui saluran cerna dan saluran nafas, sehingga sebagai upaya pencegahan, anak-anak disarankan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum, mengkonsumsi makanan yang sudah matang, menghindarikontak dengan orang yang sakit. Selain itu, katanya, anak-anak selalu mempraktekkan pemakaian masker dan menjaga jarak.
“Pada kesempatan ini, saya ingin menjelaskan juga bahwa banyak berita bahwa kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin Covid. Itu tidak benar karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti itu berhubungan dengan vaksin Covid,” tegas Oswari.Menurut Kementerian Kesehatan RI, sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan terus bertambah, tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology ) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10%) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Pada sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus. Pada 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus. (dn)
No More Posts Available.
No more pages to load.
All right reserved
Redaksi Pedoman Media Siber
Info Iklan Disclaimer
Kontak Karir
Hukum Politik
News Pendidikan
Wisata Kabar Daerah
source