Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Rabu (6/7/2022) dari mulai sejoli mesum di menara masjid di Banjaran, Kabupaten Bandung hingga sejoli ketahuan bermesraan di menara masjid.
Berikut rangkuman Jabar hari ini:
Keluarga korban almarhum Hasan-Husen tak ingin berkomentar terkait vonis 4 bulan pengemudi motor gede (pemoge). Keluarga sudah ikhlas atas kepergian anaknya itu.
Punten abdi moal tiasa komentar perkawis masalah proses hukum (Maaf saya tidak bisa komentar terkait proses hukum),” kata Iwa Kakak Ipar Hasan-Husen kepada detikJabar saat dihubungi hari ini.
Iwa mengatakan, keluarga bertubi-tubi mendapatkan masalah. Sehingga dia tak mau berkomentar banyak.
Abdi pribadi nembe lereh emutan teh kang (saya pribadi masih menenangkan pikiran),” ucap Iwa.
Iwa hanya ingin ingatan keluarganya tenang dan legowo menerima kepergian bocah kembar Hasan-Husen.
Sementara itu Ayah korban Wasmo mengakui dirinya ikhlas dengan hasil persidangan.
“Tadi siang ikut menyaksikan persidangan. Kami juga tidak menuntut apapun kepada kedua pengendara moge,” kata Wasmo.
Diberitakan sebelumnya, Dua pemotor gede (Pemoge) yang menabrak mati bocah kembar di Pangandaran divonis 4 bulan penjara. Kedua terdakwa dinyatakan bersalah dalam kecelakaan maut saat mengendarai moge.
Vonis dijatuhi majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Ciamis dalam sidang yang digelar di PN Ciamis hari ini. Dalam sidang tersebut, kedua terdakwa yakni Angga Permana dan Agus Wandri turut dihadirkan.
“Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 4 bulan,” ujar hakim yang diketuai oleh Beny Sumarno itu.
Selain hukuman penjara, kedua terdakwa juga dihukum membayar denda sebesar Rp 12 juta subsidair 1 bulan kurungan. Dalam perkara ini, keduanya dinyatakan bersalah sebagaimana Pasal 310 ayat 4 UU RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Polisi masih menyelidiki insiden penusukan terhadap pedagang Pasar Cikopo, Purwakarta. Identitas pelaku penusukan sudah didapat polisi.
“Pelaku bernama Fauzi alias Achmad Fauzi, berusia 25 tahun warga Dusun Setran Timur Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang, Jawa Timur,” ujar Kasat Reskrim Polres Purwakarta AKP Zulkarnaen hari ini.
Dari penyelidikan sementara, diketahui pelaku merupakan pedagang sayuran di pasar tersebut. Zulkarnaen berujar, antara pelaku dan korban sudah saling mengenal karena berjualan di tempat yang sama.
Sementara itu, polisi juga sudah melakukan pemeriksaan medis. Luka yang didapat oleh korban berupa luka terbuka akibat benda tumpul pada bagian dada samping sebelah kiri korban.
Polisi juga mengantongi fakta baru. Berdasarkan keterangan saksi-saksi, pelaku mengambil piasu yang tergeletak di atas meja di sekitar titik korban dan pelaku berselisih.
“Kejadian tersebut terjadi berawal ketika korban dan pelaku berselisih kemudian korban memukul pelaku, dengan spontan pelaku mengambil pisau yang berada di lapak yang tersimpan di atas tumpukan kardus yang terletak bertepatan di lokasi kejadian dan kemudian pelaku langsung menusukkan ke arah korban,” tutur Zulkarnaen.
Polisi juga sudah mengamankan barang bukti berdasarkan olah TKP. Adapun barang bukti yang didapat berupa sandak kanan korban, topi korban, kaos hitam korban, satu bungkus rokok dan tas selempang milik pelaku.
Beberapa pengikut Negara Islam Indonesia (NII) di Garut bersumpah untuk kembali setia kepada NKRI. Terselip cerita menarik sekaligus memilukan dari aksi menyimpang yang mereka lakukan.
Salah satunya AS (36), ia bercerita pengalamannya terperangkap di lingkaran aliran sesat Negara Islam Indonesia. Kisah itu bermula saat dia mengikuti jejak sang kakak untuk merantau ke Bogor sekitar tahun 2010-an.
“Beberapa tahun lalu, saya ikut kerja di Bogor bersama kakak. Di sana saya kerja jualan ayam,” kata AS.
AS mengatakan, tanpa pikir panjang, dia bertolak ke kota hujan. Sesampainya di sana, dia dan kakaknya menyewa kontrakan rumah. Hal yang membuat AS tak karuan terjadi di Minggu pertama.
AS mengaku, seminggu pertama di Bogor, dia malah tidak bekerja. Sang kakak mengajaknya berkumpul bersama sejumlah temannya dan melakukan pengajian.
“Kumpul-kumpul, baca kitab dan Al-Qur’an yang ada artinya gitu lah,” ujar AS.
AS mengaku saat itu ada yang janggal. Dia banyak mendengar doktrin dari sekelilingnya saat itu. Salah satu doktrin yang diberikan, adalah AS harus menganggap pemerintah NKRI adalah musuh atau thogut.
Keanehan tak berhenti di situ, AS mengaku, usai dia berjual, dia diminta untuk berinfak sebesar Rp 20 ribu per minggu.
Uang tersebut dikumpulkan di tempat dia dan kakaknya berkumpul. Tujuannya, kata AS, infak yang dikumpulkan itu sebagai pengganti salat yang tak harus mereka kerjakan.
“Katanya enggak perlu salat, karena sedang darurat, sedang mendirikan negara Islam. Jadi gantinya bayar infak,” ungkap AS.
Sejak saat itu, AS memutuskan untuk kembali ke Garut dan bekerja sebagai penggarap lahan tani di kampung halamannya.
“Sejak awal saya sudah curiga. Jadi sebenarnya yang benar-benar sudah dibaiat itu kakak saya, kalau saya ikut aja,” ungkap AS.
Di awal 2022 lalu, AS akhirnya kembali mendeklarasikan diri untuk setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. AS dan sang kakak menjadi salah satu peserta kegiatan deklarasi para pengikut NII yang kembali ke NKRI.
AS menambahkan, sebelum proses deklarasi tersebut, dia sempat diberikan pemahaman oleh petugas dari Polri, TNI dan Kementerian Agama serta tokoh ulama mengenai aliran sesat. AS kemudian menyadari dan bersedia kembali berpindah.
“Pokoknya saya mengerti lah,” ujar AS.
Kemenag Garut Cece Hidayat mengatakan, pihaknya mengaku khawatir dan prihatin. Sebagai tindakannya, Kemenag bersama pihak terkait lain rutin melakukan penyuluhan kepada para tokoh agama, atau orang-orang yang terindikasi terpapar paham radikal.
Selain itu, pihak Kemenag juga beberapa kali terlibat dalam proses deklarasi yang dijalani para mantan pengikut aliran radikal yang menyatakan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dilansir dari laman resmi Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Jabar, jabar.kemenag.go.id, dalam artikel berjudul ‘Terpapar Radikalisme, Diiming-iming Surga’, Kemenag menyebut bahwa paham radikal sudah masuk ke 41 dari 42 kecamatan yang ada di Garut.
Kegiatan dialog kebangsaan digelar bukan karena latah. Akan tetapi Garut memang sangat dinamis dan sedang menjadi sorotan dalam kaitan paham radikal. Berdasarkan catatan, dari 41 dari 42 kecamatan terpapar paham radikal.
Pernyataan tersebut diketahui diungkap Kemenag Jabar dalam kegiatan Dialog Kebangsaan bertema Membangun Moderasi Beragama, Mengelola Keberagaman, Meneguhkan KeIndonesiaan di Hotel Harmoni, Garut pada Kamis 30 Juni 2022.
Terkait data yang dirilis Kemenag Jabar, Cece mengatakan pihaknya belum mengetahui data pasti kaitan hal tersebut. Pernyataan soal 41 kecamatan terpapar radikalisme merupakan berasal dari data yang diberikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Garut.
“Jadi, kami sampai dengan hari ini tidak mengetahui adanya terpapar seperti itu kan pernyataan dari Ketua PCNU ya, dan kami tidak punya data tentang itu,” kata Cece.
“Kami menghargai data yang dimiliki oleh NU sebagai bentuk kepedulian NU kepada negara dan bangsa, mereka melakukan penelitian kepada di lapangan. Tapi sampai dengan hari ini kami tidak punya data itu,” ungkap Cece menambahkan.
Persib Bandung telah mengajukan surat keberatan kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB) terkait rancangan draft jadwal Liga 1 2022. Persib keberatan dengan jam main pada malam hari yang terlalu banyak.
“Kita sudah mengirimkan surat keberatan tadi pagi ke pihak LIB terkait jadwal Persib di Liga 1,” kata Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) Teddy Tjahjono kepada wartawan hari ini.
Teddy menjelaskan alasan Persib akhirnya mengajukan surat keberatan ke LIB. Dari draft jadwal yang diterima. Persib mendapat jam main di malam hari yang lebih banyak dari klub peserta Liga 1 lainnya.
Tercatat dari pekan 1 hingga 20, Persib bermain malam sebanyak 17 kali dan hanya tiga kali bermain sore. Jumlah itu, kata Teddy, lebih banyak dari kontestan lain seperti Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya.
“Karena Persib main di atas pukul 20.00 WIB sebanyak 17 kali, Persija 15 kali, dan Persebaya 11 kali,” ungkapnya.
Menurutnya dengan banyaknya jam main yang terlalu malam bisa berdampak negatif terhadap kondisi kesehatan para pemain. Ia pun berharap surat keberatan itu bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk mengevaluasi jadwal pertandingan Liga 1 yang bakal bergulir pada 23 Juli mendatang.
“Dengan pertimbangan faktor kesehatan buat pemain dan azas fairness bagi Persib. Pada saat main terlalu malam, kondisi ini tidak ideal untuk kesehatan pemain dan akan mempengaruhi recovery time dari pemain kami,” ujarnya.
“Jadi kami mengajukan keberatan atas draft jadwal tersebut dan kami sangat mengharapkan bisa dibuat jadwal yang lebih fair bagi Persib dan tim lainnya,” tandasnya.
Sebelumnya pelatih Persib Robert Albert juga mengeluhkan jam main yang dianggap terlalu malam. Robert mengungkapkan seharusnya semua tim Liga 1 memiliki jadwal bermain yang sama baik itu di sore atau malam.
Robert menjelaskan dengan bermain terlalu malam secara terus-menerus akan berdampak negatif pada kondisi fisik pemain.
“Jika tim bermain di kompetisi, waku kick off harus dibagi rata setiap timnya. Harus ada azas fair play bagi setiap tim. Apa yang terjadi jika di setiap laga bermain (pukul) 08.30 atau bahkan 08.45,” ucap Robert di Stadion Persib.
“Kami harus kembali larut malam ke hotel dan keesokan harinya melakukan perjalanan, tentu pemain akan merasa kelelahan. Proses recovery-nya akan menderita,” ujarnya.
Sebuah video yang menampilkan sepasang muda-mudi bermesraan di siang bolong. Tak tanggung-tanggung, lokasi tempat mereka bermesraan adalah di menara Masjid Besar Banjaran, Kabupaten Bandung.
Dilihat detikJabar di akun Instagram @banjaraninside hari ini, nampak sepasang muda-mudi berpelukan di area menara masjid. Terdengar seorang yang merekam video tersebut menyayangkan aksi sejoli tersebut.
Cing atuh di masjid teuing mah euy (Duh ngelakuin di masjid itu kebangetan). Siga nu teu boga OYO wae (seperti tidak ada OYO aja), parah. Astaga, astaga,” tutur seseorang dalam video tersebut.
Pengurus Masjid Besar Banjaran Setyo Atmoko (63) membenarkan peristiwa tersebut terjadi di area menara Masjid Besar Banjaran. Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu 3 Juli 2022.
“Itu kebetulan benar terjadi, kejadiannya jam 11 siang hari Minggu. Terus ada yang melihat dari pos parkir, kemudian orang itu datang ke masjid laporan,” ujar Setyo saat ditemui detikJabar hari ini.
Mendengar laporan tersebut, pihaknya mengatakan langsung mengecek ke lokasi kejadian. Bahkan, sejoli tersebut langsung ditindak untuk pergi dari lokasi masjid.
“Udah dapat laporan saya langsung naik ke menara, nah di menara saya usir mereka,” katanya.
“Saya belum sempat nanyain identitas, orang mana-mananya, karena saya terburu emosi. Jadi langsung saya usir saja,” ucap Setyo.
Kapolsek Banjaran Kompol Heri Suryadi meminta pihak DKM Masjid Besar Banjaran menutup akses menuju menaranya. Hal tersebut menyusul kejadian sepasang muda-mudi bermesraan di siang bolong di area menara masjid.
“Kami sarankan untuk tangga naik ke menara itu dilaksanakan penutupan. Saat ini masih dilakukan penutupan sementara hanya untuk mencegah, jangan sampai kejadian tersebut terulang kembali,” ujar Heri saat ditemui detikJabar.
Pihaknya mengingatkan pengurus masjid bisa melakukan pendataan terlebih dahulu jika terjadi kejadian. Sehingga jika terjadi lagi, polisi bisa melakukan penelusuran dan mengambil tindakan.
“Kami juga ingatkan kepada pengurus dkm, seandainya kembali ditemukan seperti itu, agar dilakukan minimal pendataan terhadap yang bersangkutan. Apabila suatu saat memerlukan, atau ada permasalahan bisa kami cari, bisa klarifikasi kepada yang bersangkutan,” katanya.

source