Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa varian Omicron sudah terdeteksi masuk di wilayah RI.
Hal ini disampaikannya saat memberikan keterangan pers perihal perkembangan pandemi Covid-19 secara virtual, Kamis (16/12/2021).
“Kemenkes tadi malam mendeteksi ada seorang pasien N terkonfirmasi omicron pada tanggal 15 Desember,” ujarnya.
Menurut BGS, data-data itu juga sudah dikonfirmasikan ke GISAID. Kemudian GIASID juga sudah mengonfirmasi data sequencing benar adalah Omicron.
Varian Covid-19 Omicron diyakini berkembang 70 kali lebih cepat dari versi asli corona dan varian Delta dalam 24 jam.
Kendati demikian, BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang.
“Tidak usah panik, tetap hidup seperti normal, patuhi protokol kesehatan, patuhi surveilans, lakukan vaksinasi lebih cepat lagi,” ujarnya.
Agar tidak panik, Anda bisa terlebih dahulu mendeteksi gejala bila terinfeksi varian Omicron ini.

Gejala Terinfeksi Omicron
Lalu, apa saja gejala terinfeksi varian Omicron yang patut diwaspadai masyarakat?
Mayoritas penderita Covid-19 varian Omicron terbukti mengalami gejala batuk, mudah lelah, dan pilek atau hidung tersumbat.
Fakta tersebut diketahui berdasarkan laporan mingguan yang dirilis Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) bertajuk ‘Morbidity and Mortality Weekly Report’.
Dalam laporan mingguan edisi 1-8 Desember 2021, CDC melaporkan bahwa penderita Covid-19 varian Omicron paling banyak mengeluhkan gejala batuk. Gejala ini dilaporkan sekitar 89% pengidap Covid-19 varian Omicron yang didata CDC kawasan Amerika Serikat.
Selain batuk, gejala lain yang umum dirasakan penderita Covid-19 varian Omicron adalah mudah lelah. Efek samping ini dirasakan 65% penderita Covid-19 varian baru tersebut.
Setelahnya, banyak penderita Covid-19 varian Omicron yang menderita pilek atau hidung tersumbat. Jumlah orang yang mendapat efek tersebut mencapai 59%.
“Dari laporan tahap awal, banyak kasus infeksi akibat varian omicron diikuti dengan gejala ringan. Akan tetapi, seperti varian Covid-19 sebelumnya, biasanya ada jeda antara infeksi dan gejala parah yang akan mengikuti. Meski begitu, gejala turunan akibat Omicron diharap lebih ringan jika dialami orang yang sudah divaksinasi dan eks penderita SARS-CoV-2,” tulis CDC dalam laporan tersebut, dikutip Minggu (12/12/2021).
Penelitian yang sama juga mengungkap, hampir seluruh penderita Covid-19 akibat varian Omicron mengalami gejala penyerta. Jumlah penderita Covid-19 varian Omicron yang mengalami gejala penyerta mencapai 93%. Sementara hanya 7% pengidap yang tidak diikuti gejala turunan.
Meski gejala yang dialami pengidap Covid-19 Omicron terbilang ringan, namun CDC mengingatkan bahwa varian ini berpotensi mengganggu sistem kesehatan karena sifatnya yang mudah menular. Karena itu, CDC mengimbau seluruh pihak untuk memperkuat sistem pengawasan dan pertukaran informasi seputar Omicron untuk menekan laju penularan varian ini.
“Karakter dari kasus-kasus yang disebutkan dalam laporan ini mungkin tidak bisa digeneralisir, karena kasus yang ditemukan bisa jadi banyak dipengaruhi faktor individu penderita,” tulis CDC.
Selain tiga gejala di atas, penyakit ikutan yang dialami penderita Covid-19 varian omicron berdasarkan penelitian CDC adalah demam (38%), mual atau muntah (22%), sesak napas (16%), diare (11%), dan anosmia atau hilangnya kemampuan penciuman (8%).
CDC melaporkan, varian Omicron sejauh ini banyak menjangkiti kelompok umur 18-39 tahun (58%), diikuti kelompok 40-64 tahun (23%), kelompok umur 65 tahun ke atas (9%) dan 18 tahun ke bawah (9%).
CDC belum menerima laporan adanya pengidap Covid-19 varian Omicron yang meninggal dunia. Rasio penderita yang dirawat di RS juga rendah yakni sebesar 2%.  

source