Sunday, 21 Syawwal 1443 / 22 May 2022
Sunday, 21 Syawwal 1443 / 22 May 2022
Selasa 26 Apr 2022 09:09 WIB
Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Jamaah melaksanakan salat Idul Fitri di masjid di Philadelphia, Kamis, 13 Mei 2021. Lembaga Council on American-Islamic Relations (CAIR) telah merilis laporan berjudul “Still Suspect: The Impact of Structural Islamophobia”, Senin (25/4/2022), yang menyebut diskriminasi terhadap Muslim semakin meningkat.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Lembaga Council on American-Islamic Relations (CAIR) telah merilis laporan berjudul “Still Suspect: The Impact of Structural Islamophobia”, Senin (25/4/2022). Dalam laporan itu, CAIR menyebut diskriminasi terhadap Muslim di Amerika Serikat (AS) meningkat sebesar sembilan persen pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
CAIR mengungkapkan, mereka menerima 6,720 pengaduan secara nasional tahun lalu. Jika diperinci, terdapat 2.823 pengaduan soal imigrasi dan perjalanan, 745 pengaduan diskriminasi di tempat kerja, 553 pengaduan penolakan akomodasi publik, 679 pengaduan penegakan hukum dan pemerintah, 308 pengaduan terkait insiden kebencian dan bias, 278 pengaduan tentang hak penahanan, 177 pengaduan insiden sekolah, dan lebih dari 1.100 pengaduan umum.
“Ini merupakan jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan ke CAIR dalam 27 tahun. Tonggak sejarah ini mengkhawatirkan,” kata Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad dalalm konferensi pers, dilaporkan laman Anadolu Agency.
Laporan CAIR menemukan bahwa ada peningkatan 55 persen dalam penegakan hukum dan pengaduan pemerintah pada 2021. Kemudian terkait insiden kebencian dan bias yang mencakup pelepasan paksa jilbab, pelecehan, vandalisme serta serangan fisik, terdapat peningkatan sebesar 28 persen.
Nihad Awad mengungkapkan, jika berkaca pada laporan terbaru, Islamofobia di AS bersifat struktural dan mendalam. “Islamofobia telah menjadi arus utama di Amerika. Ia masuk ke lembaga pemerintah dan ruang publik melalui undang-undang, kebijakan, retorika politik, dan manifestasi lainnya,” ucapnya.
Kendati demikian, dia yakin pemerintah AS dapat menjadi bagian dari solusi untuk menekan kasus Islamofobia. “Kami mendesak Kongres hari ini mengadopsi undang-undang yang membuat pendanaan federal untuk lembaga penegak hukum lokal bergantung pada lembaga-lembaga yang mendokumentasikan dan melaporkan kejahatan rasial ke database nasional FBI. Ini akan menawarkan insentif bagi penegak hukum lokal untuk menganggap serius ancaman Islamofobia,” kata Awad.
Dapatkan Update Berita Republika
Bahaya Riya Terhadap Muslim dan Cara Mengatasinya Menurut Imam Ghazali
Zainab Binti Abu Salamah Tumbuh di Bawah Asuhan Rasulullah
Solusi Terjerumus Transaksi Riba Saat Membeli Rumah
Balas Keburukan dengan Kesabaran
Ibu Hamil dan Menyusui, Bayar Fidyah atau Meng-qadha Puasa?
Fintech
Inovasi data center dan cloud services dua tahun terakhir menjadi perhatian dunia
Info Sehat
Amber Heard disebut idap borderline personality disorder.
Umum
RKUHP masih dalam proses perbaikan dan mencakup LGBT
Chingudeul
Saat game, Red Velvet diminta menebak kata kerja dalam bahasa Indonesia lalu mempraktikkan kata kerja tersebut. Sejumlah properti telah disiapkan demi mendukung permainan itu.
Jawa Barat
Bus diduga mengalami masalah teknis pada sistem pengeraman.
9 PHOTO
10 PHOTO
9 PHOTO
4 PHOTO
7 PHOTO
Ahad , 22 May 2022, 03:29 WIB
Sabtu , 21 May 2022, 23:42 WIB
Phone: 021 780 3747
Fax: 021 799 7903
Email:
newsroom@rol.republika.co.id (Redaksi)
sekretariat@republika.co.id (Redaksi)
marketing@republika.co.id (Marketing)
Copyright © 2018 republika.co.id, All right reserved