Meski baru diusulkan sebagai pahlawan nasional, nama KH Raden Asnawi sudah diabadikan menjadi nama salah satu jalan raya di Kabupaten Kudus. Siapa KH R Asnawi?
Berikut sejarah perjuangan ulama kharismatik asal Kudus itu dalam melawan penjajah Belanda hingga kiprahnya dalam pendirian Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU).
Nama KH R Asnawi diabadikan menjadi nama jalan di Kudus. Jalan KH Asnawi yang berada di perempatan Jember ke utara, wilayah Desa Damaran Kecamatan Kota, Kudus, itu selalu ramai tiap jam sibuk.
Dalam buku KH R Asnawi Ahli Dakwah dan Pendiri Nahdlatul Ulama (2020) karya M. Rifkza Chamami, Mc. Mifrohul Hana Chamami, dan Ihsan disebutkan, KH R Asnawi lahir pada tahun 1861 di daerah Damaran, Kudus.
Nama kecilnya Raden Ahma Syamsyi. Putra dari H Abdullah Husnin dan Raden Sarbinah ini juga sempat berganti nama Ilyas.
Ayahnya pedagang konfeksi besar. Sekitar tahun 1876, saat Asnawi berusia 15 tahun, dia dibawa ke Tulung Agung Jawa Timur oleh orang tuanya. Selain dilatih berdagang, Asnawi juga menimba ilmu di Pondok Pesantren Mangunsari Tulung Agung.
Nama Ahmad Syamsyi digunakan sampai umur 25 tahun. Sepulang dari haji pertama pada 1886, namanya diganti menjadi Raden Haji Ilyas. Nama Ilyas kemudian berganti menjadi Raden H Asnawi selepas pulang haji ketiga.
“Silsilah Asnawi ada yang menyebutkan keturunan Sunan Kudus yang ke XIV dan keturunan kelima dari KH. A Mutamakin Wali di Zaman Sultan Agung Mataram di Kajen Margoyoso Pati,” tulis buku itu, dikutip detikJateng pada Rabu (9/11/2022).
Asnawi menikah dengan Hamdanah saat bermukim di Makkah. Perkawinan ini dikaruniai sembilan putra. Setelah lama di Makkah, Asnawi pulang ke Kudus lalu menikahi keturunan Sunan Kalijogo, Muthiah Balaitengahan Kudus. Pernikahan kedua ini dikaruniai lima anak.
Asnawi juga pernah menikah dengan Munijah, gadis hafidzah asal Damaran. Munijah merupakan istri Asnawi yang berkecimpung di bidang pesantren.
Asnawi menjadi teladan umat Islam di sekitarnya. Dia berkonsentrasi membentengi Islam Ahlussunah Wal Jamaah di Bumi Nusantara. Asnawi tegas mengkritik kebijakan penjajah Belanda saat itu.
Asnawi juga bergabung dalam Serikat Islam Cabang Kudus. Dia pun akrab dengan Semaun, H. Agus Salim serta HOS Cokroaminoto.
Perjuangan Asnawi disebut tak banyak dengan menguras tenaga, apalagi sampai angkat senjata. Namun, Asnawi membekali santrinya dengan doa azimat dan memberikan air putih yang dibacakan doa untuk melawan Belanda. Doa yang diajarkan ialah Surat Al Fil dan Salawat Nariyah.
Kiprah KHR Asnawi dalam pendirian Jam’iyyah NU di halaman selanjutnya…

source