Naik Tipis, Keselamatan Pengguna Kapal Jadi Taruhan
Jalur Maut 23 KM di Hutan Baluran; Selama 2022 Sudah 7 Kecelakaan, Empat Tewas
Tarif Penyeberangan Ketapang–Gilimanuk Naik, Dua Bayar Rp 29.050 Ribu
Hati-Hati Melintas di Enam Tikungan Rawan Laka Baluran
BFF 2022 Suguhkan Workshop, Talkshow, dan Fashion Show
Rabu Pungkasan jadi Ajang Pemberdayaan Ekonomi
Masjid Cheng Hoo Jadi Simbol Kemajemukan dan Kerukunan
Masjid Muhammad Cheng Hoo Jadi Penunjang Destinasi City Tour
Milad Masjid Cheng Hoo Banyuwangi Diperingati Tiap Tanggal 16 September
Naik Tipis, Keselamatan Pengguna Kapal Jadi Taruhan
Jalur Maut 23 KM di Hutan Baluran; Selama 2022 Sudah 7 Kecelakaan, Empat Tewas
Tarif Penyeberangan Ketapang–Gilimanuk Naik, Dua Bayar Rp 29.050 Ribu
Hati-Hati Melintas di Enam Tikungan Rawan Laka Baluran
BFF 2022 Suguhkan Workshop, Talkshow, dan Fashion Show
Rabu Pungkasan jadi Ajang Pemberdayaan Ekonomi
Masjid Cheng Hoo Jadi Simbol Kemajemukan dan Kerukunan
Masjid Muhammad Cheng Hoo Jadi Penunjang Destinasi City Tour
Milad Masjid Cheng Hoo Banyuwangi Diperingati Tiap Tanggal 16 September
BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi –Pemkab Banyuwangi terus berupaya untuk memberikan layanan kesehatan yang prima kepada masyarakat di pedesaan. Kemarin (29/9) Dinas Kesehatan Banyuwangi bersama PPNI dan IBI me-launching program inovasi satu desa satu perawat satu bidan.
Dalam sambutannya, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, penempatan satu perawat dan satu bidan di setiap desa diharapkan bisa efektif pada tahun 2023 nanti. Harapannya agar masyarakat desa bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih cepat dan berkualitas. ”Dalam waktu dekat, kami akan kumpulkan pemerintah desa untuk segera mengintegrasikan program ini,” ujar Ipuk melalui sambungan Zoom.
Melalui progam bertajuk ”Peran Bangsa” (Perawat dan Bidan Membangun Desa) tersebut, nantinya akan ada dua orang tenaga kesehatan (nakes), yaitu satu bidan dan satu perawat, yang ditempatkan di tiap desa. Dengan demikian, masyarakat desa bisa lebih mudah mengakses layanan kesehatan. ”Kedua nakes tersebut nantinya juga akan menetap di desa, siaga 24 jam untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat,” kata Ipuk.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat mengatakan, program ini bermula dari temuan kasus lansia terlantar pada 3 Juni lalu di Banyuwangi. Lansia tersebut tidak bisa melakukan apa pun, apalagi mengakses layanan kesehatan. Keberadaan lansia tersebut baru diketahui setelah masyarakat melapor, bukan dari pemantauan nakes.
Dari kejadian tersebut, Bupati Ipuk kemudian menyiapkan sejumlah program agar kasus-kasus serupa bisa diantisipasi dan segera tertangani. Salah satunya dengan menempatkan tenaga kesehatan satu perawat dan satu bidan di setiap desa.
”Kami berterima kasih kepada perawat melalui PPNI dan bidan melalui IBI yang menjadi garda terdepan kesehatan. Kami sudah menghitung, jumlah nakes kami cukup untuk disebar ke seluruh desa (total 217 desa) di Banyuwangi. Kami lakukan redistribusi perawat dan bidan,” kata Amir.
Nantinya, kedua nakes yang ditempatkan di desa itu berperan untuk melakukan deteksi dini masalah kesehatan di tengah masyarakat. Sehingga, tidak ada lagi masyarakat yang telat mendapat penanganan. ”Mereka akan identifikasi masalah kesehatan sejak awal, setelah itu memberi solusi dengan koordinasi teknis kepada puskesmas dan administratif kepada kepala desa. Jika nanti harus dilakukan rujukan mereka juga akan membantu,” terang Amir.
Yang membedakan Peran Bangsa dengan program penempatan bidan di desa sebelumnya, yakni para nakes ini nantinya harus menetap di desa yang sudah ditunjuk. Masalah kesehatan yang mereka tangani juga tak lagi hanya seputar pelayanan KB dan persalinan, tetapi juga menyasar sejumlah masalah kesehatan lainnya, seperti stunting, sanitasi, dan sebagainya.
”Sesuai instruksi bupati, bidan dan perawat yang ditunjuk akan tinggal di desa. Di desa juga ada ambulans atau mobil siaga desa untuk membantu masyarakat. Nanti kami akan mintakan pihak desa untuk menyediakan rumah bagi mereka agar masyarakat mudah mengakses layanan mereka,” jelasnya.
Program Peran Bangsa ini akan diterapkan bertahap mulai Desember 2022. Nantinya, akan ada support dari DD dan ADD untuk insentif para nakes, terutama bagi mereka yang bekerja di pelosok desa. ”Nanti yang kami tempatkan tenaga ASN dan non-ASN nakes. Program ini akan diatur dalam perbup, dan dalam waktu dekat akan ada instruksi dari bupati,” pungkas Amir. (fre/afi/c1)
BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi –Pemkab Banyuwangi terus berupaya untuk memberikan layanan kesehatan yang prima kepada masyarakat di pedesaan. Kemarin (29/9) Dinas Kesehatan Banyuwangi bersama PPNI dan IBI me-launching program inovasi satu desa satu perawat satu bidan.
Dalam sambutannya, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, penempatan satu perawat dan satu bidan di setiap desa diharapkan bisa efektif pada tahun 2023 nanti. Harapannya agar masyarakat desa bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih cepat dan berkualitas. ”Dalam waktu dekat, kami akan kumpulkan pemerintah desa untuk segera mengintegrasikan program ini,” ujar Ipuk melalui sambungan Zoom.
Melalui progam bertajuk ”Peran Bangsa” (Perawat dan Bidan Membangun Desa) tersebut, nantinya akan ada dua orang tenaga kesehatan (nakes), yaitu satu bidan dan satu perawat, yang ditempatkan di tiap desa. Dengan demikian, masyarakat desa bisa lebih mudah mengakses layanan kesehatan. ”Kedua nakes tersebut nantinya juga akan menetap di desa, siaga 24 jam untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat,” kata Ipuk.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat mengatakan, program ini bermula dari temuan kasus lansia terlantar pada 3 Juni lalu di Banyuwangi. Lansia tersebut tidak bisa melakukan apa pun, apalagi mengakses layanan kesehatan. Keberadaan lansia tersebut baru diketahui setelah masyarakat melapor, bukan dari pemantauan nakes.
Dari kejadian tersebut, Bupati Ipuk kemudian menyiapkan sejumlah program agar kasus-kasus serupa bisa diantisipasi dan segera tertangani. Salah satunya dengan menempatkan tenaga kesehatan satu perawat dan satu bidan di setiap desa.
”Kami berterima kasih kepada perawat melalui PPNI dan bidan melalui IBI yang menjadi garda terdepan kesehatan. Kami sudah menghitung, jumlah nakes kami cukup untuk disebar ke seluruh desa (total 217 desa) di Banyuwangi. Kami lakukan redistribusi perawat dan bidan,” kata Amir.
Nantinya, kedua nakes yang ditempatkan di desa itu berperan untuk melakukan deteksi dini masalah kesehatan di tengah masyarakat. Sehingga, tidak ada lagi masyarakat yang telat mendapat penanganan. ”Mereka akan identifikasi masalah kesehatan sejak awal, setelah itu memberi solusi dengan koordinasi teknis kepada puskesmas dan administratif kepada kepala desa. Jika nanti harus dilakukan rujukan mereka juga akan membantu,” terang Amir.
Yang membedakan Peran Bangsa dengan program penempatan bidan di desa sebelumnya, yakni para nakes ini nantinya harus menetap di desa yang sudah ditunjuk. Masalah kesehatan yang mereka tangani juga tak lagi hanya seputar pelayanan KB dan persalinan, tetapi juga menyasar sejumlah masalah kesehatan lainnya, seperti stunting, sanitasi, dan sebagainya.
”Sesuai instruksi bupati, bidan dan perawat yang ditunjuk akan tinggal di desa. Di desa juga ada ambulans atau mobil siaga desa untuk membantu masyarakat. Nanti kami akan mintakan pihak desa untuk menyediakan rumah bagi mereka agar masyarakat mudah mengakses layanan mereka,” jelasnya.
Program Peran Bangsa ini akan diterapkan bertahap mulai Desember 2022. Nantinya, akan ada support dari DD dan ADD untuk insentif para nakes, terutama bagi mereka yang bekerja di pelosok desa. ”Nanti yang kami tempatkan tenaga ASN dan non-ASN nakes. Program ini akan diatur dalam perbup, dan dalam waktu dekat akan ada instruksi dari bupati,” pungkas Amir. (fre/afi/c1)
Jl. Brawijaya 77 Banyuwangi,
Telp: (0333) 412224-416647
Fax: 0333-416647
Email : radarbwi@gmail.com