Kasus Penyakit Kritis di Indonesia Tinggi, Pahami Langkah Pencegahan dan Antisipasinya
KOMPAS.com – Angka diagnosis penyakit kritis di Indonesia tergolong tinggi. Adapun beberapa jenis penyakit kritis yang cukup mendominasi adalah penyakit jantung, diabetes, stroke, saraf, ginjal, dan kanker.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018, penyakit kardiovaskular atau jantung menjadi penyakit kritis penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia, yakni 35 persen. Kemudian, kanker berada pada posisi kedua, yakni 12 persen.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sabtu (4/7/2022), Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes Cut Putri Ariane menyebutkan bahwa risiko penyakit tersebut disebabkan oleh pola hidup tidak sehat.
Sebagaimana data terakhir yang ditemukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) pada 2018, sebanyak 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kemudian, 33,5 persen kurang melakukan aktivitas fisik, 29,3 persen memiliki kebiasaan merokok, 31 persen mengalami obesitas sentral, serta 21,8 persen terjadi obesitas pada dewasa. Hal ini meningkatkan risiko PTM.
Baca juga: Mengenal Bahaya Penyakit Tidak Menular dan Cara Mencegahnya
Masih berdasarkan laman Kemenkes, penyakit kritis tak hanya menyerang kalangan lanjut usia (lansia), tetapi juga mengancam usia muda. Hal ini dapat membuat penderita dan pendamping kehilangan produktivitas.
“Penyakit kritis juga dapat memberikan masalah baru bagi penderitanya, yaitu biaya pengobatan yang cukup besar, bahkan hingga ratusan juta rupiah,” kata Chief Executive Officer (CEO) Roojai, perusahaan insurance technology asal Thailand, Mathieu Guiraud.
Di Indonesia sendiri, rasio pengeluaran untuk kesehatan masih cukup tinggi, yakni 30 persen, meski sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Selain biaya yang besar, Mathieu menjelaskan, penyakit kritis juga bisa menurunkan produktivitas generasi muda. Saat menjalani perawatan, mereka harus mengambil cuti. Hal ini bisa saja mengurangi penghasilan bulanan.
Oleh karena itu, kata dia, kepemilikan asuransi penyakit kritis amat disarankan. Dengan begitu, saat ada risiko mengalami penyakit kritis, mereka akan mendapatkan proteksi. Beban biaya kesehatan selama menjalani pengobatan pun tak lagi menjadi kekhawatiran.
Kepemilikan asuransi, seperti asuransi penyakit kritis, merupakan bagian dari perencanaan keuangan guna mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Beberapa asuransi kesehatan mandiri memang memiliki manfaat yang cukup lengkap, termasuk menanggung biaya pengobatan jenis-jenis penyakit kritis. Namun, pertanggungan tersebut kerap dirasa tidak mencukupi seluruh biaya pengobatan penyakit kritis.
Maka dari itu, dibutuhkan polis asuransi penyakit kritis untuk meng-cover biaya pengobatan penyakit kritis, seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, saraf, ginjal, dan kanker.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan asuransi penyakit kritis di Indonesia, Roojai menyediakan asuransi penyakit kritis yang terjangkau, serta dengan proses pendaftaran yang sangat mudah.
Adapun sebagian besar produk asuransi penyakit kritis memiliki masa tunggu mulai dari 30 hari hingga 90 hari. Oleh sebab itu, sebaiknya daftarkan diri ke asuransi ini saat masih dalam kondisi sehat. Selain itu, asuransi ini juga tidak bisa dibeli oleh orang yang telah menderita penyakit kritis.
Baca juga: Apa Pentingnya Punya Asuransi Kesehatan? Ini Penjelasannya
“Roojai memiliki produk asuransi penyakit kritis yang menawarkan proteksi sesuai kebutuhan berupa uang pertanggungan yang bisa digunakan nasabah sesuai keinginan, seperti untuk biaya rumah sakit, pemulihan, atau sebagai pengganti penghasilan yang hilang akibat sakit. Produk tersebut sesuai dengan visi perusahaan kami, yakni menemani masyarakat Indonesia langkah demi langkah untuk mencapai keamanan finansial,” ujar Mathieu.
Selain memberikan uang pertanggungan terhadap penyakit kritis, Roojai juga menjamin biaya perawatan penyakit akibat gigitan nyamuk secara cashless, seperti demam berdarah.
Penetrasi asuransi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yakni 2 persen. Angka ini lebih kecil dari Thailand (6 persen), Malaysia (5 persen), dan Filipina (3 persen).
Untuk menumbuhkan penetrasi asuransi, Roojai menawarkan sejumlah kemudahan dan benefit pada Asuransi Penyakit Kritis miliknya.
Pertama, nasabah bisa mengajukan klaim meski biaya rumah sakit sudah ditanggung asuransi lain atau BPJS. Pemilik polis bisa menerima jumlah uang sekaligus sebagai biaya pengobatan berdasarkan diagnosis yang diterima.
Kedua, khusus penyakit kanker, Roojai telah merancang perlindungan dengan meminimalkan jumlah pengecualian. Roojai juga berkomitmen untuk memberikan polis asuransi yang mudah dipahami.
“Hal ini juga membantu nasabah terhindar hal tak menyenangkan saat mengeklaim asuransi,” papar Mathieu.
Ketiga, polis Asuransi Penyakit Kritis yang fleksibel dan terjangkau, yakni mulai Rp 50.000 per bulan seperti yang dituliskan dalam unggahan Instagram Roojai pada Kamis (28/7/2022). Calon nasabah juga bebas memilih paket asuransi serta menambahkan perlindungan sesuai anggaran.
Keempat, seluruh akses Asuransi Penyakit Kritis, mulai dari detail polis hingga rumah sakit rekanan tersedia secara online melalui situs web roojai.co.id pada menu MyAccount.
Mathieu menjelaskan, Roojai memfasilitasi klaim asuransi cashless dengan e-card pada 2.000 rumah sakit rekanan untuk penyakit akibat gigitan nyamuk. Namun, untuk penyakit kritis lain, pembayaran klaim dilakukan secara lump sum amount atau uang dibayarkan sekaligus dalam satu waktu.
Baca juga: 5 Langkah Mendapatkan Asuransi Kesehatan yang Tepat
Kelima, proses skrining calon nasabah Roojai dilakukan seluruhnya secara online hanya dengan waktu 30 detik. Meski cepat, pihak Roojai tetap melakukan skrining calon nasabah secara komprehensif.
Mathieu optimistis, kemudahan yang ditawarkan Roojai dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk membeli produk asuransi.
Sebagaimana makna Roojai dalam bahasa Indonesia, yakni “memahami sepenuh hati”, Mathieu menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen mengatasi masalah yang pada umumnya terjadi pada dunia asuransi, seperti transparansi dan aksesibilitas.
“Untuk memenuhi visi kami, Roojai didukung oleh sistem teknologi dan informasi (TI) internal yang kuat dalam satu platform. Kami yakin, Roojai akan memberikan inovasi dan pengalaman baru bagi para pengguna asuransi,” tutur Mathieu.
Selain Asuransi Penyakit Kritis, Roojai juga telah meluncurkan Asuransi Rawat Inap dan Asuransi Kecelakaan Diri yang bekerja sama dengan Sompo Insurance Indonesia. Sama seperti Asuransi Penyakit Kritis, calon nasabah bisa memilih polis dan manfaat asuransi sesuai keinginan, kebutuhan, dan keuangannya .
Untuk mengetahui informasi lebih lengkap terkait produk asuransi dari Roojai, sila klik tautan berikut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.