Ari Baskoro Sp. PD., Imunolog menjelaskan, gejala dari Covid-19 Varian Omicron XBB tidak banyak berbeda dari varian yang lain, hanya saja yang terlihat jelas adalah nyeri telan pada tenggorokan.
“Itu radang tenggorokan sehingga kalau kita makan atau minum itu nyeri. Kalau gejala lain seperti flu, pilek, badan greges, sakit kepala itu sama saja dengan yang lain, hanya yang lebih dominan nyeri telannya itu,” ujarnya saat dihubungi Suara Surabaya, Kamis (27/10/2022) .
Ari menjelaskan lebih lanjut, yang paling mengkhawatirkan dari varian Omicron XBB yakni penularannya yang cepat.
“Sifat dari Covid-19 khususnya varian Omicron itu terus bermutasi. Nah varian XBB ini anaknya dari varian BA.2. Itu hasil mutasi dari Omicron, watak yang paling mengkhawatirkan adalah daya tularnya yang cepat sekali. Walaupun sampai sekarang jelas ya, bahwa dampak fatalitasnya tidak lebih dari varian Omicron yang lain,” tuturnya.
Dia mengatakan, pada penyintas varian XBB ini, antibodi yang terbentuk tidak mampu memberikan perlindungan tubuh dari bahaya virus tersebut.
“Jadi orang kalau orang sudah sembuh dari Covid-19 atau istilahnya penyintas itu kan dia punya antibodi, mestinya logikanya antbodi ini masuk memberi perlindungan. Tetapi yang terjadi khususnya XBB ini, antibodi pasca penularan Ilmiah bagi penyintas Covid itu tidak mampu melindungi, termasuk vaksin,” imbuhnya.
Ari menegaskan yang harus dilakukan masyarakat saat ini yaitu meningkatkan kembali protokol kesehatan dan vaksinasi.
“Selain protokol kesehatan, yang jelas sangat penting itu vaksinasi, hendaknya booster itu dilakukan. Cakupan vaksinasi di Indonesia ini masih rendah, apalagi ada laporan bahwa vaksinnya itu mulai langka. Padahal cakupan kita itu masih 28 persen sekarang di nasional. Kita bandingkan saja dengan Singapura, mereka sudah mampu memberikan vaksin jenis baru. Namanya vaksin bivalen itu pun mampu di terobos oleh varian XBB,” ujar Ari.
Dia menambahkan, dengan vaksinasi mampu mengurangi resiko tingkat fatalitas yang tinggi jika terpapar Covid-19 varian Omicron XBB.
“Vaksin itu memang tidak menjamin 100 persen penularan, tetapi sudah jelas terbukti dia mengurangi tingkat fatalitas. Jadi orang-orang yang sudah di vaksin khususnya orang-orang yang mempunyai komorbid, misalnya lansia, penderita diabetes, penderita kanker, atau orang-orang yang mempunyai penyakit autoimun itu sistem imunitasnya tidak sebagus yang muda-muda, jadi mereka kalau terpapar covid resiko fatalitasnya tinggi,” pungkasnya.(gat/rst)
www.suarasurabaya.net adalah portal berita yang berdiri sejak tahun 1999, bagian dari Suara Surabaya Media yang lahir sejak 11 Juni 1983
SUARASURABAYA.NET © 2022

source