Jakarta, CNBC Indonesia – Jumlah orang yang terinfeksi tuberkulosis (TBC) meningkat secara global untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus yang meningkat adalah termasuk TBC dengan bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
WHO menyatakan bahwa 10,6 juta orang didiagnosis pada 2021, meningkat 4,5% dari tahun sebelumnya. Sebelumnya, jumlah kasus baru telah turun rata-rata 2% hampir setiap tahun sejak tahun 2000.
Kematian terkait TBC naik untuk tahun kedua berturut-turut, yakni menjadi 1,6 juta pada tahun 2021, kata WHO. Banyak orang tidak dapat mendapatkan diagnosis atau menerima perawatan selama lockdown Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership, mengatakan bahwa sudah sangat jelas bahwa dunia sekarang menghadapi situasi yang sangat berbahaya dengan penyakit yang ditularkan melalui udara. Hal ini bahkan benar-benar diabaikan dan dibiarkan merajalela dalam dua tahun terakhir.
“Terlepas dari tren peningkatan kematian dan infeksi TB yang mengejutkan ini, pendanaan untuk memerangi TB menurun pada tahun 2020 dan 2021 dari tingkat yang sudah sangat rendah. Ini menjengkelkan dan membuat saya bertanya-tanya mengapa investasi untuk TB begitu sedikit. Apakah karena pemerintah tidak peduli dengan rakyatnya sendiri? Apakah karena nyawa seseorang yang meninggal karena TB kurang penting atau karena TB terutama menyerang orang miskin dari negara miskin, dan lebih nyaman untuk mengabaikannya begitu saja,” paparnya, dikutip dari The Guardian, Senin (31/10/2022).
Mel Spigelman, Presiden Aliansi TBC, mengatakan lebih dari satu dekade kemajuan menjadi hilang ketika Covid-19 muncul.
Tidak hanya itu, Covid juga telah mengalihkan sumber daya yang dari program TBC dan dari pengembangan alat baru untuk mengatasi penyakit, termasuk untuk vaksin.
“Terobosan medis seperti vaksin yang efektif, resimen obat yang lebih kuat, dan diagnosis TB di tempat perawatan sangat dibutuhkan, sekarang lebih dari sebelumnya,” katanya.
Perlu diketahui, TBC yang kebanyakan menyerang paru-paru, menyebar melalui droplet di udara. Ini dapat tetap bertahan selama bertahun-tahun sebelum menyebabkan masalah kesehatan dan sulit untuk didiagnosis.
Menurut Jamie Triccas, peneliti TBC di University of Sydney, kemampuan untuk mengendalikan penularan terbatas karena vaksin saat ini, yang dikenal sebagai BCG, berusia lebih dari 100 tahun dan memiliki kemanjuran yang terbatas pada orang dewasa,.
Triccas mengatakan beberapa vaksin potensial telah mencapai uji coba tahap akhir, tetapi dana yang dibutuhkan untuk mengembangkannya tidak ada.
Menurut laporan Desember 2021 oleh Treatment Action Group dan Stop TB Partnership, jumlah total pendanaan global untuk penelitian tuberkulosis adalah US$ 915 juta pada 2020 – jauh di bawah target US$ 2 miliar yang ditetapkan oleh PBB pada 2018. Dari jumlah tersebut, 13% dihabiskan untuk penelitian vaksin, sementara miliaran diinvestasikan dalam vaksin Covid.
Menurut Laporan TB Global tahunan dari WHO, telah terjadi penurunan pengeluaran global untuk layanan TB esensial dari US$ 6 miliar pada 2019 menjadi US$ 5,4 miliar pada 2021, yang kurang dari setengah dari target global sebesar US$ 13 miliar.
“Jika pandemi telah mengajari kita sesuatu, yaitu dengan solidaritas, tekad, inovasi, dan penggunaan alat yang adil, kita dapat mengatasi ancaman kesehatan yang parah. Mari kita terapkan pelajaran itu pada tuberkulosis,” ungkap Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT