Regional
Kategori
Event
Channels
DOWNLOAD IDN APP SEKARANG!
Tangerang Selatan, IDN Times – Kementerian Luar Negeri Jerman, pada Minggu (9/10/2022), mengajukan proposal sanksi ke Uni Eropa (UE) terhadap pembekuan aset pejabat Iran. Hal itu untuk menghukum Teheran atas tindak kekerasan dalam meredam aksi protes di wilayahnya.
“Mereka yang memukuli wanita dan gadis di jalan, yang menculik, memenjarakan dan menghukum mati orang-orang yang tidak menginginkan apa pun selain hidup bebas, mereka berdiri di sisi sejarah yang salah,” kata Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, dikutip dari Al Arabiya.
Sebagai informasi, protes di Iran dipicu oleh kematian seorang wanita muda bernama Mahsa Amini, yang sempat ditahan oleh kepolisian Teheran. Aksi unjuk rasa, yang awalnya berfokus pada hak-hak perempuan, seketika berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah, di mana masyarakat ingin rezim ulama Islam berakhir.
Jerman, Prancis, Spanyol, Italia, Denmark dan Republik Ceko telah mengajukan 16 proposal sanksi, salah satunya larangan untuk bergabungnya Iran ke blok UE. Para pengusul berharap Menteri Luar Negeri Uni Eropa dapat mengesahkan proposal tersebut pada 17 Oktober nanti. 
“Kepada orang-orang di Iran, kami mengatakan, kami mendukung Anda, dan akan terus melakukannya,” kata Baerbock.
Baerbock sempat dikritik oleh masyarakat Jerman, lantaran tidak bersuara terhadap protes di Iran. Pasalnya, menteri itu pernah bersumpah untuk menjunjung tinggi feminisme.
Pada Sabtu, ketika Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi suatu universitas, para mahasiswi yang melihat kedatangannya sontak berteriak “pergilah”.
Baca Juga: Jerman Desak UE Jatuhkan Sanksi ke Iran karena Brutal ke Demonstran
Otoritas Iran mengklaim bahwa protes yang berujung ricuh itu didalangi oleh musuh-musuhnya, yakni Israel dan Amerika Serikat. Setidaknya 20 anggota pasukan keamanan dilaporkan tewas.
Menurut kelompok hak asasi manusia, lebih dari 185 orang dinyatakan tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ribuan demonstran juga ditangkap oleh pasukan keamanan.
Lebih lanjut, ketika seruan untuk demonstrasi massal digelar, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa dengan gas air mata di kota Kurdi Sanandaj dan Saqez.
Di Sanandaj, terlihat seorang pria tewas di mobilnya setelah ditembaki oleh pasukan keamanan. Dirinya ikut memprotes dengan cara membunyikan klakson. Lantas, seorang wanita berteriak “tak tahu malu” di hadapan pasukan.
Menanggapi hal tersebut, seorang pejabat senior dari kepolisian mengatakan, pasukan keamanan tidak menggunakan peluru tajam saat meredam aksi protes. Pria itu dibunuh oleh pembangkang bersenjata, ujar kepolisian melalui media pemerintah.
Melansir Reuters, ketika TV pemerintah menayangkan cuplikan pemimpin agung Iran Ayatollah Khamenei, siaran itu diretas oleh hacker dan menampilkan foto para korban, termasuk Mahsa Amini dan tiga wanita lain yang tewas selama protes.
Kelompok hacker bernama Edalate Ali menampilkan slogan “Woman, Life, Freedom” di sela-sela tayangan itu. 
Sebelumnya, kelompok itu pernah meretas kamera kepolisian Iran yang menunjukan aksi penganiayaan terhadap tahanan di penjara, sebagian besar yang ditahan merupakan tahanan politik.
Baca Juga: Prancis dan Belanda Minta Warganya Tinggalkan Iran Segera, Kenapa?
Road to become a Journalist
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
kamu sudah cukup umur belum ?

source