TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dengan sentuhan moderenisasi dan kesehatan, wajah kuliner tradisional pun jadi makin berkelas. Tentunya citarasa juga ikut naik kelas.
Ya, itulah semangat program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digelar 3 dosen Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), Minggu (7/8/2022). Mereka adalah Randhi Nanang Darmawan, M.Si, Kanom, S.Pd, M.Par dan Adetiya Prananda Putra S.ST, M.M.
Mengandeng Chef Luminor Hotel Banyuwangi, Deny Andri Setiawan, para akademisi tersebut menyulap kuliner tradisional Cimplung jadi makin berkelas. Tampil lebih elegan dengan menerapkan metode pengolahan Hygiene Sanitasi.
Kegiatan dengan tema ‘PKM Peningkatan Daya Saing Produk Makanan Cimplung Sebagai Kuliner Khas Desa Bunder Banyuwangi’ ini menyasar puluhan ibu-ibu anggota PKK Desa Bunder, Kecamatan Kabat sebagai peserta. Bertempat di Hall Managemen Bisnis Pariwisata Poliwangi, pertama para emak diberi pemahaman tentang apa itu Hygene Sanitasi. Yakni kebersihan dan kesehatan makanan.
Kuliner-Cimplung-2.jpg
“Sebelum memegang bahan atau makanan, wajib memperhatikan kebersihan kuku, kulit, bulu ketiak dan rambut,” ucap Chef Deni dalam paparan.
Untuk itu, dalam proses pembuatan atau pengolahan makanan, lebih diutamakan memakai sarung tangan dan penutup rambut. Tujuannya guna menghindari terkontaminasinya bahan dan makanan.
“Kesehatan orang yang membuat makanan juga harus diperhatikan,” ungkapnya.
Menguatkan pondasi pemahaman, peserta diberi pengetahuan tentang 6 prinsip Hygiene Sanitasi. Mulai dari pemilihan bahan baku makanan, penyimpanan bahan makanan dan pengangkutan makanan.
“Makanan yang matang, resiko kontamisasinya lebih tinggi,” jelasnya.
Prinsip Hygiene Sanitasi juga meliputi penyimpanan makanan, pengolahan makanan, penyajian serta packaging makanan.
Tak berhenti disitu. Dalam kegiatan PKM yang digeber para dosen Poliwangi, ibu-ibu PKK Desa Bunder diberi pengetahuan tentang penggunaan warna telenan atau Cutting Board. Yakni, telenan warna merah untuk daging, telenan warna hijau untuk sayur, telenan warna kuning untuk roti dan warna coklat untuk makanan yang dibakar.
Disini, peserta juga diajak berperan serta aktif mendukung program pemerintah khususnya dalam mengurangi sampah plastik. Caranya, dengan mengutamakan bungkus atau kemasan dari bahan yang mudah terurai. Bisa juga dengan melakukan penyajian menggunakan alat yang mudah dibersihkan alias bisa digunakan kembali. Seperti piring, tupperware dan lainnya.
Rampung penyampaian materi, barulah peserta diajak praktik pembuatan kuliner Cimplung. Namun, yang menjadi model bukan Chef Deni. Tapi para emak anggota PKK Desa Bunder. Kenapa begitu?. Karena disinilah poin utama kegiatan PKM para dosen Poliwangi ini.
Kuliner-Cimplung-3.jpg
Cara peserta mengolah hingga penyajian kuliner Cimplung, dijadikan bahan kajian. Akan dievaluasi dan didiskusikan oleh Chef Deni bersama 3 dosen Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Poliwangi, pelaksana program PKM. Yaitu Randhi Nanang Darmawan, M.Si, Kanom, S.Pd, M.Par dan Adetiya Prananda Putra S.ST, M.M.
“Selanjutnya dikembangkan, baik dari penyajian, pengolahan, plating, sampai packaging,” ucap Randhi.
Dosen Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Poliwangi ini menambahkan. Hasil pengembangan kuliner Cimplung, kedepan akan diproduksi dan diperjualbelikan di destinasi wisata Lungun Indah, di Dusun Kelir, Desa Bunder, Kecamatan Kabat.
Dengan begitu, bukan hanya menguatkan brand kuliner Cimplung sebagai kuliner khas Desa Bunder. Tapi juga meningkatkan nilai tawar makanan lokal. Menjadi lebih elegan dan berkelas.
“Out put dari kegiatan ini,  agar masyarakat lebih mandiri dalam membentuk suatu produk kuliner khas Bunder, yaitu Cimplung. Dengan daya saingnya kita tingkatkan,” jelas Randhi.
Disampaikan, pengembangan kuliner Cimplung bukan hanya menitik beratkan pada pengolahan hingga penyajian. Namun rencananya, dengan pengalaman Chef Deni, diupayakan sebuah inovasi yang memungkinkan Cimplung untuk dibawa pulang pengunjung wisata.
“Tetapi, untuk sementara ini masih fokus ke kebersihan dan kesehatan, pengelolaan dan plating guna meningkatkan kepercayaan masyarakat pembeli atau konsumen,” bebernya.
Untuk diketahui, kuliner Cimplung merupakan makanan tradisonal khas Desa Bunder, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur. Terbuat dari bahan baku singkong. Dalam proses perebusan, masyarakat Desa Bunder, menggunakan air aren atau nira kelapa. Dan itu yang membedakan Cimplung Desa Bunder dengan Cimplung didaerah lain.
“Ditambah sentuhan inovasi moderenisasi, kami berharap kuliner Cimplung bisa menjadi ikon wisata Lungun Indah dan Desa Bunder. Tetap menjadi kuliner tradisional serta khazanah budaya lokal, namun dengan tampilan hotel berbintang,” cetus Randhi.
Rencananya, program PKM dosen Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Poliwangi ini akan terus dilanjutkan. Diantaranya dengan pelatihan Fruit Carving atau kegiatan memahat dan mengukir buah menggunakan alat sederhana seperti cutter, pisau, dan tusuk gigi menjadi maha karya yang menakjubkan. Serta pendampingan CHSE atau Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan) di wisata Lungun Indah di Dusun Kelir, Desa Bunder, Kecamatan Kabat, Banyuwangi. (*)
**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.
10/11/2021 – 09:39
Copyright 2014 – 2022 TIMES Indonesia. All Rights Reserved.
Page rendered in 2.1457 seconds. Running in Unknown Platform

source