Fachry Ali (Foto: Istimewa)
Fachry Ali mempertanyakan apakah Prabowo akan mendapat suara signifikan dari partai massa nahdliyyin tersebut, mengingat akhir-akhir ini DPP PKB dengan PBNU kurang harmonis.
JAKARTA | KBA – Massa pendukung Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019 lalu adalah kelompok Islam perkotaan. Dan wilayah-wilayah yang basis keislamannya cukup kuat.
“Tetap, yang saya maksudkan keislaman di sini adalah Islam kota. Jadi merembet mulai dari Aceh sampai kemudian ke Sumatera Barat lalu kemudian ke DKI, Banten dan Jawa Barat. Tentu di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu juga ada apa pendukungnya,” jelas pengamat politik senior Fachri Aly dalam ulasannya “Dilema Prabowo Subianto Menuju Pemilu 2024” di kanal Youtube Kolom Fachry Ali (KOFI TV), dikutip KBA News Sabtu, 20 Agustus 2022.
Namun pertanyaannya sekarang adalah, sambungnya, apakah Prabowo yang telah ditetapkan Gerindra sebagai calon presiden 2024 itu akan bisa meraih suara dari basis massa tersebut.
Dia mengajukan pertanyaan ini kalau seandainya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga maju pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Mengingat, Anies juga sangat populer di kalangan Islam perkotaan.
“Dalam spekulasi yang telah saya sampaikan sebelumnya, ada kemungkinan bahwa suara-suara atau kantong-kantong suara pendukung Prabowo pada tahun 2019, yakni suara dari kalangan Islam kota, itu sebagian besar akan jatuh kepada Anies Baswedan,” papar cendikiawan muslim ini.
“Dan karena itu, kita kemudian akan melihat bahwa akan ada shifting, pergeseran dukungan dari Prabowo pada tahun 2019 kepada Anies Baswedan untuk tahun 2024,” sambungnya.
Dengan demikian, Prabowo harus bekerja keras agar bisa mendapat kembali suara dari basis massa Islam perkotaan kalau Anies benar-benar maju sebagai pesaingnya.
Bila Prabowo gagal mendapatkannya, secara praktis Menteri Pertahanan itu menjadi sangat tergantung kepada tambahan suara dari massa PKB, teman koalisi Gerindra saat ini.
Fachry Ali mempertanyakan apakah Prabowo akan mendapat suara signifikan dari partai massa nahdliyyin tersebut, mengingat akhir-akhir ini DPP PKB dengan PBNU kurang harmonis.
“Nah, pertanyaannya adalah bahwa apakah PKB dengan posisi di mana hubungannya renggang dengan PBNU itu tetap mempunyai suara dukungan yang sama seperti yang mereka nikmati pada Pemilu 2019,” tandasnya. (kba)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.