Kamis, 2 Juni 22
Obsessionnews.com – Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengaku sejalan dengan tagline ‘Connecting Muslim’ yang diusung oleh Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi), di mana banyak kader dari beragam latar belakang tradisi keagamaan, ormas, dan partai politik yang berkegiatan di Ormas Islam pimpinan H. Usamah Hisyam ini.
“Dengan ‘Connecting Muslim, Parmusi mampu menjangkau semua kalangan dan strata masyarakat di Tanah Air, termasuk bekerja sama dengan Ormas Islam lainnya dan para tokoh maupun ulama di luar struktur organisasi Parmusi,” ujar Anies dikutip dari channel YouTube Parmusi TV, Selasa (31/5/2022)..
Salah satunya tampak dalam keakraban Usamah Hisyam dengan Wakil Presiden RI, KH. Ma’ruf Amin. Keduanya kerap saling berkunjung, terutama saat Kiai Ma’ruf menjadi Rais Aam PBNU.
Kiai Ma’ruf sempat berkunjung ke kediaman Usamah Hisyam pada Jumat (15/6/2018), usai memberikan khutbah shalat Idul Fitri di Masjid Asy-Syarif Al-Azhar BSD City, Tangerang Selatan.
Wakil Presiden saat ini itupun pernah mengunjungi Usamah yang mendapatkan perawatan usai menjalani operasi jantung di RS Pondok Indah pada Selasa (16/4/2019).
Parmusi juga memiliki hubungan erat dengan mantan Ketua Umum PB Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin. Sosok yang saat itu menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) hadir untuk membuka Jambore Nasional Dai Parmusi yang digelar di Gungung Gede Pangrango pada 24-27 September 2018.
‘Connecting Muslim’ menjadi bekal bagi Parmusi untuk mewujudkan persaudaraan antarumat Islam, seperti yang dicita-citakan umat Islam di Tanah Air pada umumnya. Yakni ukhuwah islamiyah yang erat dalam bingkai NKRI.
Di sisi lain pada kesempatan yang sama, Anies juga menegaskan, salah satu yang harus diperhatikan adalah soal pendidikan. Saat ini, menurutnya, ketika orang-orang hidup di abad 21, anak-anak harus belajar pada guru-guru yang lahir di abad 20 dengan ruang sekolah peninggalan abad 19.
“Jadi tiga abad itu sekarang jadi satu tempat, di tahun 2022. Kalau datang ke sekolah, bangunannya dari abad 19, gurunya abad 20, sementara siswanya abad 21. Ini perlu terobosan,” tandasnya.
Anies mengingatkan bahwa Parmusi beruntung memiliki banyak tokoh yang menyokong pergerakan dakwahnya.
Salah satunya adalah Ketua Majelis Pakar Prof. Laode Masihu Kamaludin, seorang pendiri Islamic Network (IsNet) tahun 80-90an yang menjadi platform digital di masa orang-orang belum berdigital.
“Orang-orang yang sekolah saat itu tahu betul. Inilah Gelombang Pertama yang bergerak melampaui zaman karena pada saat itu tidak ada yang berbicara soal digitalisasi,” ujarnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berharap, tiga abad yang dimaksud dapat dikonversi menjadi satu. Bangunan di abad 19, guru abad 20, dan siswa abad 21, dengan hikmah adanya pandemi Covid-19, semuanya harus dikonversi ke dalam abad 21.
“Ini perlu terobosan dan tidak mudah. Bagaimana dakwah sekarang menggunakan tidak hanya aplikasi teknologi (handphone) ini, tapi yang lebih penting adalah materinya. Materi yang dibuat oleh orang-orang kreatif dan inovatif,” urainya.
Anies membayangkan, jika alat (handphone) dan isinya sudah dkuasai, maka akan menjadi kolaborasi luar biasa.
“Bayangkan jika kegiatan dakwah Desa Madani digabung dengan pemanfaatan teknologi terbaru lalu dia menjadi sistem Pendidikan dakwah ala Parmusi. Itu dahsyat. Dan ini tidak boleh hanya menjadi wacana, tapi harus dikerjakan sehingga 86 persen tadi dapat terjangkau semua,” pungkasnya. (Poy)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.