UPDATE: Laju Penularan Covid-19 di Titik Rendah, Omicron Diduga Sudah Ada di RI
JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan, per Selasa (7/12/2021) ada 261 penambahan kasus baru Covid-19.
Dengan demikian, total kasus Covid-19 kini mencapai 4.258.076.
Adapun 261 kasus baru Covid-19 tersebut diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 375.878 yang diambil dari 281.032 orang.
Sementara itu, ratusan kasus baru Covid-19 tersebut tersebar di 25 provinsi dan tercatat lima provinsi dengan penambahan kasus tertinggi.
Kelima provinsi itu yakni Jawa Barat (59 kasus baru), Jawa Timur (36 kasus baru), DKI Jakarta (31 kasus baru), Jawa Tengah (17 kasus baru) dan Nusa Tenggara Timur (17 kasus baru).
Satgas juga melaporkan, total kasus sembuh dari Covid-19 mencapai 4.108.717. Selain itu, total kasus kematian kini mencapai 143.893.
Kementerian Kesehatan menyebutkan, laju penularan Covid-19 dalam beberapa hari terakhir berada di titik rendah.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus Covid-19 mengalami penurunan antara 200-300 per hari. Sedangkan, kasus kematian Covid-19 rata-rata 10 orang.
“Jadi kalau kita lihat laju penularan sudah sangat rendah,” kata Nadia dalam diskusi secara virtual, Selasa.
Baca juga: Kemenkes: Laju Penularan Covid-19 Berada di Titik Rendah Meski demikian, Nadia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan lantaran varian Delta masih mendominasi bahkan sudah memiliki 23 mutasi.
Artinya penting kita tidak lengah untuk protokol kesehatan tetap batasi mobilitas,” ujarnya.
Nadia mengatakan, masuknya varian baru virus Corona AY.4.2 atau Delta Plus dan B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia bergantung pada perilaku masyarakat dalam menekan penularan Covid-19.
“Maka patuhi prokes dan segerakan vaksinasi Covid-19, kalau kita jalankan prokes dengan baik maka virus tidak akan menemukan hostnya untuk berkembang,” ucapnya.
Sementara itu, ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.
“Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya,” kata Tonang kepada Kompas.com, Selasa.
Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Kemudian, pada 26 November, WHO menetapkan Omicron sebagai variant of concern (VoC).
Tonang mengatakan, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.
Baca juga: Hadapi Omicron, Semua Negara Diimbau Gencarkan 3 Langkah Antisipatif
Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.
Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.
“Tapi yang banyak itu tes antigen, sekarang PCR tinggal sekitar 15 persen saja dari total tes. Rata-rata sekitar 30 ribu/hari,” kata Tonang.
Tonang mengatakan, tes antigen memang masih bisa mendeteksi Omicron, karena targetnya protein N, bukan protein S.
“Tapi tes antigen itu baru positif bila viral load tinggi. Kalau sudah menurun, PCR yang tepat untuk mendeteksinya,” kata Tonang.
Terkait sekuensing untuk mendeteksi varian Omicron, Tonang mengatakan, sekuensing hanya dilakukan bila ada indikasi awal.
Indikasi pertama adalah jika ditemukan kasus infeksi dengan ct value sangat rendah, yang berarti viral load tinggi.
“Pertama bila didapatkan kasus dengan ct value rendah sekali yang berarti viral load tinggi. Padahal terdeteksinya kasus perlu PCR dan bila terpaksa dengan tes antigen lebih dulu,” kata Tonang.
Indikasi kedua, yakni jika terjadi S gene target failure (SGTF) pada tes deteksi Covid-19 yang memiliki target gen S.
Baca juga: Ahli Menduga Omicron Sudah Masuk Indonesia, Ini Penjelasannya
“Artinya, PCR mendeteksi 2 target gen lain, tapi target S nya justru negatif. Bila ketemu demikian, curiga kuat bahwa virusnya mengalami mutasi. Tidak pasti varian apa, tapi Omicron salah satu kemungkinannya,” jelas Tonang.
Tonang mengatakan, saat ini lebih dari 85 persen kit PCR di Indonesia tidak menggunakan gen S sebagai target, mengingat memang rentan bermutasi. Menurutnya, yang rata-rata ditargetkan adalah gen N, E, RdRp, Orf1b dan Helicase.
“Jadi dengan menarget selain S, maka justru kita tetap bisa mendeteksi adanya virus SARS-CoV- 2. Hanya kita tidak tahu apakah itu masih seperti virus awal, atau sudah varian, serta varian mana. Itu yang tidak diketahui kalau tidak dilakukan sekuensing,” jelas dia.
Berdasarkan laman resmi Kemenkes vaksin.kemkes.go.id, hingga Selasa kemarin pukul 18.00 WIB tercatat 100.033.810 orang atau 48,03 persen orang yang sudah divaksinasi Covid-19 dosis kedua.
Sedangkan, jumlah orang yang sudah disuntik vaksin dosis pertama sebanyak 143.489.448 orang atau 68,90 persen.
Pemerintah menetapkan sasaran vaksinasi yaitu 208.265.720 orang.
Sasaran vaksinasi itu terdiri atas tenaga kesehatan, lanjut usia petugas publik, masyarakat rentan, dan masyarakat umum termasuk anak-anak usia 12-17 tahun.
Adapun, sasaran vaksinasi untuk lansia masih terus didorong agar mencapai target. Saat ini, tercatat 11.951.513 (55,45 persen) orang lansia yang divaksinasi dosis pertama dan 7.729.339 (35,86 persen) orang telah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Kunjungi kanal-kanal Sonora.id
Motivasi
Fengshui
Tips Bisnis
Kesehatan
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.