atau cari berdasarkan hari
TEMPO/Arie Basuki
TEMPO.CO, Jakarta – Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri mengusulkan langkah deregulasi kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas sektor kelautan dan perikanan.
Baca juga: Anwar Nasution Minta Pemerintah Segera Bertindak Stabilkan Rupiah
“Jika pemerintah melakukan deregulasi, nilai ekspor perikanan bisa kembali masuk dalam daftar 10 penyumbang devisa terbesar di Indonesia, dengan nilai sebesar 5,8 miliar dolar AS, menduduki peringkat ke 9,” kata Rokhmin Dahuri dalam rilis, Senin, 10 September 2018.
Rokhmin memaparkan pada saat ini ekspor kelapa sawit dan produk oleochemical adalah penghasil devisa terbesar. Kemudian, lanjutnya, penghasil devisa terbesar lainnya adalah pariwisata, tekstil dan garmen, migas, serta batubara.
Ia mengingatkan bahwa pada 2014 ekspor produk perikanan Indonesia berada pada peringkat ke-6 dari 10 besar penghasil devisa.
Namun, lanjutnya, sejak 2015 hingga 2018, ekspor perikanan tidak masuk lagi pada 10 besar komoditas penghasil devisa Indonesia.
“Turunnya peringkat ekspor perikanan disebabkan anjloknya hasil produksi komoditas tuna, cakalang, kepiting hidup hasil budidaya, kerapu hidup hasil budidaya, udang hasil tangkapan di Arafura,” ucapnya.
Menurut dia, anjloknya produksi perikanan disebabkan berbagai regulasi yang kontraproduktif, seperti moratorium perpanjangan izin kapal nelayan yang diimpor secara legal, larangan “transshipment”, larangan pengiriman kepiting ukuran tertentu dan betina, dan hambatan akses kapal buyer ikan kerapu hidup hasil budidaya.
Selain deregulasi, ia menyarankan agar dilakukan langkah lainnya yaitu mempercepat proses perizinan dan perpanjangan perizinan. Juga mengembangkan “aquaculture” atau perikanan budi daya yang potensi ekonominya 240 miliar dolar AS per tahun.
Langkah lainnya adalah menerapkan teknologi modern untuk tambak garam sehingga produktivitasnya naik hingga 400 persen dan kualitasnya juga naik agar bisa memasok seluruh kebutuhan garam dapur dan industri dengan target bisa menghemat devisa dari impor garam sebesar 1,4 miliar dolar AS per tahun.
Kemudian, mengoptimalkan kapasitas terpasang industri pengolahan ikan dengan menjamin pasokan bahan baku ikan dari dalam negeri yang potensi tangkapan ikannya 12.5 juta ton per tahun, dengan potensi ekspor sekitar 12 miliar dolar AS per tahun.
Rokhmin berpendapat bahwa jika langkah-langkah itu dijalankan, maka dalam waktu 6 hingga 24 bulan sektor perikanan Indonesia bisa menghasilkan devisa sekitar 5,8 miliar dolar, dan dalam waktu 5 tahun bisa meningkat hingga 52 miliar dolar, serta dalam waktu satu hingga dua dekade bisa meningkat hingga 252 miliar dolar per tahun.
“Devisa sebesar ini ekuivalen dengan 12 kali devisa dari sawit, atau sekitar 164 persen dari APBN RI tahun 2018,” ucapnya.
Rokhmin Dakhuri mengemukakan bahwa jika target devisa dari ekspor di sektor perikanan ini tercapai bersamaan dengan meningkatnya devisa dari 10 sektor andalan lainnya maka nilai tukar rupiah bisa lebih kuat dari Singapura, cadangan devisa bisa melampaui Cina, 40 puluh juta lapangan kerja baru bisa dibuka, sehingga kemiskinan menurun drastis, dan daya beli masyarakat meningkat belasan kali lipat.
ANTARA
Dapatkan ringkasan berita eksklusif dan mendalam sesuai dengan topik pilihan Anda dengan membaca newsletter pilihan Tempo
Pilih Topik
Cacar monyet telah menyebar hingga Singapura, tetangga dekat Indonesia. Simak bagaimana virus cacar itu menular dan ketahui cara pencegahannya.
Tempo Media Group © 2017