Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service mengafirmasi sovereign credit rating Indonesia ke level Baa1/outlook stabil atau investment grade pada 10 Februari 2020.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan pemberian rating ini mengonfirmasi optimisme stakeholders internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah tantangan global maupun domestik.
Perry menjelaskan prospek perekonomian yang tetap positif tersebut merupakan hasil dari sinergi bauran kebijakan yang selaras antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
“Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam siaran pers, Selasa (11/2/2020).
Dalam keterangan resminya, Moody’s menyatakan faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil serta rendahnya beban utang Pemerintah, yang dijaga melalui konsistensi disiplin fiskal dan penekanan pada stabilitas makroekonomi.
Di sisi lain, Moody’s juga menyebutkan sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi antara lain penerimaan Pemerintah yang rendah, ketergantungan Pemerintah terhadap pendanaan eksternal, serta kerentanan struktur ekonomi terhadap siklus komoditas.
Moody’s berpandangan bahwa PDB yang mencapai lebih dar US$ i 1 triliun serta populasi penduduk mencapai lebih dari 260 juta jiwa, dengan kecepatan pertumbuhan populasi yang cukup pesat, mampu mendukung daya tahan ekonomi Indonesia dalam meredam tekanan.
Meskipun berada dalam fase pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, kinerja ekonomi Indonesia mampu terus melampaui sebagian besar negara pada peringkat Baa.
Moody’s menilai reformasi yang terus berlanjut mampu mengatasi secara gradual sejumlah tantangan seperti hambatan yang bersumber dari struktur ekonomi dan peraturan, sistem hukum dan peraturan yang perlu diperjelas, serta pasar keuangan domestik yang belum dalam. Moody’s mencatat dalam beberapa tahun terakhir reformasi lebih difokuskan pada pembangunan infrastruktur, terutama konektivitas transportasi, dan deregulasi kebijakan untuk mendorong investasi.
Simak Video “Kronologi Bos Salon Tipu Ratusan Klien Hingga Rp 7 Miliar“
[Gambas:Video 20detik]